Terendah Dalam 3 Minggu, Harga Emas Tertekan Dolar AS

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
01 March 2019 14:40
Harga emas berjangka di bursa COMEX pada siang Jumat hari ini (1/3/2019) kembali menyentuh posisi terendahnya dalam tiga minggu.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas berjangka di bursa COMEX pada siang Jumat hari ini (1/3/2019) kembali menyentuh posisi terendahnya dalam tiga minggu.

Hingga pukul 14:30 WIB, harga emas kontrak April masih terkoreksi sebesar 0,37% ke level US$ 1.311,2/troy ounce, setelah juga melemah 0,39% pada perdagangan kemarin (28/2/2019).

Selama sepekan, harga emas telah berkurang 1,38% secara point-to-point. Sedangkan sejak awal tahun, harga logam mulia ini masih tercatat naik 2,33%.



Pembacaan kedua pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat membuat investor makin berani untuk mengambil risiko lebih pada instrumen investasi lain. Pasalnya ekonomi AS pada tahun 2018 masih bisa tumbuh 2,9%, yang mana melampaui ekspektasi pasar yang sebesar 2,2%, mengutip Forex Factory.

Selain itu, rilis klaim pengangguran baru AS untuk minggu yang berakhir pada 23 Februari, yang ternyata masih sebesar 225.000, sama dengan minggu sebelumnya. Lagi-lagi, angka tersebut melampaui ekspektasi konsensus pasar yang berada di level 220.000.

Artinya, penciptaan lapangan kerja di Negeri Paman Sam masih berada di level yang moderat. Tidak terlalu bagus, namun tidak bisa dibilang jelek juga.

Indikator makroekonomi tersebut menggambarkan perlambatan ekonomi AS tidak seburuk yang dibayangkan oleh pelaku pasar. Investor pun mulai berhitung ulang. Investasi pada instrumen beresiko menjadi lebih menarik ketimbang emas, mengingat keuntungannya juga lebih besar.

Selain itu, kemungkinan The Fed untuk menaikkan suku bunganya tahun ini juga telah meningkat pasca rilis notulensi rapat The Fed edisi Januari yang bertafsir ganda.

Dalam notulen tersebut terdapat nada-nada yang mengindikasikan bahwa The Fed masih berkemungkinan untuk menaikkan suku bunganya.

"Banyak peserta rapat berpandangan bahwa menahan suku bunga acuan di tingkat yang sekarang untuk beberapa waktu bisa menimbulkan risiko. Oleh karena itu, jika ketidakpastian berkurang maka The Fed perlu meninjau kembali stance sabarnya," papar notulensi The Fed.

Probabilitas The Fed menaikkan suku bunganya tahun ini sebanyak satu kali juga meningkat menjadi 3,2% menurut konsensus yang dihimpun oleh CME. Padahal pada 22 Februari silam, angka kemungkinannya masih 0%.

Tak ayal, hari ini Dolar Indeks yang merefleksikan nilai dolar relatif terhadap enam mata uang dunia terkerek naik 0,16% ke posisi 96,31. Saat posisi greenback relatif di atas, maka harga emas menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain. Daya tarik emas pun surut.

Namun demikian, masih ada energi positif yang berpotensi untuk mendorong pergerakan harga emas.

"Kenyataannya adalah ini menjadi tantangan yang berlangsung dalam waktu yang sangat lama. Saya tidak cukup bodoh untuk percaya satu negosiasi bisa mengubahnya," kata Perwakilan Dagang AS, Robert Lighthizer di hadapan Komite Perpajakan House of Representatives kemarin (27/2/2019), mengutip Reuters. "Jika ada ketidaksepakatan, maka AS akan bertindak proporsional," tegasnya.

Nada yang dilontarkan Lighthizer tersebut membuat pelaku pasar masih diliputi kekhawatiran eskalasi perang dagang AS-China ya. Sebab jika memang benar tidak ada kesepakatan, AS akan menaikkan bea impor produk asal China yang senilai US$ 200 miliar menjadi 25% (dari 10%).

Bila benar kejadian, maka perlambatan ekonomi global yang sudah di bawah telapak kaki akan berlanjut, bahkan makin parah.

Di bawah baying-bayang ketidakpastian ekonomi dunia, investor masih cenderung enggan untuk melepas emas. Sebab, emas memang sering dijadikan pelindung nilai karena fluktuasi nilainya yang tidak terlalu ekstrim.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/gus) Next Article Bursa Saham Global Membara, Harga Emas Antam Stagnan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular