
Damai Dagang Mundur & Brexit Tak Jelas, Harga Emas Terangkat
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
19 March 2019 12:55

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada perdagangan Selasa siang ini (18/3/2019), harga emas berjangka terus menguat.
Hingga pukul 12:30 WIB, harga emas kontrak April di bursa COMEX menguat sebesar 0,47% ke posisi US$ 1.307,6/troy ounce.
Menguatnya harga emas terjadi setelah sebelumnya amblas 0,11% pada perdagangan Selasa kemarin (18/3/2019).
Selama sepekan, harga emas telah naik 0,73% secara point-to-point. Sedangkan sejak awal tahun juga masih tercatat lebih tinggi 2,05%.
Penantian rapat bulanan Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed yang akan berlangsung pada Selasa-Rabu (19-20/3/2019) waktu setempat masih memberikan tarikan ke atas pada pergerakan harga emas.
Hasil rapatnya memang sudah dapat diprediksi. Yaitu Jerome Powell bersama koleganya masih akan tetap menahan suku bunga pada level 2,25-2,5% alias tidak ada kenaikan sama sekali.
Namun, pelaku pasar menanti-nanti ucapan-ucapan yang akan dilontarkan Powell pasca rapat tersebut. Mengingat Gubernur The Fed yang akan berbicara, maka kata per kata akan memberikan tafsir mengenai arah kebijakan bank sentral ke depannya. Disamping itu, Powell juga akan mengemukakan hasil proyeksinya terhadap perekonomian AS.
Jikalau Powell kembali menuturkan kata-kata yang bernuansa sabar nan dovish, maka kemungkinan The Fed untuk menaikkan suku bunga tahun ini akan makin menipis. Dengan begitu, dolar akan kehilangan asa untuk menahan gempuran dari mata uang lain.
Belum diumumkan saja, dolar sudah melemah. Tercermin dari nilai Dollar Index (DXY) yang turun sebesar 0,1% hingga pukul 12:15 WIB hari ini. Sebagai informasi nilai DXY menggambarkan posisi greenback relatif terhadap enam mata uang utama dunia.
Kala dolar melemah, maka emas akan mengambil kesempatan untuk mengarah ke atas. Pasalnya harga emas akan menjadi relatif lebih murah bagi pemegang mata uang lain. Membuat kilaunya makin bersinar. Membangkitkan keinginan investor untuk mengoleksi emas.
Selain itu, keadaan ekonomi global yang dinilai kurang kondusif juga membuat investor cenderung enggan agresif berinvestasi pada aset-aset berisiko.
Kabar buruk terkait damai dagang AS-China kembali mencuat. Sebuah harian lokal China mengabarkan bahwa pertemuan Presiden AS, Donald Trump dan Presiden China, Xi Jinping batal terlaksana bulan ini. Alias diundur, seperti yang dikutip dari Reuters.
Mengutip beberapa orang sumber, Washington dan Beijing diperkirakan sulit mencapai kesepakatan pada April sehingga pertemuan kedua pemimpin tidak bisa segera terlaksana. Oleh karena itu, pertemuan diundur menjadi bulan Juni.
Tentu saja kabar ini membuat pelaku pasar berkeringat. Harapan damai dagang terwujud dengan segera harus kandas. Menunggu lebih lama artinya meningkatkan risiko. Bisa jadi ditengah penantian tersebut ada hal-hal yang dapat membuat hubungan kedua negara kian memburuk.
Hal senada juga terjadi di Benua Biru. Nasib Brexit hingga kini masih terkatung-katung. Belum ada kepastian tentang bagaimana ujung dari perceraian Inggris dengan Uni Eropa.
Pekan ini, Perdana Menteri Inggris Theresa May dijadwalkan kembali membawa proposal Brexit ke parlemen untuk diputuskan melalui voting. Namun, May tidak diperkenankan membawa proposal yang sama dengan yang sudah pernah ditolak parlemen sebelumnya. Apapun yang akan dibawa May nanti, proses ini sejatinya membuat Brexit menjadi semakin rumit.
Ditengah ketidakpastian kondisi ekonomi global, investor akan sulit berhitung demi menghasilkan keuntungan yang maksimal. Alih-alih untung, salah langkah bisa jadi buntung.
Tak heran emas kembali banyak diburu. Mengingat sifatnya yang sebagai pelindung nilai.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/gus) Next Article Emas, How High Can You Fly
Hingga pukul 12:30 WIB, harga emas kontrak April di bursa COMEX menguat sebesar 0,47% ke posisi US$ 1.307,6/troy ounce.
Menguatnya harga emas terjadi setelah sebelumnya amblas 0,11% pada perdagangan Selasa kemarin (18/3/2019).
Penantian rapat bulanan Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed yang akan berlangsung pada Selasa-Rabu (19-20/3/2019) waktu setempat masih memberikan tarikan ke atas pada pergerakan harga emas.
Hasil rapatnya memang sudah dapat diprediksi. Yaitu Jerome Powell bersama koleganya masih akan tetap menahan suku bunga pada level 2,25-2,5% alias tidak ada kenaikan sama sekali.
Namun, pelaku pasar menanti-nanti ucapan-ucapan yang akan dilontarkan Powell pasca rapat tersebut. Mengingat Gubernur The Fed yang akan berbicara, maka kata per kata akan memberikan tafsir mengenai arah kebijakan bank sentral ke depannya. Disamping itu, Powell juga akan mengemukakan hasil proyeksinya terhadap perekonomian AS.
Jikalau Powell kembali menuturkan kata-kata yang bernuansa sabar nan dovish, maka kemungkinan The Fed untuk menaikkan suku bunga tahun ini akan makin menipis. Dengan begitu, dolar akan kehilangan asa untuk menahan gempuran dari mata uang lain.
Belum diumumkan saja, dolar sudah melemah. Tercermin dari nilai Dollar Index (DXY) yang turun sebesar 0,1% hingga pukul 12:15 WIB hari ini. Sebagai informasi nilai DXY menggambarkan posisi greenback relatif terhadap enam mata uang utama dunia.
Kala dolar melemah, maka emas akan mengambil kesempatan untuk mengarah ke atas. Pasalnya harga emas akan menjadi relatif lebih murah bagi pemegang mata uang lain. Membuat kilaunya makin bersinar. Membangkitkan keinginan investor untuk mengoleksi emas.
Selain itu, keadaan ekonomi global yang dinilai kurang kondusif juga membuat investor cenderung enggan agresif berinvestasi pada aset-aset berisiko.
Kabar buruk terkait damai dagang AS-China kembali mencuat. Sebuah harian lokal China mengabarkan bahwa pertemuan Presiden AS, Donald Trump dan Presiden China, Xi Jinping batal terlaksana bulan ini. Alias diundur, seperti yang dikutip dari Reuters.
Mengutip beberapa orang sumber, Washington dan Beijing diperkirakan sulit mencapai kesepakatan pada April sehingga pertemuan kedua pemimpin tidak bisa segera terlaksana. Oleh karena itu, pertemuan diundur menjadi bulan Juni.
Tentu saja kabar ini membuat pelaku pasar berkeringat. Harapan damai dagang terwujud dengan segera harus kandas. Menunggu lebih lama artinya meningkatkan risiko. Bisa jadi ditengah penantian tersebut ada hal-hal yang dapat membuat hubungan kedua negara kian memburuk.
Hal senada juga terjadi di Benua Biru. Nasib Brexit hingga kini masih terkatung-katung. Belum ada kepastian tentang bagaimana ujung dari perceraian Inggris dengan Uni Eropa.
Pekan ini, Perdana Menteri Inggris Theresa May dijadwalkan kembali membawa proposal Brexit ke parlemen untuk diputuskan melalui voting. Namun, May tidak diperkenankan membawa proposal yang sama dengan yang sudah pernah ditolak parlemen sebelumnya. Apapun yang akan dibawa May nanti, proses ini sejatinya membuat Brexit menjadi semakin rumit.
Ditengah ketidakpastian kondisi ekonomi global, investor akan sulit berhitung demi menghasilkan keuntungan yang maksimal. Alih-alih untung, salah langkah bisa jadi buntung.
Tak heran emas kembali banyak diburu. Mengingat sifatnya yang sebagai pelindung nilai.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/gus) Next Article Emas, How High Can You Fly
Most Popular