Rupiah Tambah Lemah Saat BI Tahan Bunga Acuan, Kebetulan?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 February 2019 15:35
Rupiah Tambah Lemah Saat BI Tahan Bunga Acuan, Kebetulan?
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin melemah di perdagangan pasar spot. Pelemahan rupiah tambah dalam seiring pengumuman suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI). 

Pada Kamis (21/2/2019) pukul 15:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.070. Rupiah melemah 0,25% dibandingkan posisi penutupan perdagangan sehari sebelumnya. 

Tengah hari tadi, rupiah sempat menipiskan pelemahannya menjadi hanya 0,07%. Namun ternyata tren positif itu tidak bertahan lama. Depresiasi rupiah malah tambah parah. 


Pelemahan rupiah yang semakin dalam terjadi setelah BI mengumumkan suku bunga acuan, yang ditahan di 6%. Sejalan dengan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia. 


Namun, sepertinya pasar mencermati komentar-komentar dari Gubernur BI Perry Warjiyo mengenai arah kebijakan moneter ke depan. Untuk bulan ini, BI sudah benar-benar meninggalkan kata hawkish. 

Padahal pada bulan-bulan sebelumnya kata-kata seperti hawkish, preemtif, front loading, dan ahead the curve sering keluar dan seolah menjadi mantra. Pasar mengartikan BI akan agresif dan melanjutkan kebijakan moneter yang cenderung ketat. 

Namun bulan ini mantra-mantra itu sudah tidak ada lagi. Ada kemungkinan pelaku pasar melihat peluang pengetatan moneter oleh BI semakin tipis. Peluang kenaikan BI 7 Day Reverse Repo Rate kian mengecil. 

Meski Perry menyatakan daya tarik aset keuangan Indonesia tetap tinggi, tetapi tanpa kenaikan suku bunga acuan rasanya ada yang hambar. Kurang pemanis. 

Oleh karena itu, rupiah mengalami tekanan jual. Depresiasi mata uang Tanah Air pun semakin dalam. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Selain faktor domestik ini, ada pula sentimen eksternal yang membuat rupiah melemah. Sebab ternyata bukan hanya rupiah yang terdepresasi, hampir seluruh mata uang utama Asia tidak berdaya di hadapan dolar AS. 

 

Dolar AS memang sedang perkasa, tidak hanya di Asia tetapi secara global. Pada pukul 15:23 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) masih menguat 0,07%. 


Mata uang Negeri Paman Sam sepertinya mendapat keuntungan dari sikap The Federal Reserves/The Fed yang labil. Dalam notulensi rapat (minutes of meeting) edisi Januari, The Fed memang kembali mengutarakan kata 'sabar' dalam hal kenaikan suku bunga acuan. 

Namun di sisi lain, The Fed juga masih membuka peluang kenaikan suku bunga jika ada tekanan inflasi dan perbaikan pertumbuhan ekonomi. The Fed juga kemungkinan bisa mengubah posisi (stance) kembali ke hawkish


Sikap The Fed yang mendua ini membuat dolar AS masih mendapat angin. Peluang kenaikan suku bunga acuan tidak tertutup, sehingga berinvestasi di dolar AS masih tetap menarik.  


TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular