
Analisis Teknikal
Investor Kembali Peluk Dolar AS, Rupiah Merana Lagi
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
28 February 2019 12:04

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjelang siang, Kamis (28/2/2019). Hingga pukul 11:50 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.065. Nilai rupiah melemah 0,29% dibandingkan hari penutupan sebelumnya.
Sentimen negatif dari akhir perang dagang AS-China kembali samar-samar membuat investor global kembali memeluk dolar AS karena dianggap lebih aman dari penurunan nilai di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Dalam paparan di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Rabu (27/2/2019), Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer menyatakan China perlu lebih dari sekadar membeli produk-produk AS sebelum pada akhirnya kedua negara mencapai kesepakatan dagang yang permanen.
Sentimen lain yang mendorong pelemahan rupiah adalah kenaikan harga minyak mentah. Minyak Brent yang menjadi acuan harga minyak Indonesia dalam sebulan sudah naik 8% ke posisi US$ 66/barel, sedangkan harga minyak jenis lightsweet (WTI) 6,9% ke posisi US$ 56/barel.
Kenaikan harga minyak akan membebani pergerakan rupiah, dikarenakan impor migas akan membengkak dan mengancam transaksi berjalan (current account), sebuah fondasi penting bagi rupiah.
Secara teknikal, rupiah cenderung tertekan dibandingkan pergerakan dolar AS. Mata uang greenback ini mulai mendominasi karena sedang bergerak di atas rata-ratanya selama lima hari (moving average five/MA5) terhadap rupiah.
Pelemahan rupiah berpotensi tertahan pada level Rp 14.125 per dolar AS. Level tersebut merupakan penahan pelemahan (resistance) dalam jangka pendek.
Mengacu pada indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (moving average convergence divergence/ MACD) yang menggambarkan arah gerak, dolar AS pada posisi cenderung menguat (golden cross).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/tas) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Sentimen negatif dari akhir perang dagang AS-China kembali samar-samar membuat investor global kembali memeluk dolar AS karena dianggap lebih aman dari penurunan nilai di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Dalam paparan di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Rabu (27/2/2019), Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer menyatakan China perlu lebih dari sekadar membeli produk-produk AS sebelum pada akhirnya kedua negara mencapai kesepakatan dagang yang permanen.
Kenaikan harga minyak akan membebani pergerakan rupiah, dikarenakan impor migas akan membengkak dan mengancam transaksi berjalan (current account), sebuah fondasi penting bagi rupiah.
Secara teknikal, rupiah cenderung tertekan dibandingkan pergerakan dolar AS. Mata uang greenback ini mulai mendominasi karena sedang bergerak di atas rata-ratanya selama lima hari (moving average five/MA5) terhadap rupiah.
![]() |
Pelemahan rupiah berpotensi tertahan pada level Rp 14.125 per dolar AS. Level tersebut merupakan penahan pelemahan (resistance) dalam jangka pendek.
Mengacu pada indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (moving average convergence divergence/ MACD) yang menggambarkan arah gerak, dolar AS pada posisi cenderung menguat (golden cross).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/tas) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular