Negeri Bollywood Genjot Produksi, Harga CPO Anjlok

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
05 March 2019 08:45
Harga CPO pada perdagangan kemarin ini (4/3/2019) ditutup melemah 1,83% di posisi MYR 2.149/ton.
Foto: Ilustrasi Kelapa Sawit (REUTERS/Luis Echeverria)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) pada perdagangan kemarin, Senin (4/3/2019), ditutup melemah 1,83% di posisi MYR 2.149/ton atau US$ 527,49/ton setelah naik hingga 3,21% pada akhir pekan lalu.

Selama sepekan atau point-to-point, harga CPO masih terkoreksi 2,89%, sedangkan sejak awal tahun, harga komoditas agrikultur andalan Indonesia dan Malaysia ini masih tercatat naik 1,32%.



Reuters mengabarkan bahwa pelaku industri memperkirakan adanya kontraksi dari segi permintaan di pasar minyak sawit global sepanjang 2019-2020, sebagai dampak kenaikan produksi domestik di India. Selain itu berkurangnya permintaan dari Eropa dan China juga akan turut membuat keseimbangan fundamental di pasar CPO menjadi timpang.


"Secara umum, ketersediaan minyak minyak masak di India akan lebih tinggi, dan akan mengurangi ketergantungan kami terhadap minyak impor," kata Athul Chaturvedi, Direktur Adani Wilmar Ltd, salah satu perusahaan minyak nabati terbesar di India. "Impor minyak masak India akan berada pada level yang mirip dengan tahun lalu."

Di Eropa, permintaan CPO juga diprediksi berkurang karena pengaruh dari kampanye negatif atas minyak sawit yang dikaitkan dengan deforestasi.

"Negara-negara Eropa bisa memperketat impor minyak sawit," kata pialang di Kuala Lumpur yang biasa memasok minyak sawit ke Eropa, mengutip Reuters. "Importir tampaknya enggan mengambil risiko."


Namun, prediksi tingginya penggunaan minyak sawit untuk biodiesel bisa menjadi penahan pelemahan harga CPO.

Editor surat kabar Oil World, Thomas Mielke mengatakan bahwa produksi biodiesel di seluruh dunia diperkirakan mencapai 18,3 juta ton pada tahun ini dan akan menyerap pasokan minyak sawit di pasar global, mengutip Reuters.

Sebagai akibat dari program pemerintah, produksi biodisel Indonesia akan sebesar 7,5 juta ton, sedangkan Malaysia 1,5 juta ton. Program B20 ialah membuat 20% campuran biodisel terdiri dari fatty acid methyl ester (FAME) yang diolah dari minyak sawit.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(taa/tas) Next Article Malaysia Libur 2 Hari, Harga CPO Kembali Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular