Neraca Dagang Surplus, Rupiah Malah Terlemah Kedua di Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 March 2019 12:30

Depresiasi rupiah hari ini agak sebenarnya lucu, out of place. Sebab, sebenarnya ada banyak alasan yang bisa membuat rupiah menguat.
Dari dalam negeri, rupiah sejatinya bisa terdorong karena rilis data neraca perdagangan. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Februari 2019 surplus US$ 330 juta. Jauh lebih baik ketimbang konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan defisit US$ 841 juta.
Kemudian data ekonomi China juga lumayan oke. Rata-rata harga rumah baru di Negeri Tirai Bambu pada Februari 2019 naik 10,4% year-on-year (YoY), lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 10% YoY. Kenaikan pada Februari menjadi terbaik sejak Mei 2017.
Perkembangan Brexit juga lumayan positif karena parlemen Inggris menyetujui perpanjangan waktu perpisahan Inggris dengan Uni Eropa. Perceraian yang sedianya berlangsung pada 29 Maret diminta mundur setidaknya menjadi 30 Juni.
Bahkan Uni Eropa menawarkan perpanjangan waktu yang lebih lama, yaitu setahun. Dengan begitu, Inggris punya lebih banyak waktu untuk mendapatkan kesepakatan terbaik.
"Saya akan meminta kepada para anggota Uni Eropa untuk membuka peluang perpanjangan waktu yang cukup lama jika Inggris membutuhkannya untuk mencapai kesepakatan dan menyusun strategi," ungkap Donald Tusk, Presiden Dewan Uni Eropa, mengutip Reuters.
Oleh karena itu, mungkin satu-satunya alasan pelemahan rupiah hari ini adalah ambil untung (profit taking). Maklum, mata uang Tanah Air masih menguat 0,79% terhadap dolar AS sejak awal tahun.
Pintu untuk mencairkan keuntungan masih terbuka, sehingga rupiah bisa melemah kapan saja akibat tekanan jual. Kemungkinan tekanan jual itu datang hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Dari dalam negeri, rupiah sejatinya bisa terdorong karena rilis data neraca perdagangan. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Februari 2019 surplus US$ 330 juta. Jauh lebih baik ketimbang konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan defisit US$ 841 juta.
Kemudian data ekonomi China juga lumayan oke. Rata-rata harga rumah baru di Negeri Tirai Bambu pada Februari 2019 naik 10,4% year-on-year (YoY), lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 10% YoY. Kenaikan pada Februari menjadi terbaik sejak Mei 2017.
Bahkan Uni Eropa menawarkan perpanjangan waktu yang lebih lama, yaitu setahun. Dengan begitu, Inggris punya lebih banyak waktu untuk mendapatkan kesepakatan terbaik.
"Saya akan meminta kepada para anggota Uni Eropa untuk membuka peluang perpanjangan waktu yang cukup lama jika Inggris membutuhkannya untuk mencapai kesepakatan dan menyusun strategi," ungkap Donald Tusk, Presiden Dewan Uni Eropa, mengutip Reuters.
Oleh karena itu, mungkin satu-satunya alasan pelemahan rupiah hari ini adalah ambil untung (profit taking). Maklum, mata uang Tanah Air masih menguat 0,79% terhadap dolar AS sejak awal tahun.
Pintu untuk mencairkan keuntungan masih terbuka, sehingga rupiah bisa melemah kapan saja akibat tekanan jual. Kemungkinan tekanan jual itu datang hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular