
Rupiah Menguat di Kurs Tengah BI, Tapi Tidak di Pasar Spot
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 March 2019 10:24

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di kurs tengah Bank Indonesia (BI) menguat hari ini. Namun di pasar spot, nasib rupiah agak mengkhawatirkan.
Pada Kamis (14/3/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.253. Rupiah menguat 0,11% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Sementara di pasar spot, rupiah agak di ujung tanduk. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 berada di Rp 14.260. Sama seperti posisi penutupan pasar kemarin, alias stagnan.
Padahal rupiah mampu menguat 0,21% kala pembukaan pasar. Selepas itu, apresiasi rupiah memang terus tergerus dan akhirnya habis.
Namun walau kini tidak lagi menguat, rupiah masih menjadi mata uang terbaik kedua di Asia hanya kalah dari ringgit Malaysia. Pasalnya, saat ini hampir seluruh mata uang utama Asia melemah di hadapan dolar AS.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 10:08 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Setelah tertekan, dolar AS kini mulai bangkit. Pada pukul 10:09 WIB, Dollar Index (yang mengukut posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) sudah menguat 0,04%. Padahal indeks ini melemah sampai 0,4% dini hari tadi.
Dolar AS mulai menemukan pijakan karena minat investor terhadap mata uang ini. Maklum, Dollar Index sudah amblas 1,11% dalam sepeka terakhir. Dolar AS yang sudah murah membuat investor kembali tertarik untuk mengoleksinya.
Selain itu, permintaan terhadap dolar AS meningkat karena pelaku pasar ingin berpartisipasi dalam lelang obligasi pemerintah Presiden Donald Trump. Pada 14 Maret waktu setempat, akan dilelang 2 seri obligasi yaitu tenor 4 pekan dan 8 pekan. Target indikatif dalam lelang ini adalah US$ 95 miilar.
Minat investor untuk ikut lelang sepertinya cukup tinggi, karena saat ini terlihat upaya untuk mengerek imbal hasil (yield) instrumen tersebut. Misalnya, yield untuk tenor 8 pekan yang akan dilelang nanti naik 0,3 basis poin (bps) menjadi 2,4437%.
Dengan menaikkan yield, investor boleh berharap akan ada penawaran kupon yang menarik dalam lelang nanti. Sebab, yield di pasar sekunder akan menjadi acuan dalam penentuan kupon di pasar primer. Oleh karena itu, sudah menjadi semacam 'tradisi' investor melepas obligasi jelang lelang untuk mengatrol yield ke atas agar mendapatkan kupon yang tinggi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Rupiah Tembus Level Terkuatnya Sejak Juni 2018
Pada Kamis (14/3/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.253. Rupiah menguat 0,11% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Padahal rupiah mampu menguat 0,21% kala pembukaan pasar. Selepas itu, apresiasi rupiah memang terus tergerus dan akhirnya habis.
Namun walau kini tidak lagi menguat, rupiah masih menjadi mata uang terbaik kedua di Asia hanya kalah dari ringgit Malaysia. Pasalnya, saat ini hampir seluruh mata uang utama Asia melemah di hadapan dolar AS.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 10:08 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Setelah tertekan, dolar AS kini mulai bangkit. Pada pukul 10:09 WIB, Dollar Index (yang mengukut posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) sudah menguat 0,04%. Padahal indeks ini melemah sampai 0,4% dini hari tadi.
Dolar AS mulai menemukan pijakan karena minat investor terhadap mata uang ini. Maklum, Dollar Index sudah amblas 1,11% dalam sepeka terakhir. Dolar AS yang sudah murah membuat investor kembali tertarik untuk mengoleksinya.
Selain itu, permintaan terhadap dolar AS meningkat karena pelaku pasar ingin berpartisipasi dalam lelang obligasi pemerintah Presiden Donald Trump. Pada 14 Maret waktu setempat, akan dilelang 2 seri obligasi yaitu tenor 4 pekan dan 8 pekan. Target indikatif dalam lelang ini adalah US$ 95 miilar.
Minat investor untuk ikut lelang sepertinya cukup tinggi, karena saat ini terlihat upaya untuk mengerek imbal hasil (yield) instrumen tersebut. Misalnya, yield untuk tenor 8 pekan yang akan dilelang nanti naik 0,3 basis poin (bps) menjadi 2,4437%.
Dengan menaikkan yield, investor boleh berharap akan ada penawaran kupon yang menarik dalam lelang nanti. Sebab, yield di pasar sekunder akan menjadi acuan dalam penentuan kupon di pasar primer. Oleh karena itu, sudah menjadi semacam 'tradisi' investor melepas obligasi jelang lelang untuk mengatrol yield ke atas agar mendapatkan kupon yang tinggi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Rupiah Tembus Level Terkuatnya Sejak Juni 2018
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular