
Harga Emas Amblas ke Posisi Terendah dari Awal 2019
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
04 March 2019 17:17

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas berjangka di bursa COMEX pada sore hari ini (4/3/2019) masih berkubang di zona merah, setelah lima hari bertuntun ditutup melemah.
Hingga pukul 16:45 WIB, harga emas kontrak April masih terkoreksi sebesar 0,84% ke level US$ 1.288,3/troy ounce, setelah juga amblas 1,28% pada perdagangan akhir pekan lalu (1/3/2019).
Selama sepekan, harga emas telah berkurang 2,94% secara point-to-point. Sedangkan sejak awal tahun, harga logam mulia ini masih tercatat naik 0,55%.
Damai dagang Amerika Serikat (AS)-China yang sudah semakin dekat membuat investor makin enggan untuk bermain aman. Investasi pada instrumen beresiko menjadi lebih menarik, mengingat keuntungannya lebih besar ketimbang berlama-lama menahan emas.
Bahkan Wall Street Journal pada hari Minggu (3/3/2019) mengabarkan bahwa Presiden AS, Donald Trump dan Presiden China, Xi Jinping kemungkinan akan menandatangani kesepakatan pada sebuah pertemuan di sekitar 27 Maret.
Sebelumnya, Trump telah meminta China untuk segera menghapus bea impor produk-produk agrikultur asal AS melalui tulisan di akun twitter pribadi-nya.
"Saya sudah meminta China untuk segera menghapus bea masuk produk-produk agrikultur kami (termasuk daging sapi, daging babi, dan sebagainya), karena perundingan dagang berjalan dengan sangat baik dan saya tidak menaikkan tarif bea masuk menjadi 25% pada 1 Maret. Ini sangat penting untuk petani kami, dan saya!" cuit Trump di Twitter pada hari Sabtu (2/3/2019).
Rilis dara makroekonomi yang terbilang cemerlang dari AS juga memberikan beban tambahan bagi pergerakan harga emas.
Akhir minggu lalu, pembacaan angka pertumbuhan AS kuartal IV-2018 yang disetahunkan (annualized) berada di posisi 2,6%. Meski turun dibanding capaian kuartal III-2018 yang sebesar 3,4%, namun nilainya berhasil mengalahkan konsensus pasar yang sebesar 2,2%, seperti dilansir dari Forex Factory.
Selain itu rilis data klaim pengangguran minggu lalu yang ternyata sama dengan minggu sebelumnya juga menunjukkan bahwa tingkat penciptaan tenaga kerja di AS masih berada di level yang moderat. Meski tidak bisa dibilang bagus, namun setidaknya tidak bertmbah parah ditengah perlambatan ekonomi yang melanda.
Bila perkembangan ekonomi AS semakin membaik, maka kemungkinan The Fed untuk kembali menaikkan suku bunga acuannya juga semakin besar.
Bahkan pada hari ini probabilitas The Fed menaikkan suku bunganya sebanyak satu kalo di tahun ini telah meningkat menjadi 11%, berdasarkan konsensus yang dihimpun oleh CME. Padahal pada hari Jumat (1/3/2019) kemungkinannya masih sekitar 3%.
Bila benar suku bunga acuan The Fed naik lagi tahun ini. Maka dolar akan berpotensi berjaya kembali. Pasalnya semakin tinggi suku bunga akan membuat investasi pada aset-aset berbasis dolar akan lebih menguntungkan.
Alhasil akan banyak dolar kembali masuk ke Negeri Paman Sam dan lebih sulit ditemukan di pasar keuangan negara-negara berkembang.
Nilai dolar memang biasanya akan berkorelasi negatif dengan harga emas. Sebab harga emas menjadi relatif lebih mahal. Terlebih nilainya yang sudah tinggi juga membuat hasrat investor untuk mengamankan keuntungan juga sudah terbuka lebar.
Tak heran kilau emas mulai pudar belakangan ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/hps) Next Article Bursa Saham Global Membara, Harga Emas Antam Stagnan
Hingga pukul 16:45 WIB, harga emas kontrak April masih terkoreksi sebesar 0,84% ke level US$ 1.288,3/troy ounce, setelah juga amblas 1,28% pada perdagangan akhir pekan lalu (1/3/2019).
Selama sepekan, harga emas telah berkurang 2,94% secara point-to-point. Sedangkan sejak awal tahun, harga logam mulia ini masih tercatat naik 0,55%.
Damai dagang Amerika Serikat (AS)-China yang sudah semakin dekat membuat investor makin enggan untuk bermain aman. Investasi pada instrumen beresiko menjadi lebih menarik, mengingat keuntungannya lebih besar ketimbang berlama-lama menahan emas.
Bahkan Wall Street Journal pada hari Minggu (3/3/2019) mengabarkan bahwa Presiden AS, Donald Trump dan Presiden China, Xi Jinping kemungkinan akan menandatangani kesepakatan pada sebuah pertemuan di sekitar 27 Maret.
Sebelumnya, Trump telah meminta China untuk segera menghapus bea impor produk-produk agrikultur asal AS melalui tulisan di akun twitter pribadi-nya.
"Saya sudah meminta China untuk segera menghapus bea masuk produk-produk agrikultur kami (termasuk daging sapi, daging babi, dan sebagainya), karena perundingan dagang berjalan dengan sangat baik dan saya tidak menaikkan tarif bea masuk menjadi 25% pada 1 Maret. Ini sangat penting untuk petani kami, dan saya!" cuit Trump di Twitter pada hari Sabtu (2/3/2019).
Rilis dara makroekonomi yang terbilang cemerlang dari AS juga memberikan beban tambahan bagi pergerakan harga emas.
Akhir minggu lalu, pembacaan angka pertumbuhan AS kuartal IV-2018 yang disetahunkan (annualized) berada di posisi 2,6%. Meski turun dibanding capaian kuartal III-2018 yang sebesar 3,4%, namun nilainya berhasil mengalahkan konsensus pasar yang sebesar 2,2%, seperti dilansir dari Forex Factory.
Selain itu rilis data klaim pengangguran minggu lalu yang ternyata sama dengan minggu sebelumnya juga menunjukkan bahwa tingkat penciptaan tenaga kerja di AS masih berada di level yang moderat. Meski tidak bisa dibilang bagus, namun setidaknya tidak bertmbah parah ditengah perlambatan ekonomi yang melanda.
Bila perkembangan ekonomi AS semakin membaik, maka kemungkinan The Fed untuk kembali menaikkan suku bunga acuannya juga semakin besar.
Bahkan pada hari ini probabilitas The Fed menaikkan suku bunganya sebanyak satu kalo di tahun ini telah meningkat menjadi 11%, berdasarkan konsensus yang dihimpun oleh CME. Padahal pada hari Jumat (1/3/2019) kemungkinannya masih sekitar 3%.
Bila benar suku bunga acuan The Fed naik lagi tahun ini. Maka dolar akan berpotensi berjaya kembali. Pasalnya semakin tinggi suku bunga akan membuat investasi pada aset-aset berbasis dolar akan lebih menguntungkan.
Alhasil akan banyak dolar kembali masuk ke Negeri Paman Sam dan lebih sulit ditemukan di pasar keuangan negara-negara berkembang.
Nilai dolar memang biasanya akan berkorelasi negatif dengan harga emas. Sebab harga emas menjadi relatif lebih mahal. Terlebih nilainya yang sudah tinggi juga membuat hasrat investor untuk mengamankan keuntungan juga sudah terbuka lebar.
Tak heran kilau emas mulai pudar belakangan ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/hps) Next Article Bursa Saham Global Membara, Harga Emas Antam Stagnan
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular