Dolar Masih Teraniaya, Rupiah Siap Menguat 3 Hari Beruntun?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 March 2019 08:27
Dolar Masih Teraniaya, Rupiah Siap Menguat 3 Hari Beruntun?
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Dolar AS memang sedang teraniaya karena pelaku pasar dalam penantian rapat Bank Sentral AS, The Federal Reserves/The Fed. 

Pada Selasa (19/3/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.210 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,18% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Seiring perjalanan pasar, apresiasi rupiah sedikit menipis. Pada pukul 08:06 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.220 di mana rupiah menguat 0,11%. 


Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan apresiasi 0,14% di hadapan dolar AS. Jika penguatan ini bertahan hingga penutupan pasar, maka rupiah akan menguat selama 3 hari beruntun. 



Seperti rupiah, mayoritas mata uang utama Asia juga mampu terapresiasi di hadapan greenback. Rupee India menjadi mata uang dengan penguatan tertajam, disusul oleh baht Thailand di posisi runner-up dan rupiah menempati peringkat ketiga. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 08:07 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Wajar kalau rupiah dkk di Asia berhasil menguat, karena dolar AS memang sedang tertekan secara global. Pada pukul 08:09 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) masih terkoreksi 0,04%. Dalam sepekan terakhir, indeks ini sudah melemah 0,46%. 

 

Seperti kemarin, dolar AS masih dijauhi investor yang menantikan rapat komite pengambil kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) pada Selasa-Rabu waktu setempat. Jerome 'Jay' Powell dan kolega diperkirakan tetap mempertahankan suku bunga acuan di 2,25-2,5% dengan probabilitas 98,7% menurut CME Fedwatch. 


Tidak cuma mengumumkan suku bunga acuan, The Fed juga akan merilis pembacaan terkini seputar perekonomian Negeri Paman Sam. Pelaku pasar memperkirakan The Fed lagi-lagi akan mengeluarkan pernyataan bernada kalem (dovish) mengingat tingginya risiko di perekonomian AS dan dunia. 

"Saat kami bilang sabar, artinya kami tidak akan memberikan banyak petunjuk mengenai apa yang akan terjadi ke depan. Sebab begitu banyak ketidakpastian, sehingga kami memilih untuk melihat bagaimana perkembangan nanti," kata Eric Rosengren, Presiden The Fed Boston, beberapa waktu yang lalu seperti dikutip dari Reuters. 

Ya, kata "sabar" diperkirakan masih akan keluar dari The Fed. Oleh karena itu, peluang kenaikan Federal Funds Rate dalam waktu dekat sangat kecil kalau tidak mau dibilang mustahil. 

Ini tentu menjadi sentimen negatif bagi dolar AS. Tanpa sokongan kenaikan suku bunga, berinvestasi di aset-aset berbasis mata uang Negeri Adidaya menjadi kurang menarik. Investor pun memilih untuk menanamkan modal di instrumen yang lebih berisiko di negara berkembang Asia, termasuk Indonesia.  


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular