Lesu di Kurs Tengah BI, Rupiah Terlemah Ketiga Asia di Spot

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 February 2019 10:29
Lesu di Kurs Tengah BI, Rupiah Terlemah Ketiga Asia di Spot
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di kurs tengah Bank Indonesia (BI) melemah hari ini. Seperti halnya di pasar spot, dolar AS kembali menembus kisaran Rp 14.000. 

Pada Rabu (27/2/2019), kurs tengah BI atau Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.004. Rupiah melemah 0,1% dibandingkan posisi hari sebelumnya. 

Sementara di pasar spot, rupiah yang sempat jumawa berbalik teraniaya di hadapan dolar AS. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.010, di mana rupiah melemah 0,16% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Seperti rupiah, hampir seluruh mata uang utama Asia tidak berkutik di hadapan dolar AS. Hanya yuan China dan ringgit Malaysia yang mampu menguat, sisanya tidak bisa selamat. 

Namun dengan pelemahan 0,16%, rupiah menjadi mata uang terlemah ketiga di Benua Kuning. Miris, karena pagi tadi rupiah sempat menjadi mata uang terbaik di Asia. 


Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 10:107 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Tidak cuma di Asia, dolar AS memang sedang menguat secara global. Pada pukul 10:08 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) semakin kuat dengan apresiasi 0,11%. 

Dolar AS di atas angin karena investor masih percaya terhadap mata uang ini. Menurut kalkulasi Reuters dan Commodity Futures Trading Commission, investor memegang dolar AS secara jangka panjang senilai US$ 22,15 miliar pada pekan yang berakhir 12 Februari. Naik dibandingkan pekan sebelumnya yaitu US$ 21,76 miliar. 

Tingginya risiko di perekonomian global, seperti perlambatan di Eropa dan China, mendorong pelaku pasar untuk menjadikan dolar AS sebagai 'bunker' perlindungan. Dolar AS ternyata masih menjadi darling pelaku pasar, meski tanpa dukungan kenaikan suku bunga acuan seperti tahun lalu. 


Selain itu, investor juga sedang kalem karena sentimen damai dagang AS-China sudah reda. Setelah 2 hari menjadi faktor yang mendorong penguatan pasar keuangan Asia, kini investor terlihat sudah move on dari isu tersebut. 


Maklum, hari ini belum ada kabar terbaru dari hubungan AS-China. Mungkin investor memilih menunggu sampai Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping bertemu di Mar-a-Lago (Florida) bulan depan. Pertemuan itu disebut-sebut akan menjadi finalisasi dan pengesahan dokumen damai dagang AS-China. 

Dua faktor tersebut sepertinya menjadi penyebab utama pelemahan rupiah. Ditambah lagi rupiah juga sudah menguat selama 3 hari beruntun sehingga rentan terkena profit taking. Semakin apes...


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular