Di Kurs Tengah BI dan Pasar Spot, Penguatan Rupiah 11-12

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 March 2019 10:37
Di Kurs Tengah BI dan Pasar Spot, Penguatan Rupiah 11-12
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Willy Kurniawan)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat tipis di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Di pasar spot, rupiah juga menguat dalam rentang terbatas. 

Pada Selasa (19/3/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.228. Rupiah menguat 0,1% dibandingkan posisi hari sebelumnya. 

Penguatan ini membuat rupiah terapresiasi 2 hari beruntun di kurs tengah BI. Pencapaian serupa kali terakhir terjadi pada 5-6 Maret lalu. 

 

Di pasar spot, apresiasi rupiah 11-12 dengan di kurs tengah BI. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.225. Rupiah menguat 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.  

Seiring perjalanan pasar, penguatan rupiah agak menebal. Pada pukul 10:14 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.220 di mana rupiah menguat 0,11%. Mirip-mirip dengan di kamar sebelah.

Mayoritas mata uang utama Asia juga menguat di hadapan dolar AS. Hanya yuan China, peso Filipina, dan dolar Taiwan yang masih tertinggal di zona merah.  

Yen Jepang jadi mata uang dengan penguatan tertinggi di Benua Kuning. Disusul oleh baht Thailand di posisi kedua dan won Korea Selatan di peringkat ketiga. Rupiah lagi-lagi menempati posisi keempat.


Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Benua Kuning pada pukul 10:17 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Dolar AS yang sempat berani melawan kini mundur lagi. Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) terkoreksi 0,09% pada pukul 10:18 WIB. 


Rupanya sentimen jelang rapat The Federal Reserves/The Fed terlalu kuat dan menerjang dolar AS. Dalam rapat Selasa-Rabu waktu setempat, Jerome 'Jay' Powell dan rekan diperkirakan masih mempertahankan suku bunga acuan di 2,25-2,5%. Kemungkinannya mencapai 98,7%, menurut CME Fedwatch. 

Tidak hanya itu, pelaku pasar juga berekspektasi The Fed akan kembali melontarkan pernyataan bernada kalem (dovish). Kata "sabar" sepertinya akan kembali keluar seperti bulan lalu. 

Artinya, prospek kenaikan Federal Funds Rate dalam waktu dekat sangat kecil. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas suku bunga acuan bertahan di 2,25-2,5% pada akhir 2019 masih cukup tinggi yaitu 71,4%. Bahkan peluang untuk turun ke 2-2,25% lumayan besar yakni 24,9%. 

Berapa peluang untuk naik ke 2,5-2,75%? Nol persen. 

Kemungkinan ke arah sana semakin tinggi karena data-data ekonomi AS yang melempem. Terakhir, indeks perumahan NAHB pada Maret 2019 berada di angka 62, tidak berubah dibandingkan bulan sebelumnya. Pencapaian Maret tersebut berada di bawah konsensus pasar yang memperkirakan kenaikan menjadi 63. 

Jadi memang mungkin belum saatnya The Fed mengetatkan kebijakan moneter. Bahkan The Fed lebih berpeluang untuk memberikan stimulus berupa penurunan suku bunga acuan untuk merangsang geliat ekonomi Negeri Paman Sam. 

Ini adalah kabar buruk bagi dolar AS. Sebab tanpa dukungan kenaikan suku bunga acuan, berinvestasi di dolar AS dipandang kurang menarik. Dolar AS pun rentan terserang tekanan jual.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular