Analisis

Kinerja 2018, BRI Unggul Dari Nominal dan Pertumbuhan

Donald Banjarnahor & Irvin Avriano A., CNBC Indonesia
11 March 2019 18:05
Bank terbesar di Indonesia ini berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih tahun 2018 yang cukup baik, meskipun ancaman pelambatan menerpa.
Foto: Pemaparan Kinerja Keuangan Triwulan IV Tahun 2018 PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (CNBC Indonesia/Monica Wareza)
Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah tantangan ekonomi global, kinerja PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sepanjang tahun 2018 pantas membanggakan. 

Bank terbesar di Indonesia ini berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih tahun 2018 yang cukup baik, meskipun ancaman pelambatan menerpa akibat kenaikan 7 day reverse repo rate alias suku bunga acuan selama 6 kali dalam 1 tahun. 

Bank yang dipimpin oleh Suprajarto sebagai Direktur Utama ini meraih laba bersih sebesar Rp 32,4 triliun pada 2018, tumbuh 11,6% dibandingkan pada 2017. Hal tersebut ditopang  oleh pendapatan berbasis komisi (fee based income) yang tumbuh 22,7% menjadi Rp 23,4 triliun dari setahun sebelumnya. Sementara pendapatan bunga bersih (net interest margin) mencapai  Rp 35,44 triliun, tumbuh 11% dibandingkan tahun sebelumnya. 

Ada tiga hal yang mendorong kemampuan perseroan mencapai kinerja laba yang unggul tersebut. Pertumbuhan kredit, efisiensi beban, dan naiknya perbaikan atas rugi kredit (loan loss recovery) masih menjadi senjata andalan perseroan. 

Faktor pertama, yakni kredit, perseroan mencatatkan peningkatan portofolio sebesar 14,1% menjadi Rp 843,6 triliun. Segmen kredit UMKM masih mendominasi dengan portofolio kredit sebesar 76,5% atau setara dengan Rp 645,7 triliun. Kredit UMKM tersebut tumbuh 15,5% sepanjang 2018. 

Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) mencapai angka Rp 944,27 triliun, tumbuh 12,19% dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan DPK ini cukup baik karena dana murah meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan dana mahal. Giro yang tergolong dana murah menjadi penyumbang pertumbuhan terbesar DPK emiten yaitu 22%, diikuti tabungan 11%, dan deposito berjangka 10%. 

Namun kenaikan suku bunga acuan BI sebanyak 6 kali menjadi tantangan bagi BRI dan industri perbankan selama 2018. Margin bunga bersih (net interest margin/NIM) BRI tergerus dari 7,93% pada 2017 menjadi 7,45% pada 2018. Hal tersebut inline dengan industri perbankan yang mencatatkan penurunan rata-rata NIM menjadi 5,12% pada November 2018 dari setahun sebelumnya 5,31%. 

Tabel Kinerja 2018
 Net interest income (Rp triliun)DPK (Rp triliun)Pertumbuhan DPKLaba bersih (Rp triliun)
BBRI77,67944,2712.19%32,35
BMRI55,1840,913.08%25,00
BBNI35,45578,7712.14%15,01
Sumber: Diolah 

Faktor kedua, efisiensi meningkat yang tercermin dari rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) yang turun 66 basis poin menjadi 68,48%. Rasio BOPO tersebut lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata industri perbankan yang tercatat 68,48%. 

Selain efisiensi pada sisi biaya beban, menurunnya BOPO juga dipengaruhi oleh pengelolaan beban serta peningkatan pada  pendapatan berbasis komisi (fee based income) yang tumbuh 22,7% menjadi Rp 23,4 triliun.  Aset perusahaan yang dipimpin Suprajarto tersebut juga masih menjadi yang terbesar di antara bank lain di bursa sekaligus di dalam negeri, yaitu sebesar Rp 1.296 triliun.

Tabel Komparasi Kinerja 2017-2018
 Aset 2018 (Rp triliun)Aset 2017 (Rp triliun)Pertumbuhan Aset
BBRI1,296.901,127.4515.03%
BMRI1,202.251,124.706.90%
BBNI808.57709.3313.99%
Sumber: Diolah 
Kinerja 2018, BRI Unggul Dari Nominal dan PertumbuhanFoto: Direktur Utama BRI, Suprajarto Suprajarto mengunjungi BUMNShop dan petrashop di bumdes pandawa, Tasikmalaya (dok. BRI)


Untuk faktor ketiga, yakni naiknya perbaikan atas rugi kredit tercermin pada rasio pendapatan dari kredit hapus buku (recovery) dan kredit kualitas buruk yang dihapusbukukan (write off).  Bank BRI melakukan write off sebesar Rp 12,2 triliun sepanjang 2018 dibanding Rp 9,5 triliun pada 2017, dan dengan recovery dari kredit yang dihapusbukukan Rp 6,3 triliun, atau berporsi 52%. 

Dari sisi kualitas kredit, kredit bermasalah perseroan (non performing loan/NPL) bank yang sedang mengincar asuransi tersebut pun membaik untuk periode Desember 2018, yaitu menjadi 2,27% (konsolidasi) dari 2,54% per akhir September 2018. 

Bukan hanya itu, posisi Bank Rakyat Indonesia sebagai bank yang paling menguntungkan dari sisi aset (return on asset/RoA) dan permodalan (return on equity/RoE) semakin tidak tergoyahkan. 

RoA perseroan menjadi yang terbesar dengan raihan 2,67% sekaligus dengan RoE-nya yang dicetak sebesar 18,48%. Hal ini menjadi penanda bahwa profitabilitas emiten dalam memanfaatkan aset dan terhadap aset bersihnya untuk menciptakan laba, tergolong tinggi dibanding pesaing. 

Tabel RoA dan RoE
 ROAROE
BBRI2.67%18.48%
BMRI2.15%14.37%
BBNI3.27%14.53%
Sumber: Diolah 

Tjandra dari Mandiri Sekuritas masih memberikan rekomendasi Buy dengan target harga (price target/TP) Rp 4.100 per saham untuk 12 bulan ke depan.

Dia menilai harga saham emiten di pasar memiliki valuasi rasio harga saham per nilai buku (PBV) terhadap prediksi laba setahun penuh 2019 (2019F) sebesar 2,2 kali. 

Di sisi lain, Harsh Wardhan Modi, Analis JPMorgan Securities, menilai TP BRI saat ini adalah Rp 4.000 per saham. Faktor yang membuat Modi menetapkan target tersebut adalah RoA 2,75% dan RoE perseroan yang mencapai 18,5% dengan memfaktorkan nilai buku 10% per tahun dan potensi rasio pembagian dividen (dividend payout ratio/DPR) 45%-55%. 

Faktor lain adalah RoE 35% pada kredit mikro emiten yang tinggi, dibanding RoE bisnis perseroan secara keseluruhan 10%. Karena adanya potensi pertumbuhan kontribusi kredit mikro, otomatis RoE perseroan dapat terdongkrak. 

Faktor terakhir dalam pertimbangan Modi adalah porsi kredit BRI yang besar, mencapai 65%, di kredit mikro, kredit berjaminan gaji (salary based), dan kredit BUMN, yang relatif memiliki risiko yang rendah. Secara total, nilai tengah TP konsensus dari 20 analis yang dikumpulkan Refinitiv menunjukkan angka Rp 4.114 per saham.  

Dari 20 analis tersebut, 8 analis merekomendasi strong buy dan setara, 9 analis merekomendasi buy dan setara, dan 3 analis merekomendasi hold dan setaranya.  

Tabel Rekomendasi BBRI
RekomendasiJumlah
Strong buy8
Buy9
Hold3
Sell-
Mean TPRp 4114.76
Sumber: Refinitiv  

TIM RISET CNBC INDONESIA

Saksikan Video Mengulik Kinerja BRI 2018
[Gambas:Video CNBC]

(dob) Next Article BBRI Bukukan Kenaikan Laba Bersih 14,6%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular