
Fokus Investor
AirAsia 'Talak' Traveloka, Astra Suntik Go-Jek Rp 1,4 T
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
05 March 2019 08:14

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) harus pasrah ditutup di zona merah pada perdagangan pertama di pekan ini, Senin (4/3/2019). IHSG mengakhiri perdagangan dengan pelemahan 0,18% ke level 6.488,42.
Kinerja IHSG berkebalikan dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang justru diperdagangkan menguat: indeks Nikkei naik 1,02%, indeks Shanghai naik 1,12%, indeks Hang Seng naik 0,51%, dan indeks Straits Times naik 0,91%.
Aksi ambil untung oleh investor asing membuat IHSG tak bisa mengikuti jejak bursa saham negara-negara tetangga. Hingga akhir perdagangan, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 545,4 miliar.
CNBC Indonesia menghimpun beberapa beberapa peristiwa yang terjadi pada emiten-emiten dan layak disimak oleh investor sebelum perdagangan hari ini, Selasa (5/3/2019), dibuka.
1. Kecewa! AirAsia Putuskan Hubungan dengan Traveloka
PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP) menyatakan menghentikan penjualan tiket lewat online travel agency (OTA) Traveloka. Hal itu disampaikan CEO AirAsia Indonesia Dendy Kurniawan dalam jumpa pers di sebuah restoran di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta, Senin (4/3/2019).
"Ini didasari atas kekecewaan kami terhadap Traveloka," tegasnya.
Dendy menyatakan kekecewaan karena pada 14 Februari-17 Februari 2019 lalu tiket AirAsia sempat hilang tanpa ada penjelasan resmi.
"Kami cukup bersabar menunggu pernyataan resmi tapi tidak ada sedikitpun pernyataan dari Traveloka tentang hilangnya flight kami di Traveloka," katanya.
2. Laba Bersih Adaro Turun 13,5% Jadi Rp 5,8 T di 2018
PT Adaro Energy Tbk (ADRO) merilis laporan keuangan konsolidasi untuk kinerja selama 2018. Adaro mencatat penurunan laba bersih sebanyak 13,5% dibanding 2017.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, laba bersih Adaro di 2018 mencapai US$ 417 juta atau setara Rp 5,8 triliun. Laba tersebut turun 13,5% dibanding 2017 yang mencapai US$ 483 juta.
Dari sisi pendapatan, sebenarnya perusahaan mencatat kenaikan cukup banyak dari US$ 3,2 miliar di 2017 jadi US$ 3,6 miliar. Namun, dari sisi beban juga tercatat kenaikan signifikan terutama untuk beban lain-lain. Di 2017, beban lain-lain perusahaan hanya US$ 6 juta dan langsung meroket ke US$ 124 juta di 2018.
3. Online Shop Bikin Laba Matahari Anjlok 42% Jadi Rp 1,1 T
Perusahaan Grup Lippo, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) membukukan penurunan laba bersih sepanjang tahun lalu di tengah ketatnya kompetisi dengan e-commerce. Laba bersih LPPF anjlok 42% tahun lalu menjadi Rp 1,10 triliun dari tahun 2017 sebesar Rp 1,91 triliun.
Mengacu data laporan keuangan, pendapatan bersih anak usaha PT Multipolar Tbk (MLPL) ini naik menjadi Rp 10,25 triliun dari periode tahun sebelumnya Rp 10,02 triliun. Penjualan itu ditopang pendapatan eceran naik menjadi Rp 6,66 trilium dari sebelumnya Rp 6,53 triliun, dan pendapatan konsinyasi Rp 3,49 triliun, naik dari sebelumnya Rp 3,43 triliun, sisanya pendapatan jasa.
Di sisi lain, penjualan kotor LPPF mencapai Rp 17,9 triliun, meningkat 2,1% dari Rp 17,5 triliun pada 2017.
4. Astra Bentuk Perusahaan Patungan dan Suntik Go-Jek Rp 1,4 T
PT Astra International Tbk (ASII) dan Go-Jek kian mesra. Hari ini (4/3/2019) Go-Jek dan Astra membentuk perusahaan patungan (join venture) untuk mendorong pengembangan bisnis ride hailing roda empat yang diharapkan dapat membantu meningkatkan ketersediaan layanan transportasi online pintu ke pintu bagi masyarakat.
Pada kesempatan ini, Astra juga mengumumkan partisipasinya dalam tahap pertama pendanaan seri F Go-Jek dengan investasi sebesar US$ 100 juta atau setara Rp 1,4 triliun (asumsi US$1 = Rp 14.000). Dengan tambahan investasi tersebut, total investasi Astra pada Go-Jek kini mencapai US$ 250 juta.
5. Genjot Kredit Motor, FIF Rilis Obligasi Rp 2,36 T
Anak usaha PT Astra International Tbk (ASII) di jasa kredit sepeda motor, PT Federal International Finance (FIF) menerbitkan dua seri Obligasi Berkelanjutan III Federal International Finance Tahap V Tahun 2019 sebesar Rp 2,36 triliun.
Dalam publikasi efek di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), obligasi ini menjadi bagian dari penerbitan Obligasi Berkelanjutan III FIF dengan target dana yang dihimpun sebanyak Rp 15 triliun yang dilakukan dalam 2 tahun penerbitan.
Obligasi Tahap V ini masing-masing adalah Seri A sebesar Rp 990,85 miliar dengan kupon 8% per tahun, jatuh tempo pada 22 Maret 2020 atau tenor 1 tahun dan Seri B sebesar Rp 1,39 triliun dengan kupon 8,80% dan jatuh tempo 12 Maret 2022 atau 3 tahun.
(prm) Next Article Susul CMPP, BCAP & SDMU Resmi Keluar Dari Pemantauan Bursa
Kinerja IHSG berkebalikan dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang justru diperdagangkan menguat: indeks Nikkei naik 1,02%, indeks Shanghai naik 1,12%, indeks Hang Seng naik 0,51%, dan indeks Straits Times naik 0,91%.
Aksi ambil untung oleh investor asing membuat IHSG tak bisa mengikuti jejak bursa saham negara-negara tetangga. Hingga akhir perdagangan, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 545,4 miliar.
1. Kecewa! AirAsia Putuskan Hubungan dengan Traveloka
PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP) menyatakan menghentikan penjualan tiket lewat online travel agency (OTA) Traveloka. Hal itu disampaikan CEO AirAsia Indonesia Dendy Kurniawan dalam jumpa pers di sebuah restoran di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta, Senin (4/3/2019).
"Ini didasari atas kekecewaan kami terhadap Traveloka," tegasnya.
Dendy menyatakan kekecewaan karena pada 14 Februari-17 Februari 2019 lalu tiket AirAsia sempat hilang tanpa ada penjelasan resmi.
"Kami cukup bersabar menunggu pernyataan resmi tapi tidak ada sedikitpun pernyataan dari Traveloka tentang hilangnya flight kami di Traveloka," katanya.
2. Laba Bersih Adaro Turun 13,5% Jadi Rp 5,8 T di 2018
PT Adaro Energy Tbk (ADRO) merilis laporan keuangan konsolidasi untuk kinerja selama 2018. Adaro mencatat penurunan laba bersih sebanyak 13,5% dibanding 2017.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, laba bersih Adaro di 2018 mencapai US$ 417 juta atau setara Rp 5,8 triliun. Laba tersebut turun 13,5% dibanding 2017 yang mencapai US$ 483 juta.
Dari sisi pendapatan, sebenarnya perusahaan mencatat kenaikan cukup banyak dari US$ 3,2 miliar di 2017 jadi US$ 3,6 miliar. Namun, dari sisi beban juga tercatat kenaikan signifikan terutama untuk beban lain-lain. Di 2017, beban lain-lain perusahaan hanya US$ 6 juta dan langsung meroket ke US$ 124 juta di 2018.
3. Online Shop Bikin Laba Matahari Anjlok 42% Jadi Rp 1,1 T
Perusahaan Grup Lippo, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) membukukan penurunan laba bersih sepanjang tahun lalu di tengah ketatnya kompetisi dengan e-commerce. Laba bersih LPPF anjlok 42% tahun lalu menjadi Rp 1,10 triliun dari tahun 2017 sebesar Rp 1,91 triliun.
Mengacu data laporan keuangan, pendapatan bersih anak usaha PT Multipolar Tbk (MLPL) ini naik menjadi Rp 10,25 triliun dari periode tahun sebelumnya Rp 10,02 triliun. Penjualan itu ditopang pendapatan eceran naik menjadi Rp 6,66 trilium dari sebelumnya Rp 6,53 triliun, dan pendapatan konsinyasi Rp 3,49 triliun, naik dari sebelumnya Rp 3,43 triliun, sisanya pendapatan jasa.
Di sisi lain, penjualan kotor LPPF mencapai Rp 17,9 triliun, meningkat 2,1% dari Rp 17,5 triliun pada 2017.
4. Astra Bentuk Perusahaan Patungan dan Suntik Go-Jek Rp 1,4 T
PT Astra International Tbk (ASII) dan Go-Jek kian mesra. Hari ini (4/3/2019) Go-Jek dan Astra membentuk perusahaan patungan (join venture) untuk mendorong pengembangan bisnis ride hailing roda empat yang diharapkan dapat membantu meningkatkan ketersediaan layanan transportasi online pintu ke pintu bagi masyarakat.
Pada kesempatan ini, Astra juga mengumumkan partisipasinya dalam tahap pertama pendanaan seri F Go-Jek dengan investasi sebesar US$ 100 juta atau setara Rp 1,4 triliun (asumsi US$1 = Rp 14.000). Dengan tambahan investasi tersebut, total investasi Astra pada Go-Jek kini mencapai US$ 250 juta.
5. Genjot Kredit Motor, FIF Rilis Obligasi Rp 2,36 T
Anak usaha PT Astra International Tbk (ASII) di jasa kredit sepeda motor, PT Federal International Finance (FIF) menerbitkan dua seri Obligasi Berkelanjutan III Federal International Finance Tahap V Tahun 2019 sebesar Rp 2,36 triliun.
Dalam publikasi efek di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), obligasi ini menjadi bagian dari penerbitan Obligasi Berkelanjutan III FIF dengan target dana yang dihimpun sebanyak Rp 15 triliun yang dilakukan dalam 2 tahun penerbitan.
Obligasi Tahap V ini masing-masing adalah Seri A sebesar Rp 990,85 miliar dengan kupon 8% per tahun, jatuh tempo pada 22 Maret 2020 atau tenor 1 tahun dan Seri B sebesar Rp 1,39 triliun dengan kupon 8,80% dan jatuh tempo 12 Maret 2022 atau 3 tahun.
(prm) Next Article Susul CMPP, BCAP & SDMU Resmi Keluar Dari Pemantauan Bursa
Most Popular