Jika Tak Libur, IHSG & Rupiah Mungkin Tak Selamat

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
07 March 2019 14:20
Jika Tak Libur, IHSG & Rupiah Mungkin Tak Selamat
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Pelaku pasar keuangan tanah air bisa sedikit berleha-leha pada hari ini. Karena memperingati hari raya Nyepi, perdagangan di pasar saham serta perdagangan rupiah di pasar spot menjadi diliburkan. Kalau saja tak libur, mungkin Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah tak selamat.

Bagaimana tidak, pada hari ini terlihat jelas bahwa investor tak berminat untuk masuk ke pasar keuangan Asia. Dari 5 indeks saham utama di kawasan Asia, sebanyak 4 diantaranya ditransaksikan melemah: indeks Nikkei turun 0,79%, indeks Shanghai turun 0,35% indeks Hang Seng turun 0,69%, dan indeks Kospi turun 0,41%.

Perlambatan ekonomi dunia yang kian terasa membuat investor memilih melepas instrumen berisiko dan mengalihkannya ke dolar AS selaku safe haven (indeks dolar AS menguat 0,01% hingga berita ini diturunkan).

Kemarin (6/3/2019), angka penciptaan lapangan kerja AS (di luar sektor pertanian) periode Februari 2019 versi ADP diumumkan sebanyak 183.000, lebih sedikit dari konsensus yang sebanyak 190.000, seperti dilansir dari Forex Factory.

Kemudian pada hari ini di Jepang, pembacaan awal untuk data Coincident Index periode Januari 2019 diumumkan di level 97,9, lebih rendah dari ekspektasi yang sebesar 100,6, seperti dilansir dari Trading Economics. Data ini merupakan statistik yang menggambarkan kondisi perekonomian Jepang. Semakin tinggi angkanya, maka perekonomian Jepang dikatakan berada dalam kondisi yang semakin kuat, begitupun sebaliknya.

Sebagai catatan, AS dan Jepang merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar pertama dan ketiga di dunia. Tekanan terhadap perekonomian kedua negara dipastikan memberi dampak signifikan bagi perekonomian negara-negara lain, tak terkecuali Indonesia.

Apalagi, sebelumnya sinyal perlambatan ekonomi sudah benar-benar nyata terlihat di China yang merupakan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia. Pada hari Selasa (5/3/2019), Perdana Menteri Li Keqiang dalam pertemuan tahunan parlemen China mengumumkan bahwa target pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 dipangkas menjadi ke kisaran 6%-6,5%. Sebelumnya, target pertumbuhan ekonomi tahun 2019 dipatok di kisaran 6,5%.

Jika yang terealisasi nantinya adalah target pertumbuhan ekonomi di batas bawah (6%), maka itu akan menjadi pertumbuhan ekonomi terlemah dalam nyaris 3 dekade. Pada tahun 2018, pertumbuhan ekonomi China tercatat tumbuh sebesar 6,6%. Potensi eskalasi perang dagang AS-China menambah pesimisme investor untuk masuk ke pasar keuangan Benua Kuning. Pada hari ini, raksasa produsen perangkat telekomunikasi asal China yakni Huawei resmi mengajukan tuntutan kepada pemerintah AS. Huawei menuntut AS terkait penggunaan sebuah peraturan yang melarang lembaga pemerintah untuk membeli produk-produk besutan perusahaan. Tim pengacara dari Huawei menyebut bahwa peraturan tersebut menyalahi konstitusi dari AS sendiri.



Sebelumnya, AS sudah terlebih dulu mendakwa Huawei lantaran diyakini mencuri teknologi dari perusahaan penyedia layanan telekomunikasi asal AS yakni T-Mobile. AS juga mendakwa Huawei karena diyakini telah melanggar sanksi AS atas Iran.

Mengingat posisi Huawei yang begitu penting bagi denyut nadi perekonomian China, negosiasi dagang AS-China yang kini sudah memasuki tahapan akhir bisa menjadi buyar. Jika itu yang terjadi, AS dan China akan terlibat dalam perang bea masuk yang semakin panas dan semakin sulit untuk diselesaikan.

Lebih lanjut, potensi ribut-ribut AS-Korea Utara juga menjadi faktor yang membuat pelaku pasar bermain defensif pada hari ini. Kemarin, Media asal Korea Selatan yakni Yonhap News Agency melaporkan bahwa Korea Utara telah mulai membangun kembali fasilitas uji coba senjata nuklir yang sempat mereka lucuti sebelumnya. Fasilitas yang dimaksud adalah Sohae Satellite Launching Station di Tongchang-ri, seperti dilansir dari Reuters.

Aura perpecahan selepas pertemuan ronde 2 antara Presiden AS Doanld Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Vietnam pada minggu lalu lantas kian terasa. Dalam pertemuan yang digelar selama 2 hari tersebut, keduanya berpisah tanpa menandatangani kesepakatan apapun.

Celakanya, langkah nekat dari Korea Utara yang kini justru malah membangun kembali fasilitas uji coba senjata nuklirnya datang pasca Penasehat Keamanan Nasional AS John Bolton memberikan peringatan keras kepada Pyongyang. Bolton mengatakan bahwa AS berencana menerapkan sanksi yang baru bagi Korea Utara jika Pyongyang tak juga merelakan senjata nuklirnya.

"Jika mereka tidak mau melakukan itu (denuklirisasi), maka saya rasa sikap Presiden Trump sudah sangat jelas. Mereka tidak akan mendapatkan keringanan sanksi ekonomi dan justru kami akan mempertimbangkan untuk menambah sanksinya,” tegas Bolton dalam wawancara dengan Fox Business Network, dikutip dari Reuters. Dari dalam negeri, meredupnya optimisme konsumen berpotensi menjadi faktor yang menekan kinerja pasar saham dan rupiah seandainya perdagangan dibuka.

Kemarin, Bank Indonesia (BI) merilis angka Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Februari 2019. Hasilnya, IKK turun 0,4 poin menjadi 125,1, dari yang sebelumnya 125,5 pada bulan Januari. Lantas, sudah 2 bulan berturut-turut IKK membukukan penurunan.



Meskipun angka yang berada di atas level 100 mencerminkan bahwa konsumen masih optimistis, namun tingkat optimismenya berkurang dibanding bulan sebelumnya.

Lesunya angka IKK sangat mungkin membuat investor merealisasikan keuntungan yang sudah didapat dari saham-saham barang konsumsi.  Sepanjang tahun ini, indeks sektor barang konsumsi telah membukukan penguatan sebesar 3,77%, penguatan yang terbilang tinggi dalam jangka waktu 2 bulan lebih sedikit saja.

Aksi ambil untung ini bisa jadi akan banyak dilakukan oleh investor asing. Dari deretan saham yang paling banyak dikoleksi investor asing di sepanjang tahun ini, terdapat saham-saham barang konsumsi seperti PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (Rp 1,14 triliun), PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (Rp 1,03 triliun), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (Rp 804,3 miliar), dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (Rp 563,98 miliar).

Aliran modal keluar investor asing dari pasar saham tentu akan membuat rupiah berada dalam tekanan.

Jadi, libur hari raya Nyepi pada tahun ini datang di saat yang tepat. Dengan perdagangan hari ini yang diliburkan, IHSG dan rupiah bisa sama-sama terhindar dari pelemahan.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/gus) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular