Ekonomi Dunia 'Mendung', IHSG Jatuh 0,8% Hingga Tengah Hari

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
08 March 2019 12:25
Ekonomi Dunia 'Mendung', IHSG Jatuh 0,8% Hingga Tengah Hari
Foto: Oppo Stock In Your Hand (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali hari dengan pelemahan sebesar 0,28%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memperlebar kekalahannya menjadi 0,8% hingga akhir sesi I ke level 6.406,34. Titik terendah IHSG pada hari ini berada di level 6.403,68.

IHSG senasib dengan bursa saham utama kawasan Asia yang juga sedang diterpa tekanan jual: indeks Nikkei melemah 2,08%, indeks Shanghai anjlok 2,9%, indeks Hang Seng terkoreksi 1,5%, indeks Straits Times terpangkas 0,69%, dan indeks Kospi turun 1,15%.

Awan mendung yang menyelimuti perekonomian dunia berhasil memantik aksi jual di bursa saham Benua Kuning. Kemarin (7/3/2019), European Central Bank (ECB) memutuskan untuk memangkas habis target pertumbuhan ekonomi Zona Euro untuk tahun ini menjadi 1,1%, dari yang sebelumnya 1,7%. Target pertumbuhan untuk tahun depan juga dipangkas menjadi 1,6%, dari yang sebelumnya 1,7%.

"Kehadiran dari ketidakpastian terkait dengan faktor-faktor geopolitik, ancaman dari proteksionisme, dan kerentanan di negara-negara berkembang nampak telah mempengaruhi sentimen ekonomi (di Zona Euro)," papar Gubernur ECB Mario Draghi dalam konferensi pers usai rapat, mengutip CNBC International.

Memang, ECB tak tinggal diam. Bank sentral mengumumkan pemberian stimulus moneter guna mendongkrak laju perekonomian Zona Euro. Selain menahan tingkat suku bunga acuan di level 0% dan memperkirakan bahwa tidak akan ada kenaikan hingga akhir tahun, ECB mengumumkan akan memulai program stimulus TLTRO-III pada September 2019 yang direncanakan tuntas pada Maret 2021.

TLTRO merupakan pinjaman yang diberikan ECB kepada bank-bank Eropa pada tingkat suku bunga yang rendah. Hal tersebut diharapkan akan memudahkan bank-bank tersebut menyalurkan kredit kepada konsumen yang pada akhirnya dapat membantu merangsang perekonomian. Suntikan stimulus semacam ini merupakan yang ketiga setelah sebelumnya diberikan pada tahun 2016 dan 2017.

Namun tetap saja, revisi yang diumumkan oleh ECB dianggap terlalu dalam oleh investor sehingga aksi jual di pasar saham tak terhindarkan. Beralih ke hari ini, data perdagangan internasional China yang begitu mengecewakan mengonfirmasi bahwa perekonomian dunia sedang berada dalam jalur perlambatan.

Ekspor Negeri Panda periode Februari 2019 diumumkan terkontraksi sebesar 20,7% secara tahunan, jauh lebih dalam dibandingkan konsensus yang hanya memperkirakan penurunan sebesar 4,8% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics. Sementara itu, impor turun hingga 5,2%, juga lebih dalam dari ekspektasi yakni penurunan sebesar 1,4%.

Perang dagang dengan AS terbukti sudah sangat menekan aktivitas perdagangan internasional China. Lantas, semakin jelas bahwa hard landing akan dialami oleh negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut.

Pada hari Selasa (5/3/2019), Perdana Menteri Li Keqiang dalam pertemuan tahunan parlemen China mengumumkan bahwa target pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 dipangkas menjadi ke kisaran 6%-6,5%. Sebelumnya, target pertumbuhan ekonomi tahun 2019 dipatok di kisaran 6,5%.

Jika yang terealisasi nantinya adalah target pertumbuhan ekonomi di batas bawah (6%), maka itu akan menjadi pertumbuhan ekonomi terlemah dalam nyaris 3 dekade. Pada tahun 2018, pertumbuhan ekonomi China tercatat sebesar 6,6%. Sektor jasa keuangan yang jatuh 0,62% menjadi salah satu kontributor utama dari koreksi IHSG. Pelemahan sektor jasa keuangan terjadi seiring dengan aksi jual atas saham-saham bank BUKU 4: PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) turun 2,45%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 1,41%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun 1,28%, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) turun 0,85%.

Kala perekonomian dunia lesu, permintaan atas kredit di dalam negeri akan ikut tertekan sehingga akan mempengaruhi pendapatan dari bank-bank BUKU 4 secara negatif.

Lebih lanjut, pelemahan rupiah juga ikut memantik aksi jual atas saham-saham bank BUKU 4. Hingga siang hari, rupiah melemah 1,17% di pasar spot ke level Rp 14.300/dolar AS.

Pelemahan rupiah secara begitu signifikan, apalagi jika berlangsung dalam jangka waktu yang lama, tentu berpotensi mendorong naik rasio kredit bermasalah/Non-Performing Loan (NPL) dari bank-bank BUKU 4.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article IHSG Jatuh Lagi ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular