Darmin Beberkan Situasi Terkini Sawit, Tanaman Nomor 1 RI
Rivi Satrianegara & Samuel Pablo, CNBC Indonesia
20 March 2019 14:49

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menggelar briefing khusus terkait diskriminasi Uni Eropa terhadap kelapa sawit dan produk turunannya seperti minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) di Ruang Nusantara, Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Rabu (20/3/2019).
Dalam paparannya Darmin bercerita tentang diskriminasi Sawit di Eropa dan situasi yang tengah dihadapi pemerintah.
"Pemerintah Indonesia dan Uni Eropa sudah bekerja sama sejak lama, bahkan sejak zaman kolonial. Indonesia selalu berusaha objektif dan berprasangka baik bahkan saat ini masih tetap sampai dengan minggu lalu berlanjut," kata Darmin.
Bahkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) di KTT ASEAN terakhir menegaskan langkah-langkah yang diambil UE diskriminatif.
Pasalnya, dalam rancangan terbaru regulasi Renewable Energy Directives II (RED II) tersebut, Komisi Eropa menyimpulkan perkebunan kelapa sawit telah mengakibatkan deforestasi besar-besaran.
Hasil kajian Komisi Eropa menyatakan bahwa 45% dari ekspansi produksi CPO sejak tahun 2008 telah berujung pada kehancuran hutan, lahan gambut (peatlands) dan lahan basah (wetlands) serta menghasilkan emisi gas rumah kaca secara terus-menerus.
Padahal, Darmin meneruskan jika CPO ditutup di Eropa justru akan merugikan. Pasalnya, kebutuhan akan biofuel, konsumsi makanan, tidak akan terpenuhi oleh produksi negaranya sendiri.
"Jadi ini sebenarnya jalan buntu, kalau kita bicara dua puluh tahun ke depan, jadi aneh sekali."
Kajian komisi Eropa, sambung Darmin akan divoting apakah nantinya parlemen Eropa. Sehingga Indonesia saat ini masih terus berupaya untuk bicara lebih jauh terkait kajian tersebut.
"Inilah situasi yang kita hadapi. Saya ingin sampaikan beberapa hal, mengenai CPO atau kelapa sawit. Bagi Indonesia kelapa sawit adalah tanaman nomor satu, komoditi nomor satu," katanya.
"Bukan hanya menghasilkan devisa banyak, tapi yang terbanyak, tetapi juga mempekerjakan orang banyak sekali."
(dru/dru) Next Article Sawit RI Didiskriminasi Eropa, JK: Ini Hal Serius!
Dalam paparannya Darmin bercerita tentang diskriminasi Sawit di Eropa dan situasi yang tengah dihadapi pemerintah.
"Pemerintah Indonesia dan Uni Eropa sudah bekerja sama sejak lama, bahkan sejak zaman kolonial. Indonesia selalu berusaha objektif dan berprasangka baik bahkan saat ini masih tetap sampai dengan minggu lalu berlanjut," kata Darmin.
![]() |
Hasil kajian Komisi Eropa menyatakan bahwa 45% dari ekspansi produksi CPO sejak tahun 2008 telah berujung pada kehancuran hutan, lahan gambut (peatlands) dan lahan basah (wetlands) serta menghasilkan emisi gas rumah kaca secara terus-menerus.
Padahal, Darmin meneruskan jika CPO ditutup di Eropa justru akan merugikan. Pasalnya, kebutuhan akan biofuel, konsumsi makanan, tidak akan terpenuhi oleh produksi negaranya sendiri.
"Jadi ini sebenarnya jalan buntu, kalau kita bicara dua puluh tahun ke depan, jadi aneh sekali."
Kajian komisi Eropa, sambung Darmin akan divoting apakah nantinya parlemen Eropa. Sehingga Indonesia saat ini masih terus berupaya untuk bicara lebih jauh terkait kajian tersebut.
"Inilah situasi yang kita hadapi. Saya ingin sampaikan beberapa hal, mengenai CPO atau kelapa sawit. Bagi Indonesia kelapa sawit adalah tanaman nomor satu, komoditi nomor satu," katanya.
"Bukan hanya menghasilkan devisa banyak, tapi yang terbanyak, tetapi juga mempekerjakan orang banyak sekali."
(dru/dru) Next Article Sawit RI Didiskriminasi Eropa, JK: Ini Hal Serius!
Most Popular