Incumbent India Berpeluang 2 Periode, Rupee Perkasa

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 March 2019 14:31
Mengapa Rupiah Kendur?
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Beawiharta)
Sementara penguatan rupiah yang menipis bisa jadi karena bayang-bayang kenaikan harga minyak. Pada pukul 14:17 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet naik masing-masing 0,27% dan 0,44%. Sebelumnya, harga kedua jenis minyak ini sempat naik di kisaran 1%. 


Penyebab kenaikan harga minyak masih seputar pengurangan produksi oleh kartel Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC). OPEC dan negara kaya minyak lainnya seperti Rusia menetapkan pemotongan produksi 1,2 juta barel/hari untuk mendongrak harga si emas hitam. Kebijakan ini setidaknya akan dipertahankan setidaknya sampai pertemuan OPEC di Wina (Austra) pada tengah tahun.   

"Kami akan melihat situasi pasar pada Juni dan kemudian mungkin melakukan penyesuaian jika dibutuhkan," kata Khalid Al Falih, Menteri Perminyakan Arab Saudi, mengutip Reuters. 

Kendala pasokan ini menyebabkan harga minyak bergerak ke utara alias menguat. Sayangnya, kenaikan harga minyak bukan berita baik buat rupiah. 

Indonesia adalah negara net importir minyak, mau tidak mau harus mengimpor karena produksi dalam negeri yang belum memadai. Saat harga minyak naik, maka biaya impornya semakin mahal. Semakin banyak devisa yang 'terbakar' untuk mengimpor minyak, sehingga membuat defisit transaksi berjalan (current account) berpotensi melebar atau semakin dalam. 

Padahal transaksi berjalan adalah fondasi penting bagi stabilitas nilai tukar, karena mencerminkan pasokan barang dan jasa dari ekspor-impor. Tanpa transaksi berjalan yang kuat, rupiah akan rawan terdepresiasi. 

Investor bisa saja menjadi enggan untuk mengoleksi aset berbasis rupiah, karena khawatir nilainya akan turun pada kemudian hari. Jadi selama ada ancaman defisit transaksi berjalan, risiko aksi jual akan terus membayangi rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular