Melemah Tipis di Kurs Tengah BI, Rupiah Terbaik Asia di Spot

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 March 2019 10:31
Melemah Tipis di Kurs Tengah BI, Rupiah Terbaik Asia di Spot
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Namun di pasar spot, rupiah menguat dan dolar AS sudah nyaris berada di bawah Rp 14.200. 

Pada Rabu (20/3/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate berada di Rp 14.231. Rupiah melemah tipis 0,02% dibandingkan posisi perdagangan hari sebelumnya. 

Di pasar spot, kinerja rupiah lebih meyakinkan. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.2015 di mana rupiah menguat 0,14%. 

Seiring perjalanan pasar, rupiah semakin 'ganas'. Pada pukul 10:24 WIB, US$1 setara dengan Rp 14.200 di mana rupiah menguat 0,18%. Dolar AS sedikit lagi bisa didorong ke bawah Rp 14.200. 

Posisi rupiah di klasemen mata uang Asia pun naik. Rupiah yang sempat berada di posisi runner-up kini naik ke puncak klasemen menggeser ringgit Malaysia. 


Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 10:25 WIB: 




(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Kinerja rupiah patut diapresiasi karena sebagian besar (bahkan hampir seluruhnya) mata uang Asia melemah di hadapan dolar AS. Tidak hanya di Asia, dolar AS juga menguat secara global.

Pada pukul 10:10 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,08%. Dolar AS yang tertekan sudah agak lama menyimpan energi untuk technical rebound.  

Dalam sebulan terakhir, Dollar Index sudah turun 0,45% sehingga terlihat bahwa dolar AS sudah cukup murah. Investor pun tertarik untuk kembali mengoleksi mata uang Negeri Paman Sam. 

Namun rupiah masih bisa selamat karena terbantu perkembangan harga minyak. Pada pukul 10:12 WIB, harga minyak brent dan light sweet turun masing-masing 0,17% dan 0,01%. 


Koreksi harga si emas hitam disebabkan oleh kembalinya kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global. Di AS, data terbaru menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan. 

Pemesanan pabrik (factory orders) di Negeri Adidaya pada Januari hanya tumbuh 0,1% dibandingkan bulan sebelumnya. Angka ini di bawah konsensus pasar yang dihimpun Reuters yang memperkirakan kenaikan 0,3%. 

Kenaikan pemesanan pabrik yang tidak sesuai dengan ekspektasi menandakan perekonomian AS semakin menunjukkan tanda-tanda perlambatan. Ekspansi dunia usaha sepertinya mulai terbatas. 

Kemudian output konstruksi di Zona Euro pada Januari turun 0,7% year-on-year (YoY). Ini menjadi penurunan perdana sejak Januari 2017. 

Beralih ke Australia, harga properti pada Desember 2018 turun 5,1% YoY. Jauh lebih dalam ketimbang bulan sebelumnya yang turun 1,9%. 

Data-data tersebut menunjukkan gejala perlambatan ekonomi global. Kala ekonomi melambat, permintaan energi tentu berkurang sehingga harga minyak turun. 

Bagi rupiah, penurunan harga minyak adalah berkah. Indonesia merupakan negara net importir minyak, yang mau tidak mau harus mengimpor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri karena produksi belum memadai. 

Ketika harga minyak turun, maka biaya impor komoditas ini akan lebih murah. Devisa yang 'terbakar' untuk keperluan impor menjadi lebih sedikit sehingga mengurangi tekanan di transaksi berjalan (current account). Rupiah pun punya kesempatan untuk menguat karena fondasi yang lebih kokoh.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular