
China Jadi Beban, IHSG Cuma Bisa Naik Tipis di Sesi I
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
14 March 2019 12:53

Di sisi lain, sentimen positif datang dari perkembangan terkait dengan perceraian Inggris-Uni Eropa (Brexit) yang kondusif.
Kemarin (13/3/2019) waktu setempat, parlemen Inggris menolak opsi No-Deal Brexit. Dalam pemungutan suara, sebanyak 321 anggota parlemen menolak opsi perpisahan secara kasar tersebut, sementara sebanyak 278 memberikan dukungannya.
Pada perdagangan kemarin, pelaku pasar saham kawasan Asia dibuat bermain defensif sembari menantikan hasil pemungutan suara tersebut. Hal ini sejatinya wajar. No-Deal Brexit akan membuat aktivitas ekspor-impor Inggris menjadi tertekan lantaran akan terkena tarif yang lebih mahal.
Mengingat Inggris merupakan salah satu negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia, tentulah tekanan bagi perekonomian Inggris akan mempengaruhi perekonomian dunia.
Memang, ada langkah proaktif yang diambil oleh pemerintah Inggris seandainya No-Deal Brexit terjadi. Melalui kebijakan yang diumumkan kemarin dengan nama “Temporary Tariff Regime”, Inggris tak akan mengenakan bea masuk untuk mayoritas barang yang masuk ke negaranya jika No-Deal Brexit terjadi.
Hal ini dilakukan guna melindungi pebisnis dan konsumen dari lonjakan harga yang begitu tinggi. Melalui kebijakan ini, sebanyak 87% dari barang yang diimpor oleh Inggris (berdasarkan nilainya) akan mendapatkan akses bea masuk 0%.
Namun, seperti yang diimplikasikan oleh namanya, kebijakan ini bersifat temporer yakni selama 12 bulan saja.
Pada hari ini waktu setempat, parlemen Inggris akan kembali melakukan pemungutan suara untuk opsi memundurkan tanggal resmi Brexit yang saat ini dijadwalkan pada 29 Maret. (ank/dru)
Kemarin (13/3/2019) waktu setempat, parlemen Inggris menolak opsi No-Deal Brexit. Dalam pemungutan suara, sebanyak 321 anggota parlemen menolak opsi perpisahan secara kasar tersebut, sementara sebanyak 278 memberikan dukungannya.
Pada perdagangan kemarin, pelaku pasar saham kawasan Asia dibuat bermain defensif sembari menantikan hasil pemungutan suara tersebut. Hal ini sejatinya wajar. No-Deal Brexit akan membuat aktivitas ekspor-impor Inggris menjadi tertekan lantaran akan terkena tarif yang lebih mahal.
Memang, ada langkah proaktif yang diambil oleh pemerintah Inggris seandainya No-Deal Brexit terjadi. Melalui kebijakan yang diumumkan kemarin dengan nama “Temporary Tariff Regime”, Inggris tak akan mengenakan bea masuk untuk mayoritas barang yang masuk ke negaranya jika No-Deal Brexit terjadi.
Hal ini dilakukan guna melindungi pebisnis dan konsumen dari lonjakan harga yang begitu tinggi. Melalui kebijakan ini, sebanyak 87% dari barang yang diimpor oleh Inggris (berdasarkan nilainya) akan mendapatkan akses bea masuk 0%.
Namun, seperti yang diimplikasikan oleh namanya, kebijakan ini bersifat temporer yakni selama 12 bulan saja.
Pada hari ini waktu setempat, parlemen Inggris akan kembali melakukan pemungutan suara untuk opsi memundurkan tanggal resmi Brexit yang saat ini dijadwalkan pada 29 Maret. (ank/dru)
Next Page
Profit Taking Saham Konsumer Bebani IHSG
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular