
Saham Apple Cs Kinclong, Wall Street Ditutup Menghijau
Muhammad Iqbal, CNBC Indonesia
12 March 2019 06:30

New York, CNBC Indonesia - Wall Street mengakhiri perdagangan hari pertama pekan ini, Senin (11/3/2019) waktu setempat atau Selasa (12/3/2019) WIB, di teritori positif. Wall Street tertolong oleh kinerja apik saham-saham emiten teknologi.
CNBC International pada Selasa (12/3/2019) melaporkan, Dow Jones Industrial ditutup pada level 25.650,88 atau 200,64 poin lebih tinggi ketimbang perdagangan sebelumnya. Kemudian S&P 500 naik 1,47% ke level 2.783,30, didorong oleh lonjakan 2,17% di sektor teknologi. Sementara Nasdaq Composite menguat 2,02% ke level 7.558,06. Indeks pun mengakhiri penurunan beruntun selama lima hari perdagangan.
Sorotan tajam tentu mengarah kepada saham milik Boeing. Kecelakaan pesawat Boeing 737 MAX 8 milik Ethiopian Airlines menjadi sentimen negatif sehingga mengakibatkan saham Boeing anjlok 5,3%.
Ini merupakan kecelakaan kedua yang melibatkan Boeing 737 MAX 8 dalam kurun waktu enam bulan. Sebelumnya, kecelakaan menimpa armada serupa milik maskapai asal Indonesia Lion Air 29 Oktober 2018.
Terlepas dari penurunan kinerja saham Boeing, saham Apple naik 3,47%. Ini setelah Bank of America Merrill Lynch menyarankan untuk membeli saham perusahaan tersebut.
Begitupun saham Facebook naik 1,46% setelah Nomura Instinet memutakhirkan proyeksi dari netral menjadi beli. Dalam catatan kepada klien, analis Nomura Mark Kelley menilai konsumen menaruh perhatian kepada transisi Facebook yang makin fokus pada pengiriman pesan.
Kinerja sektor teknologi juga mendapat dorongan setelah Nvidia mengumumkan akan membeli Mellanox Technologies senilai US$ 6,8 miliar. Pengumuman itu membuat saham Nvidia naik lebih dari 6,97%, sedangkan Mellanox melonjak 7,78%.
Sebagaimana dijelaskan di awal, Wall Street mengakhiri kinerja buruk selama lima hari beruntun atau terburuk di 2019. Hal itu terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran terkait kemungkinan perlambatan ekonomi di seluruh dunia.
"Data ekonomi terbaru sesuai dengan prospek 2019 kami yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi kemungkinan akan melambat tahun ini, tetapi prospek resesi tetap sangat rendah," ujar analis di Baird, Bruce Bittles.
Data pada Jumat (8/3/2019) menunjukkan AS hanya menambah 20 ribu pekerja pada Februari 2019 atau jauh lebih rendah dibandingkan proyeksi 180 ribu. Nilai itu merupakan yang terendah dalam konteks penciptaan lapangan pekerjaan sejak September 2017.
Sementara itu, data dari China pekan lalu menunjukkan nilai ekspor Negeri Tirai Bambu merosot 20,7% dibandingkan tahun sebelumnya. Realisasi itu jauh dibawah ekspektasi para analis.
Data-data itu hadir kurang dari 24 jam setelah Bank Sentral Eropa (ECB) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk Zona Euro. ECB juga mengumumkan putaran baru stimulus kebijakan dalam mendorong perekonomian Benua Biru.
Pada Minggu (10/3/2019), Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan ekonomi AS masih solid. Walaupun dia mengakui pelemahan di belahan dunia lain berpotensi menghantam perekonomian Negeri Paman Sam. Demikian disampaikan Powell dalam program "60 Minutes" di stasiun televisi CBS.
Apapun itu, investor mengharapkan bank sentral di seluruh dunia, termasuk The Fed, tetap fleksibel dan akomodatif. Menurut analis di Northwestern Mutual Wealth Management Brent Schutte, hal tersebut akan bermanfaat bagi pasar saham global.
Simak video proyeksi The Fed terhadap perekonomian AS di bawah ini.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Saham Apple Cs Berguguran, Wall Street Terkoreksi
CNBC International pada Selasa (12/3/2019) melaporkan, Dow Jones Industrial ditutup pada level 25.650,88 atau 200,64 poin lebih tinggi ketimbang perdagangan sebelumnya. Kemudian S&P 500 naik 1,47% ke level 2.783,30, didorong oleh lonjakan 2,17% di sektor teknologi. Sementara Nasdaq Composite menguat 2,02% ke level 7.558,06. Indeks pun mengakhiri penurunan beruntun selama lima hari perdagangan.
![]() |
Ini merupakan kecelakaan kedua yang melibatkan Boeing 737 MAX 8 dalam kurun waktu enam bulan. Sebelumnya, kecelakaan menimpa armada serupa milik maskapai asal Indonesia Lion Air 29 Oktober 2018.
Terlepas dari penurunan kinerja saham Boeing, saham Apple naik 3,47%. Ini setelah Bank of America Merrill Lynch menyarankan untuk membeli saham perusahaan tersebut.
Begitupun saham Facebook naik 1,46% setelah Nomura Instinet memutakhirkan proyeksi dari netral menjadi beli. Dalam catatan kepada klien, analis Nomura Mark Kelley menilai konsumen menaruh perhatian kepada transisi Facebook yang makin fokus pada pengiriman pesan.
Kinerja sektor teknologi juga mendapat dorongan setelah Nvidia mengumumkan akan membeli Mellanox Technologies senilai US$ 6,8 miliar. Pengumuman itu membuat saham Nvidia naik lebih dari 6,97%, sedangkan Mellanox melonjak 7,78%.
![]() |
Sebagaimana dijelaskan di awal, Wall Street mengakhiri kinerja buruk selama lima hari beruntun atau terburuk di 2019. Hal itu terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran terkait kemungkinan perlambatan ekonomi di seluruh dunia.
"Data ekonomi terbaru sesuai dengan prospek 2019 kami yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi kemungkinan akan melambat tahun ini, tetapi prospek resesi tetap sangat rendah," ujar analis di Baird, Bruce Bittles.
Data pada Jumat (8/3/2019) menunjukkan AS hanya menambah 20 ribu pekerja pada Februari 2019 atau jauh lebih rendah dibandingkan proyeksi 180 ribu. Nilai itu merupakan yang terendah dalam konteks penciptaan lapangan pekerjaan sejak September 2017.
Sementara itu, data dari China pekan lalu menunjukkan nilai ekspor Negeri Tirai Bambu merosot 20,7% dibandingkan tahun sebelumnya. Realisasi itu jauh dibawah ekspektasi para analis.
Data-data itu hadir kurang dari 24 jam setelah Bank Sentral Eropa (ECB) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk Zona Euro. ECB juga mengumumkan putaran baru stimulus kebijakan dalam mendorong perekonomian Benua Biru.
Pada Minggu (10/3/2019), Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan ekonomi AS masih solid. Walaupun dia mengakui pelemahan di belahan dunia lain berpotensi menghantam perekonomian Negeri Paman Sam. Demikian disampaikan Powell dalam program "60 Minutes" di stasiun televisi CBS.
Apapun itu, investor mengharapkan bank sentral di seluruh dunia, termasuk The Fed, tetap fleksibel dan akomodatif. Menurut analis di Northwestern Mutual Wealth Management Brent Schutte, hal tersebut akan bermanfaat bagi pasar saham global.
Simak video proyeksi The Fed terhadap perekonomian AS di bawah ini.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Saham Apple Cs Berguguran, Wall Street Terkoreksi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular