
Dolar Masih Teraniaya, Rupiah Siap Menguat 3 Hari Beruntun?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 March 2019 08:27

Wajar kalau rupiah dkk di Asia berhasil menguat, karena dolar AS memang sedang tertekan secara global. Pada pukul 08:09 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) masih terkoreksi 0,04%. Dalam sepekan terakhir, indeks ini sudah melemah 0,46%.
Seperti kemarin, dolar AS masih dijauhi investor yang menantikan rapat komite pengambil kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) pada Selasa-Rabu waktu setempat. Jerome 'Jay' Powell dan kolega diperkirakan tetap mempertahankan suku bunga acuan di 2,25-2,5% dengan probabilitas 98,7% menurut CME Fedwatch.
Tidak cuma mengumumkan suku bunga acuan, The Fed juga akan merilis pembacaan terkini seputar perekonomian Negeri Paman Sam. Pelaku pasar memperkirakan The Fed lagi-lagi akan mengeluarkan pernyataan bernada kalem (dovish) mengingat tingginya risiko di perekonomian AS dan dunia.
"Saat kami bilang sabar, artinya kami tidak akan memberikan banyak petunjuk mengenai apa yang akan terjadi ke depan. Sebab begitu banyak ketidakpastian, sehingga kami memilih untuk melihat bagaimana perkembangan nanti," kata Eric Rosengren, Presiden The Fed Boston, beberapa waktu yang lalu seperti dikutip dari Reuters.
Ya, kata "sabar" diperkirakan masih akan keluar dari The Fed. Oleh karena itu, peluang kenaikan Federal Funds Rate dalam waktu dekat sangat kecil kalau tidak mau dibilang mustahil.
Ini tentu menjadi sentimen negatif bagi dolar AS. Tanpa sokongan kenaikan suku bunga, berinvestasi di aset-aset berbasis mata uang Negeri Adidaya menjadi kurang menarik. Investor pun memilih untuk menanamkan modal di instrumen yang lebih berisiko di negara berkembang Asia, termasuk Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Seperti kemarin, dolar AS masih dijauhi investor yang menantikan rapat komite pengambil kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) pada Selasa-Rabu waktu setempat. Jerome 'Jay' Powell dan kolega diperkirakan tetap mempertahankan suku bunga acuan di 2,25-2,5% dengan probabilitas 98,7% menurut CME Fedwatch.
Tidak cuma mengumumkan suku bunga acuan, The Fed juga akan merilis pembacaan terkini seputar perekonomian Negeri Paman Sam. Pelaku pasar memperkirakan The Fed lagi-lagi akan mengeluarkan pernyataan bernada kalem (dovish) mengingat tingginya risiko di perekonomian AS dan dunia.
"Saat kami bilang sabar, artinya kami tidak akan memberikan banyak petunjuk mengenai apa yang akan terjadi ke depan. Sebab begitu banyak ketidakpastian, sehingga kami memilih untuk melihat bagaimana perkembangan nanti," kata Eric Rosengren, Presiden The Fed Boston, beberapa waktu yang lalu seperti dikutip dari Reuters.
Ya, kata "sabar" diperkirakan masih akan keluar dari The Fed. Oleh karena itu, peluang kenaikan Federal Funds Rate dalam waktu dekat sangat kecil kalau tidak mau dibilang mustahil.
Ini tentu menjadi sentimen negatif bagi dolar AS. Tanpa sokongan kenaikan suku bunga, berinvestasi di aset-aset berbasis mata uang Negeri Adidaya menjadi kurang menarik. Investor pun memilih untuk menanamkan modal di instrumen yang lebih berisiko di negara berkembang Asia, termasuk Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular