
Rupiah Perkasa, IHSG Kok Terkapar?
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
26 February 2019 13:01

Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka menguat tipis 0,04%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan sesi 1 dengan memperlebar kekalahannya menjadi 0,2% ke level 6.512,35.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendorong pelemahan IHSG diantaranya: PT Astra International Tbk/ASII (-0,65%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-1,03%), PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk/INKP (-2,26%), PT Semen Indonesia Tbk/SMGR (-1,93%), dan PT XL Axiata Tbk/EXCL (-5,79%).
Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei turun 0,41%, indeks Hang Seng turun 0,51%, indeks Straits Times turun 0,23%, dan indeks Kospi turun 0,37%.
Aksi ambil untung menjadi tajuk utama dari perdagangan hari ini, bukan hanya bagi bursa saham dalam negeri, namun juga bagi bursa saham regional.
Maklum jika aksi ambil untung terjadi. Pasalnya, bursa saham regional sudah membukukan penguatan yang begitu besar terhitung sejak AS dan China menggelar negosiasi dagang di Beijing mulai tanggal 11 Februari. Negosiasi tersebut kemudian berlanjut hingga akhir pekan kemarin di Washington.
Memang, dalam periode 11-25 Februari IHSG hanya naik tipis 0,1%. Namun bila ditarik sejak awal tahun (hingga penutupan perdagangan kemarin), penguatan IHSG sudah mencapai 5,34%. Ruang untuk melakukan aksi ambil untung lantas terbilang besar.
Perdagangan kemarin nampak menjadi puncak aksi beli yang dilakukan oleh investor. Pasalnya, satu hal yang ditunggu-tunggu oleh mereka akhirnya datang juga. Pada Minggu (24/2/2019) malam waktu AS atau Senin pagi waktu Indonesia, Presiden AS Donald Trump mengumumkan perpanjangan periode gencatan senjata bidang perdagangan AS-China melalui serangkaian cuitan di Twitter.
Sejatinya jika periode gencatan senjata tak diperpanjang, bea masuk bagi produk impor asal China senilai US$ 200 miliar akan dinaikkan menjadi 25% (dari yang saat ini 10%) mulai tanggal 2 Maret.
"Saya senang melaporkan bahwa AS telah membuat kemajuan berarti dalam pembicaraan dagang kami dengan China terkait beberapa isu struktural penting, termasuk perlindungan kekayaan intelektual, transfer teknologi, pertanian, jasa, mata uang dan banyak isu lainnya," tulis Trump melalui akun @realDonaldTrump.
"Sebagai hasil dari pembicaraan yang sangat produktif ini, saya akan menunda kenaikan bea impor AS yang dijadwalkan pada 1 Maret. Dengan mengasumsikan kedua belah pihak membuat kemajuan tambahan, kami akan merencanakan pertemuan tingkat tinggi bagi Presiden Xi dan saya di Mar-a-Lago untuk merampungkan perjanjian. Akhir pekan yang sangat baik untuk AS & China!" tambahnya. Sejatinya, sentimen yang mewarnai jalannya perdagangan hari ini terbilang masih mendukung untuk melakukan aksi beli. Damai dagang AS-China kian terasa kala Trump menegaskan komitmennya untuk menunda kenaikan bea masuk atas produk-produk made in China.
"Kesepakatan dagang dengan China (dan yang lainnya) sudah dalam tahap lanjutan. Hubungan kedua negara sangat kuat. Saya telah memutuskan menunda kenaikan bea masuk. Mari kita lihat apa yang akan terjadi?" cuit Trump.
Dalam pertemuan dengan para gubernur di Gedung Putih, Trump menegaskan bahwa AS-China sudah sangat dekat untuk menyepakati sebuah perjanjian dagang. Kesepakatan ini akan dirampungkan dalam sebuah pertemuan dengan Presiden Xi dalam waktu dekat.
"Saya rasa ini (kesepakatan dagang) akan terwujud, dan bisa segera. Hubungan (AS-China) begitu baik, kedua pihak sudah sangat-sangat dekat (dengan kesepakatan dagang). Kami akan mengadakan pertemuan tingkat tinggi lagi, akan ada penandatanganan. Semoga semua bisa diselesaikan, kami sudah sangat-sangat dekat," tegas Trump.
Namun apa mau dikata, penguatan bursa saham regional yang sudah tinggi membuat pelaku pasar kelewat tergiur untuk mencairkan keuntungan yang sudah didapatkan. Lebih lanjut, penguatan rupiah juga tak bisa dimanfaatkan oleh bursa saham dalam negeri. Aksi ambil untung tetap mendominasi jalannya perdagangan.
Hingga siang hari, rupiah menguat 0,29% di pasar spot ke level Rp 13.975/dolar AS. Jika bertahan hingga akhir perdagangan, maka rupiah akan berhasil ditutup di bawah level Rp 14.000/dolar AS untuk kali pertama sejak 8 Februari.
Kinerja rupiah terbantu oleh penurunan harga minyak mentah dunia. Hingga berita ini diturunkan, harga minyak mentah WTI kontrak pengiriman bulan April melemah 0,5% ke level US$ 55,2/barel, sementara minyak brent kontrak pengiriman bulan yang sama melemah 0,23% ke level US$ 64,6/barel.
Terpelesetnya harga minyak mentah dunia tentu menjadi kabar gembira bagi rupiah karena dapat membuat defisit perdagangan migas yang kerap menjadi biang kerok bengkaknya defisit neraca berjalan (current account deficit/CAD) menjadi menipis.
Sebagai informasi, belum lama ini CAD periode kuartal-IV 2018 diumumkan senilai US$ 9,1 miliar atau 3,57% dari PDB, naik dari capaian kuartal-III 2018 yang sebesar 3,37% dari PDB. CAD pada kuartal-IV 2018 merupakan yang terparah sejak kuartal-II 2014.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Ikut Melemah, Rupiah Tembus 14.500 Per Dolar AS
Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendorong pelemahan IHSG diantaranya: PT Astra International Tbk/ASII (-0,65%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-1,03%), PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk/INKP (-2,26%), PT Semen Indonesia Tbk/SMGR (-1,93%), dan PT XL Axiata Tbk/EXCL (-5,79%).
Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei turun 0,41%, indeks Hang Seng turun 0,51%, indeks Straits Times turun 0,23%, dan indeks Kospi turun 0,37%.
Maklum jika aksi ambil untung terjadi. Pasalnya, bursa saham regional sudah membukukan penguatan yang begitu besar terhitung sejak AS dan China menggelar negosiasi dagang di Beijing mulai tanggal 11 Februari. Negosiasi tersebut kemudian berlanjut hingga akhir pekan kemarin di Washington.
Memang, dalam periode 11-25 Februari IHSG hanya naik tipis 0,1%. Namun bila ditarik sejak awal tahun (hingga penutupan perdagangan kemarin), penguatan IHSG sudah mencapai 5,34%. Ruang untuk melakukan aksi ambil untung lantas terbilang besar.
Perdagangan kemarin nampak menjadi puncak aksi beli yang dilakukan oleh investor. Pasalnya, satu hal yang ditunggu-tunggu oleh mereka akhirnya datang juga. Pada Minggu (24/2/2019) malam waktu AS atau Senin pagi waktu Indonesia, Presiden AS Donald Trump mengumumkan perpanjangan periode gencatan senjata bidang perdagangan AS-China melalui serangkaian cuitan di Twitter.
Sejatinya jika periode gencatan senjata tak diperpanjang, bea masuk bagi produk impor asal China senilai US$ 200 miliar akan dinaikkan menjadi 25% (dari yang saat ini 10%) mulai tanggal 2 Maret.
"Saya senang melaporkan bahwa AS telah membuat kemajuan berarti dalam pembicaraan dagang kami dengan China terkait beberapa isu struktural penting, termasuk perlindungan kekayaan intelektual, transfer teknologi, pertanian, jasa, mata uang dan banyak isu lainnya," tulis Trump melalui akun @realDonaldTrump.
"Sebagai hasil dari pembicaraan yang sangat produktif ini, saya akan menunda kenaikan bea impor AS yang dijadwalkan pada 1 Maret. Dengan mengasumsikan kedua belah pihak membuat kemajuan tambahan, kami akan merencanakan pertemuan tingkat tinggi bagi Presiden Xi dan saya di Mar-a-Lago untuk merampungkan perjanjian. Akhir pekan yang sangat baik untuk AS & China!" tambahnya. Sejatinya, sentimen yang mewarnai jalannya perdagangan hari ini terbilang masih mendukung untuk melakukan aksi beli. Damai dagang AS-China kian terasa kala Trump menegaskan komitmennya untuk menunda kenaikan bea masuk atas produk-produk made in China.
"Kesepakatan dagang dengan China (dan yang lainnya) sudah dalam tahap lanjutan. Hubungan kedua negara sangat kuat. Saya telah memutuskan menunda kenaikan bea masuk. Mari kita lihat apa yang akan terjadi?" cuit Trump.
Dalam pertemuan dengan para gubernur di Gedung Putih, Trump menegaskan bahwa AS-China sudah sangat dekat untuk menyepakati sebuah perjanjian dagang. Kesepakatan ini akan dirampungkan dalam sebuah pertemuan dengan Presiden Xi dalam waktu dekat.
"Saya rasa ini (kesepakatan dagang) akan terwujud, dan bisa segera. Hubungan (AS-China) begitu baik, kedua pihak sudah sangat-sangat dekat (dengan kesepakatan dagang). Kami akan mengadakan pertemuan tingkat tinggi lagi, akan ada penandatanganan. Semoga semua bisa diselesaikan, kami sudah sangat-sangat dekat," tegas Trump.
Namun apa mau dikata, penguatan bursa saham regional yang sudah tinggi membuat pelaku pasar kelewat tergiur untuk mencairkan keuntungan yang sudah didapatkan. Lebih lanjut, penguatan rupiah juga tak bisa dimanfaatkan oleh bursa saham dalam negeri. Aksi ambil untung tetap mendominasi jalannya perdagangan.
Hingga siang hari, rupiah menguat 0,29% di pasar spot ke level Rp 13.975/dolar AS. Jika bertahan hingga akhir perdagangan, maka rupiah akan berhasil ditutup di bawah level Rp 14.000/dolar AS untuk kali pertama sejak 8 Februari.
Kinerja rupiah terbantu oleh penurunan harga minyak mentah dunia. Hingga berita ini diturunkan, harga minyak mentah WTI kontrak pengiriman bulan April melemah 0,5% ke level US$ 55,2/barel, sementara minyak brent kontrak pengiriman bulan yang sama melemah 0,23% ke level US$ 64,6/barel.
Terpelesetnya harga minyak mentah dunia tentu menjadi kabar gembira bagi rupiah karena dapat membuat defisit perdagangan migas yang kerap menjadi biang kerok bengkaknya defisit neraca berjalan (current account deficit/CAD) menjadi menipis.
Sebagai informasi, belum lama ini CAD periode kuartal-IV 2018 diumumkan senilai US$ 9,1 miliar atau 3,57% dari PDB, naik dari capaian kuartal-III 2018 yang sebesar 3,37% dari PDB. CAD pada kuartal-IV 2018 merupakan yang terparah sejak kuartal-II 2014.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Ikut Melemah, Rupiah Tembus 14.500 Per Dolar AS
Most Popular