
Terus Jatuh 0,98%, IHSG Terburuk di Asia!
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
05 March 2019 11:31

Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka melemah tipis 0,04%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kini sudah jatuh hingga 0,98% ke level 6.424,95. Tak sekalipun IHSG merasakan manisnya zona hijau pada hari ini.
Kinerja IHSG sebenarnya senada dengan mayoritas indeks saham kawasan Asia lainnya yang juga diperdagangkan melemah. Namun, pelemahan sebesar 0,98% menjadikan IHSG sebagai indeks saham dengan kinerja terburuk di kawasan Asia.
Sentimen yang mewarnai perdagangan hari ini memang tak mendukung untuk melakukan aksi beli di bursa saham. Pada hari ini, pemerintah China memangkas target pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 menjadi di kisaran 6%-6,5%. Sebelumnya, target pertumbuhan ekonomi tahun 2019 dipatok di kisaran 6,5%, seperti dilansir dari Bloomberg. Sebagai informasi, perekonomian China tumbuh hingga 6,6% pada tahun 2018.
Jika yang terealisasi nantinya adalah target pertumbuhan ekonomi di batas bawah (6%), maka itu akan menjadi pertumbuhan ekonomi terlemah dalam nyaris 3 dekade.
Di sisi lain, sejatinya pemerintah China mengumumkan pemotongan tingkat pajak senilai US$ 298 miliar untuk tahun ini guna menahan perlambatan ekonomi. Salah satu tingkat pajak yang dipangkas adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk sektor manufaktur.
Namun, batas bawah dari target pertumbuhan ekonomi yang begitu rendah telah sukses membuat pelaku pasar khawatir. Mengingat China merupakan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia, tentu perlambatan ekonomi di sana akan membuat perekonomian negara-negara lain ikut berada dalam tekanan.
Revisi ke bawah target pertumbuhan ekonomi China melengkapi sinyal perlambatan ekonomi dunia yang sebelumnya datang dari negara dengan perekonomian terbesar di dunia yakni AS. Kemarin (4/3/2019), Biro Sensus AS melaporkan bahwa belanja konstruksi pada Desember 2018 turun 0,6% dibandingkan bulan sebelumnya, jauh lebih buruk dibandingkan dengan konsensus yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 0,2% MoM, seperti dilansir dari Forex Factory.
Selama 2018, belanja konstruksi naik 4,1% dibandingkan tahun sebelumnya. Meski membukukan pertumbuhan, tetapi capaian tersebut adalah laju yang paling lemah sejak 2011. Tekanan terhadap IHSG banyak disumbang oleh investor asing. Hingga berita ini diturunkan, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 468 miliar di pasar saham tanah air. Sinyal perlambatan ekonomi dunia yang begitu kuat membuat investor asing berbondong-bondong keluar dari pasar saham Indonesia.
Selain itu, aksi jual investor asing juga datang seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah. Hingga berita ini diturunkan, rupiah melemah 0,11% di pasar spot ke level Rp 14.140/dolar AS.
Dolar AS memang sedang perkasa, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang menguat sebesar 0,07%. Dolar AS masih mendapatkan energi dari rilis angka pertumbuhan ekonomi AS yang menggembirakan. Pada Kamis lalu (28/2/2018), pembacaan awal untuk angka pertumbuhan ekonomi AS periode kuartal-IV 2018 diumumkan di level 2,6% (QoQ annualized).
Memang ada perlambatan dibandingkan capaian kuartal-III 2018 yang sebesar 3,4%, namun capaian pada kuartal-IV 2018 berhasil mengalahkan konsensus yang sebesar 2,2%, seperti dilansir dari Forex Factory.
Dengan pertumbuhan ekonomi AS yang masih oke di tengah perang dagang dengan China yang berkecamuk, pelaku pasar mulai menaruh harapan bahwa The Federal Reserve selaku bank sentral AS akan mengerek suku bunga acuan pada tahun ini.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 4 Maret 2019, kemungkinan bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada tahun ini adalah sebesar 7,3%, lebih tinggi dibandingkan posisi mingu lalu yang sebesar 3,9%. Kemarin, probabilitasnya bahkan sempat menembus level dua digit.
Terhitung sejak angka pertumbuhan ekonomi AS dirilis, indeks dolar AS belum sekalipun melemah.
5 besar saham yang dilepas investor asing pada perdagangan hari ini adalah: PT Matahari Department Store Tbk/LPPF (Rp 168,7 miliar), PT Modernland Realty Ltd. Tbk/MDLN (Rp 70,2 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 53,7 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 43,9 miliar), dan PT Astra International Tbk/ASII (Rp 37,8 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Tutup Akhir Pekan di Zona Merah, Pergerakan IHSG Flat
Kinerja IHSG sebenarnya senada dengan mayoritas indeks saham kawasan Asia lainnya yang juga diperdagangkan melemah. Namun, pelemahan sebesar 0,98% menjadikan IHSG sebagai indeks saham dengan kinerja terburuk di kawasan Asia.
Jika yang terealisasi nantinya adalah target pertumbuhan ekonomi di batas bawah (6%), maka itu akan menjadi pertumbuhan ekonomi terlemah dalam nyaris 3 dekade.
Di sisi lain, sejatinya pemerintah China mengumumkan pemotongan tingkat pajak senilai US$ 298 miliar untuk tahun ini guna menahan perlambatan ekonomi. Salah satu tingkat pajak yang dipangkas adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk sektor manufaktur.
Namun, batas bawah dari target pertumbuhan ekonomi yang begitu rendah telah sukses membuat pelaku pasar khawatir. Mengingat China merupakan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia, tentu perlambatan ekonomi di sana akan membuat perekonomian negara-negara lain ikut berada dalam tekanan.
Revisi ke bawah target pertumbuhan ekonomi China melengkapi sinyal perlambatan ekonomi dunia yang sebelumnya datang dari negara dengan perekonomian terbesar di dunia yakni AS. Kemarin (4/3/2019), Biro Sensus AS melaporkan bahwa belanja konstruksi pada Desember 2018 turun 0,6% dibandingkan bulan sebelumnya, jauh lebih buruk dibandingkan dengan konsensus yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 0,2% MoM, seperti dilansir dari Forex Factory.
Selama 2018, belanja konstruksi naik 4,1% dibandingkan tahun sebelumnya. Meski membukukan pertumbuhan, tetapi capaian tersebut adalah laju yang paling lemah sejak 2011. Tekanan terhadap IHSG banyak disumbang oleh investor asing. Hingga berita ini diturunkan, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 468 miliar di pasar saham tanah air. Sinyal perlambatan ekonomi dunia yang begitu kuat membuat investor asing berbondong-bondong keluar dari pasar saham Indonesia.
Selain itu, aksi jual investor asing juga datang seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah. Hingga berita ini diturunkan, rupiah melemah 0,11% di pasar spot ke level Rp 14.140/dolar AS.
Dolar AS memang sedang perkasa, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang menguat sebesar 0,07%. Dolar AS masih mendapatkan energi dari rilis angka pertumbuhan ekonomi AS yang menggembirakan. Pada Kamis lalu (28/2/2018), pembacaan awal untuk angka pertumbuhan ekonomi AS periode kuartal-IV 2018 diumumkan di level 2,6% (QoQ annualized).
Memang ada perlambatan dibandingkan capaian kuartal-III 2018 yang sebesar 3,4%, namun capaian pada kuartal-IV 2018 berhasil mengalahkan konsensus yang sebesar 2,2%, seperti dilansir dari Forex Factory.
Dengan pertumbuhan ekonomi AS yang masih oke di tengah perang dagang dengan China yang berkecamuk, pelaku pasar mulai menaruh harapan bahwa The Federal Reserve selaku bank sentral AS akan mengerek suku bunga acuan pada tahun ini.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 4 Maret 2019, kemungkinan bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada tahun ini adalah sebesar 7,3%, lebih tinggi dibandingkan posisi mingu lalu yang sebesar 3,9%. Kemarin, probabilitasnya bahkan sempat menembus level dua digit.
Terhitung sejak angka pertumbuhan ekonomi AS dirilis, indeks dolar AS belum sekalipun melemah.
5 besar saham yang dilepas investor asing pada perdagangan hari ini adalah: PT Matahari Department Store Tbk/LPPF (Rp 168,7 miliar), PT Modernland Realty Ltd. Tbk/MDLN (Rp 70,2 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 53,7 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 43,9 miliar), dan PT Astra International Tbk/ASII (Rp 37,8 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Tutup Akhir Pekan di Zona Merah, Pergerakan IHSG Flat
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular