Lagi, Yuan Rusak Pesta Rupiah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
25 February 2019 09:28
Damai Dagang Jadi Beban Utama Dolar AS
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Dolar AS memang masih tertekan, tidak hanya di Asia tetapi juga di tataran global. Pada pukul 09:10 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) terkoreksi 0,06%. 

Faktor utama penyebab  pelemahan dolar adalah sikap investor yang tidak lagi bermain aman. Pelaku pasar sedang agresif mencari cuan di instrumen berisiko di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. 

Bukan apa-apa, memang ada sentimen positif yang sedang memayungi pasar keuangan dunia yaitu prospek damai dagang AS-China yang semakin mendekati kenyataan. Presiden AS Donald Trump setuju untuk memperpanjang masa 'gencatan senjata' dengan China yang sedianya berakhir pada 1 Maret mendatang. 


Artinya, AS tidak akan menaikkan tarif bea masuk untuk importasi produk-produk made in China senilai US$ 200 miliar. Hal ini seiring dialog dagang AS-China yang berjalan mulus. 

"Saya senang mendapat laporan bahwa AS telah mencapai kemajuan yang substansial dalam pembicaraan dagang dengan China dalam hal struktural seperti perlindungan terhadap kekayaan intelektual, transfer teknologi, pertanian, jasa, mata uang, dan lain-lain. Sebagai hasil dari pembicaraan yang produktif ini, saya akan menunda kenaikan tarif yang sedianya dijadwalkan terjadi pada 1 Maret. Saya juga akan mengadakan pertemuan dengan Presiden Xi di Mar-a-Lago untuk finalisasi kesepakatan. Ini adalah akhir pekan yang menyenangkan bagi AS dan China!" cuit Trump melalui Twitter. 

Trump menepati janjinya yang dikatakan kala menjamu delegasi AS dan China di Gedung Putih akhir pekan lalu. Dia mengungkapkan akan ada sebuah berita besar dalam waktu dekat. 

"Akan ada berita besar dalam satu atau dua minggu ke depan jika perundingan (dengan China) berjalan lancar. China sudah berbuat luar biasa. Kami ingin membuat sebuah kesepakatan yang baik untuk kedua negara," tuturnya, dikutip dari Reuters. 

China pun berkomitmen untuk menjaga hubungan baik dengan AS, salah satunya dengan berupaya menurunkan surplus perdagangan. Caranya adalah dengan membeli lebih banyak produk made in USA

Mengutip Reuters, salah satu butir dalam kesepakatan dagang AS-China adalah Negeri Tirai Bambu berjanji untuk membeli US$ 1,2 triliun produk asal Negeri Paman Sam. Contohnya adalah kedelai, di mana China berjanji membeli tambahan 10 juta metrik ton. 

"Komitmen ini menunjukkan itikad baik dari China. Ini juga menjadi indikasi bahwa akan ada berita baik dalam beberapa waktu ke depan," kata Sonny Perdue, Menteri Pertanian AS, mengutip Reuters. 

Hubungan Washington-Beijing yang semakin mesra membuat pasar berbunga-bunga. Tidak ada lagi istilah bermain aman, sehingga instrumen safe haven seperti dolar AS kehilangan daya tarik.  

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular