
Asing Jualan 3 Hari Berturut-turut, IHSG Merana di Awal Pekan
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
04 March 2019 17:04

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) harus pasrah ditutup di zona merah pada perdagangan pertama di pekan ini. Dibuka menguat 0,13% dan sempat menguat hingga 0,57%, IHSG mengakhiri perdagangan dengan pelemahan sebesar 0,18% ke level 6.488,42.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi pelemahan IHSG diantaranya: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (-1,53%), PT Astra International Tbk/ASII (-1,04%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-1,05%), PT Matahari Department Store Tbk/LPPF (-7,56%), dan PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (-1,62%).
Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang justru diperdagangkan menguat: indeks Nikkei naik 1,02%, indeks Shanghai naik 1,12%, indeks Hang Seng naik 0,51%, dan indeks Straits Times naik 0,91%.
Aksi ambil untung oleh investor asing membuat IHSG tak bisa mengikuti jejak bursa saham negara-negara tetangga. Hingga akhir perdagangan, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 545,4 miliar di pasar saham tanah air, menandai jual bersih selama 3 hari berturut-turut.
Ruang bagi investor asing untuk melakukan ambil untung sejatinya memang terbilang masih besar. Sepanjang tahun ini (hingga penutupan perdagangan hari Jumat, 1/3/2019), investor asing telah membukukan beli bersih senilai Rp 9,96 triliun dan IHSG telah menguat sebesar 4,93% dalam periode tersebut.
Pelemahan rupiah membuat investor asing terus melakukan aksi ambil untung. Hingga sore hari, rupiah melemah 0,11% di pasar spot ke level Rp 14.125/dolar AS. Dolar AS memang sedang perkasa hari ini, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang menguat sebesar 0,05%.
Dolar AS masih mendapatkan energi dari rilis data pertumbuhan ekonomi AS yang menggembirakan. Pada Kamis lalu (28/2/2018), pembacaan awal untuk angka pertumbuhan ekonomi AS periode kuartal-IV 2018 diumumkan di level 2,6% (QoQ annualized).
Memang ada perlambatan dibandingkan capaian kuartal-III 2018 yang sebesar 3,4%, namun capaian pada kuartal-IV 2018 berhasil mengalahkan konsensus yang sebesar 2,2%, seperti dilansir dari Forex Factory.
Dengan pertumbuhan ekonomi AS yang masih oke di tengah perang dagang dengan China yang berkecamuk, pelaku pasar mulai menaruh harapan bahwa The Federal Reserve selaku bank sentral AS akan mengerek suku bunga acuan pada tahun ini.
Selain karena kekhawatiran bahwa The Fed akan mengerek suku bunga acuan pada tahun ini, kinerja rupiah juga tertekan oleh kenaikan harga minyak mentah. Hingga sore hari, harga minyak mentah WTI kontrak pengiriman bulan April menguat 0,79% ke level US$ 56,24/barel, sementara minyak brent kontrak pengiriman bulan yang sama naik 0,85% ke level US$ 65,62/barel.
Kenaikan harga minyak mentah dunia tentu menjadi kabar buruk bagi rupiah karena dapat membuat defisit perdagangan migas yang kerap menjadi biang kerok bengkaknya defisit neraca berjalan (current account deficit/CAD) menjadi melebar.
Sebagai informasi, belum lama ini CAD periode kuartal-IV 2018 diumumkan senilai US$ 9,1 miliar atau 3,57% dari PDB, naik dari capaian kuartal-III 2018 yang sebesar 3,37% dari PDB. CAD pada kuartal-IV 2018 merupakan yang terparah sejak kuartal-II 2014.
5 besar saham yang dilepas investor asing pada hari ini adalah: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 175,9 miliar), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (Rp 121,9 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 113,2 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 36,7 miliar), dan PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 29,5 miliar). Di sisi lain, bursa saham regional berhasil menghijau seiring dengan damai dagang AS-China yang kian nyata. Wall Street Journal (WSJ) melaporkan pada hari Minggu (3/3/2019) bahwa kedua negara hampir merampungkan kesepakatan dagang besar yang akan membuat kedua belah pihak menurunkan beberapa bea masuk yang telah dikenakan satu sama lain dalam perang dagang.
Dalam laporannya, WSJ mengatakan bahwa perundingan dagang yang digelar bulan lalu di Washington telah membantu AS dan China mempersempit perbedaan di antara mereka yang berarti perjanjian formal akan siap untuk ditandatangani ketika Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping bertemu pada bulan ini.
Masih melansir laporan WSJ, China dikabarkan telah secara tentatif setuju untuk menurunkan bea masuk atau melonggarkan hambatan-hambatan bagi produk-produk impor asal AS seperti pertanian, kimia, dan otomotif.
Para negosiator dari China juga telah menawarkan untuk mempercepat penghapusan batas kepemilikan asing di bidang usaha mobil dan menurunkan bea masuk kendaraan menjadi hingga di bawah 15%.
Sebagai timbal baik dari etikat baik tersebut, pihak AS akan menghapuskan sebagian besar sanksi dagang yang dikenakannya kepada China tahun lalu.
Pemberitaan ini muncul selepas Trump mengumumkan bahwa dirinya telah meminta China untuk menghapuskan seluruh bea masuk yang dibebankan terhadap produk agrikultur asal AS.
"Saya sudah meminta China untuk segera menghapus seluruh bea masuk atas produk-produk agrikultur kami (termasuk daging sapi, daging babi, dan sebagainya) berdasarkan fakta bahwa kami mencapai kemajuan yang baik dalam negosiasi dagang dan saya tidak menaikkan bea masuk menjadi 25% pada 1 Maret. Ini sangat penting untuk petani kami, dan saya!" cuit Trump melalui akun @realDonaldTrump pada tanggal 1 Maret waktu setempat.
Sejauh ini, balas-membalas bea masuk yang dilakukan kedua negara sudah menciderai arus perdagangan global. Maklum, AS dan China merupakan 2 negara dengan nilai perekonomian terbesar di planet bumi.
Jika sampai bea masuk yang telah dikenakan satu sama lain dikurangi atau dihilangkan sepenuhnya, tentu arus perdagangan global akan kembali pulih dan mendorong pertumbuhan ekonomi dunia ke level yang lebih tinggi. Pelemahan IHSG pada hari ini juga dipicu oleh aksi ambil untung atas saham-saham barang konsumsi. Pada perdagangan hari Jumat, indeks sektor barang konsumsi melejit hingga 2,36%, menjadikannya motor utama bagi penguatan IHSG saat itu yang mencapai 0,88%.
Pada perdagangan hari ini, indeks sektor barang konsumsi terkoreksi tipis 0,03%. Sebelumnya pada hari Jumat, pelaku pasar begitu gencar mengoleksi saham-saham barang konsumsi menyusul rilis data Indeks Harga Konsumsi (IHK) periode Februari 2019.
Pada Jumat pagi, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa pada bulan Februari terjadi deflasi sebesar 0,08% MoM, lebih dalam dibandingkan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia yakni deflasi sebesar 0,05% MoM. Sementara itu, tingkat inflasi secara tahunan diumumkan di level 2,57%.
Kadang deflasi bisa diinterpretasikan sebagai bukti dari lemah-nya daya beli masyarakat Indonesia. Namun, deflasi pada bulan Februari praktis hanya disumbang oleh kelompok bahan makanan yang turun hingga 1,11% MoM. Sementara itu, enam komponen pembentuk IHK lainnya membukukan kenaikan harga.
Lantas, secara keseluruhan investor melihat bahwa daya beli masyarakat Indonesia masih kuat. Penurunan tingkat harga pada kelompok bahan makanan lebih disebabkan oleh berlimpahnya pasokan atau distirbusi yang baik.
Lantaran daya beli masyarakat Indonesia dianggap masih kuat, aksi beli atas saham-saham barang konsumsi dilakukan.
Saham-saham barang konsumsi yang terkena aksi ambil untung pada hari ini diantaranya: PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (-1,62%), PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (-1,02%), dan PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-0,1%).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Analis : Net Sell Asing Hanya Bersifat Sementara
Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi pelemahan IHSG diantaranya: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (-1,53%), PT Astra International Tbk/ASII (-1,04%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-1,05%), PT Matahari Department Store Tbk/LPPF (-7,56%), dan PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (-1,62%).
Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang justru diperdagangkan menguat: indeks Nikkei naik 1,02%, indeks Shanghai naik 1,12%, indeks Hang Seng naik 0,51%, dan indeks Straits Times naik 0,91%.
Ruang bagi investor asing untuk melakukan ambil untung sejatinya memang terbilang masih besar. Sepanjang tahun ini (hingga penutupan perdagangan hari Jumat, 1/3/2019), investor asing telah membukukan beli bersih senilai Rp 9,96 triliun dan IHSG telah menguat sebesar 4,93% dalam periode tersebut.
Pelemahan rupiah membuat investor asing terus melakukan aksi ambil untung. Hingga sore hari, rupiah melemah 0,11% di pasar spot ke level Rp 14.125/dolar AS. Dolar AS memang sedang perkasa hari ini, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang menguat sebesar 0,05%.
Dolar AS masih mendapatkan energi dari rilis data pertumbuhan ekonomi AS yang menggembirakan. Pada Kamis lalu (28/2/2018), pembacaan awal untuk angka pertumbuhan ekonomi AS periode kuartal-IV 2018 diumumkan di level 2,6% (QoQ annualized).
Memang ada perlambatan dibandingkan capaian kuartal-III 2018 yang sebesar 3,4%, namun capaian pada kuartal-IV 2018 berhasil mengalahkan konsensus yang sebesar 2,2%, seperti dilansir dari Forex Factory.
Dengan pertumbuhan ekonomi AS yang masih oke di tengah perang dagang dengan China yang berkecamuk, pelaku pasar mulai menaruh harapan bahwa The Federal Reserve selaku bank sentral AS akan mengerek suku bunga acuan pada tahun ini.
Selain karena kekhawatiran bahwa The Fed akan mengerek suku bunga acuan pada tahun ini, kinerja rupiah juga tertekan oleh kenaikan harga minyak mentah. Hingga sore hari, harga minyak mentah WTI kontrak pengiriman bulan April menguat 0,79% ke level US$ 56,24/barel, sementara minyak brent kontrak pengiriman bulan yang sama naik 0,85% ke level US$ 65,62/barel.
Kenaikan harga minyak mentah dunia tentu menjadi kabar buruk bagi rupiah karena dapat membuat defisit perdagangan migas yang kerap menjadi biang kerok bengkaknya defisit neraca berjalan (current account deficit/CAD) menjadi melebar.
Sebagai informasi, belum lama ini CAD periode kuartal-IV 2018 diumumkan senilai US$ 9,1 miliar atau 3,57% dari PDB, naik dari capaian kuartal-III 2018 yang sebesar 3,37% dari PDB. CAD pada kuartal-IV 2018 merupakan yang terparah sejak kuartal-II 2014.
5 besar saham yang dilepas investor asing pada hari ini adalah: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 175,9 miliar), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (Rp 121,9 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 113,2 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 36,7 miliar), dan PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 29,5 miliar). Di sisi lain, bursa saham regional berhasil menghijau seiring dengan damai dagang AS-China yang kian nyata. Wall Street Journal (WSJ) melaporkan pada hari Minggu (3/3/2019) bahwa kedua negara hampir merampungkan kesepakatan dagang besar yang akan membuat kedua belah pihak menurunkan beberapa bea masuk yang telah dikenakan satu sama lain dalam perang dagang.
Dalam laporannya, WSJ mengatakan bahwa perundingan dagang yang digelar bulan lalu di Washington telah membantu AS dan China mempersempit perbedaan di antara mereka yang berarti perjanjian formal akan siap untuk ditandatangani ketika Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping bertemu pada bulan ini.
Masih melansir laporan WSJ, China dikabarkan telah secara tentatif setuju untuk menurunkan bea masuk atau melonggarkan hambatan-hambatan bagi produk-produk impor asal AS seperti pertanian, kimia, dan otomotif.
Para negosiator dari China juga telah menawarkan untuk mempercepat penghapusan batas kepemilikan asing di bidang usaha mobil dan menurunkan bea masuk kendaraan menjadi hingga di bawah 15%.
Sebagai timbal baik dari etikat baik tersebut, pihak AS akan menghapuskan sebagian besar sanksi dagang yang dikenakannya kepada China tahun lalu.
Pemberitaan ini muncul selepas Trump mengumumkan bahwa dirinya telah meminta China untuk menghapuskan seluruh bea masuk yang dibebankan terhadap produk agrikultur asal AS.
"Saya sudah meminta China untuk segera menghapus seluruh bea masuk atas produk-produk agrikultur kami (termasuk daging sapi, daging babi, dan sebagainya) berdasarkan fakta bahwa kami mencapai kemajuan yang baik dalam negosiasi dagang dan saya tidak menaikkan bea masuk menjadi 25% pada 1 Maret. Ini sangat penting untuk petani kami, dan saya!" cuit Trump melalui akun @realDonaldTrump pada tanggal 1 Maret waktu setempat.
Sejauh ini, balas-membalas bea masuk yang dilakukan kedua negara sudah menciderai arus perdagangan global. Maklum, AS dan China merupakan 2 negara dengan nilai perekonomian terbesar di planet bumi.
Jika sampai bea masuk yang telah dikenakan satu sama lain dikurangi atau dihilangkan sepenuhnya, tentu arus perdagangan global akan kembali pulih dan mendorong pertumbuhan ekonomi dunia ke level yang lebih tinggi. Pelemahan IHSG pada hari ini juga dipicu oleh aksi ambil untung atas saham-saham barang konsumsi. Pada perdagangan hari Jumat, indeks sektor barang konsumsi melejit hingga 2,36%, menjadikannya motor utama bagi penguatan IHSG saat itu yang mencapai 0,88%.
Pada perdagangan hari ini, indeks sektor barang konsumsi terkoreksi tipis 0,03%. Sebelumnya pada hari Jumat, pelaku pasar begitu gencar mengoleksi saham-saham barang konsumsi menyusul rilis data Indeks Harga Konsumsi (IHK) periode Februari 2019.
Pada Jumat pagi, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa pada bulan Februari terjadi deflasi sebesar 0,08% MoM, lebih dalam dibandingkan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia yakni deflasi sebesar 0,05% MoM. Sementara itu, tingkat inflasi secara tahunan diumumkan di level 2,57%.
Kadang deflasi bisa diinterpretasikan sebagai bukti dari lemah-nya daya beli masyarakat Indonesia. Namun, deflasi pada bulan Februari praktis hanya disumbang oleh kelompok bahan makanan yang turun hingga 1,11% MoM. Sementara itu, enam komponen pembentuk IHK lainnya membukukan kenaikan harga.
Lantas, secara keseluruhan investor melihat bahwa daya beli masyarakat Indonesia masih kuat. Penurunan tingkat harga pada kelompok bahan makanan lebih disebabkan oleh berlimpahnya pasokan atau distirbusi yang baik.
Lantaran daya beli masyarakat Indonesia dianggap masih kuat, aksi beli atas saham-saham barang konsumsi dilakukan.
Saham-saham barang konsumsi yang terkena aksi ambil untung pada hari ini diantaranya: PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (-1,62%), PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (-1,02%), dan PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-0,1%).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Analis : Net Sell Asing Hanya Bersifat Sementara
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular