IHSG Tembus 6.500 Lagi, Terima Kasih AS & China!

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
04 March 2019 09:54
IHSG Tembus 6.500 Lagi, Terima Kasih AS & China!
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali pekan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menembus level psikologis 6.500. Pada pembukaan perdagangan, IHSG menguat sebesar 0,13% ke level 6.508,26. Sebagai informasi, pada penutupan perdagangan hari Jumat (1/3/2018), IHSG ditutup di level 6.499,88. Pada pukul 9:27 WIB, IHSG telah memperlebar penguatannya menjadi 0,35% ke level 6.522,93.

Kinerja IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan Asia yang juga diperdagangkan di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,83%, indeks Shanghai naik 1,21%, indeks Hang Seng naik 0,09%, indeks Straits Times naik 0,08%, dan indeks Kospi naik 0,3%.

Mood investor untuk memburu instrumen berisiko seperti saham datang dari damai dagang AS-China yang kian dekat. Wall Street Journal (WSJ) melaporkan pada hari Minggu (3/3/2019) bahwa kedua negara hampir merampungkan kesepakatan dagang besar yang akan membuat kedua belah pihak menurunkan beberapa bea masuk yang telah dikenakan satu sama lain dalam perang dagang.

Dalam laporannya, WSJ mengatakan bahwa perundingan dagang yang digelar bulan lalu di Washington telah membantu AS dan China mempersempit perbedaan di antara mereka yang berarti perjanjian formal akan siap untuk ditandatangani ketika Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping bertemu pada bulan ini.

Masih melansir laporan WSJ, China dikabarkan telah secara tentatif setuju untuk menurunkan bea masuk atau melonggarkan hambatan-hambatan bagi produk-produk impor asal AS seperti pertanian, kimia, dan otomotif.

Para negosiator dari China juga telah menawarkan untuk mempercepat penghapusan batas kepemilikan asing di bidang usaha mobil dan menurunkan bea masuk kendaraan menjadi hingga di bawah 15%.

Sebagai timbal baik dari etikat baik tersebut, pihak AS akan menghapuskan sebagian besar sanksi dagang yang dikenakannya kepada China tahun lalu.

Sejauh ini, balas-membalas bea masuk yang dilakukan kedua negara terlihat jelas sudah menyakiti perekonomian masing-masing, berikut perekonomian dunia.

Di China, pada tanggal 1 Maret lalu Manufacturing PMI periode Februari 2019 versi Caixin diumumkan di level 49,9, seperti dilansir dari Trading Economics. Sebagai catatan, angka di bawah 50 menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur mengawali kontraksi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Kemudian di AS pada tanggal yang sama, Manufacturing PMI periode Februari 2019 versi ISM diumumkan di level 54,2. Walaupun berada di atas level 50 yang menunjukkan adanya ekspansi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, ekspansi yang terjadi tak sekencang yang diharapkan. Melansir Forex Factory, konsensus untuk data tersebut berada di level 55,6.

Jika sampai bea masuk yang telah dikenakan satu sama lain dikurangi atau dihilangkan sepenuhnya, tentu arus perdagangan dunia akan kembali pulih dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke level yang lebih tinggi. Sektor barang konsumsi yang menguat sebesar 1% masih menjadi senjata pamungkas bagi IHSG seperti hari Jumat lalu. Pada perdagangan terakhir di pekan lalu, indeks sektor barang konsumsi melejit hingga 2,36%, mendorong IHSG menguat sebesar 0,88%.

Aksi beli atas saham-saham barang konsumsi masih dilakukan investor menyusul rilis data Indeks Harga Konsumsi (IHK) periode Februari 2019.

Pada Jumat pagi, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa pada bulan Februari terjadi deflasi sebesar 0,08% MoM, lebih dalam dibandingkan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia yakni deflasi sebesar 0,05% MoM. Sementara itu, tingkat inflasi secara tahunan diumumkan di level 2,57%.

Sejatinya, deflasi bisa diinterpretasikan sebagai bukti dari lemahnya daya beli masyarakat Indonesia. Namun, deflasi pada bulan Februari praktis hanya disumbang oleh kelompok bahan makanan yang turun hingga 1,11% MoM. Sementara itu, enam komponen pembentuk IHK lainnya membukukan kenaikan harga.

Lantas, secara keseluruhan investor melihat bahwa daya beli masyarakat Indonesia masih kuat. Penurunan tingkat harga pada kelompok bahan makanan lebih disebabkan oleh berlimpahnya pasokan atau distirbusi yang baik.

Lantaran daya beli masyarakat Indonesia dianggap masih kuat, aksi beli atas saham-saham barang konsumsi dilakukan.

Saham-saham barang konsumsi yang banyak diburu investor diantaranya: PT Gudang Garam Tbk/GGRM ( 4,33%), PT HM Sampoerna Tbk/HMSP ( 2,55%), dan PT Kimia Farma Tbk/KAEF ( 1,9%).

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Awas Babak Baru Perang Dagang AS-China Gegara Tomat & Kapas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular