Rupiah Menang Lawan Mata Uang G20, Kecuali...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 February 2019 14:53
Rupiah Menang Lawan Mata Uang G20, Kecuali...
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Performa rupiah cukup impresif hari ini. Mata uang Tanah Air tidak hanya menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS), tetapi perkasa terhadap mayoritas mata uang negara-negara G20. 

Pada Rabu (20/2/2019) pukul 14:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.045. Rupiah menguat 0,37% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Seiring perjalanan pasar, apresiasi rupiah agak menipis. Pada pukul 14:20 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.052 di mana rupiah menguat 0,32%. 


Meski apresiasi rupiah berkurang, tetapi masih menjadi salah satu yang terkuat di Asia. Di antara mata uang utama Asia, penguatan rupiah menjadi yang terbaik kedua. Rupiah hanya kalah dari yuan China. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 14:22 WIB: 



Tidak selesai sampai di sana. Kejayaan rupiah juga ternyata membentang di Asia, Eropa, sampai Afrika.  Di antara mata uang negara-negara G20, kinerja rupiah lumayan impresif.

Rupiah hanya gagal menguat terhadap dua mata uang yaitu yuan dan euro. Sementara mata uang lainnya mampu ditaklukkan.
 

Berikut perkembangan nilai tukar mata uang negara-negara G20 terhadap rupiah pada pukul 14:25 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Maklum saja kalau rupiah tidak bisa mengalahkan yuan, sebab di hadapan dolar AS pun penguatan mata uang ini lebih signifikan ketimbang rupiah. Yuan boleh dibilang menjadi buruan utama investor hari ini, karena tersiar kabar bahwa salah satu poin kesepakatan dagang AS-China mencakup masa depan mata uang ini. 

Bloomberg mengabarkan, seperti dikutip dari Reuters, AS meminta China menghentikan intervensi terhadap yuan. Utamanya sengaja melemahkan yuan agar ekspor Negeri Tirai Bambu tetap kompetitif. 

Kabar ini menjadi pendorong penguatan yuan. Investor memberikan apresiasi karena ke depan ada potensi pergerakan yuan lebih mencerminkan mekanisme pasar ketimbang campur tangan Bank Sentral China (PBoC). Apresiasi ini diwujudkan dengan cara mengoleksi yuan. 

Namun apa yang membuat rupiah unggul melawan mata uang lainnya, termasuk para jawara seperti dolar AS, dolar Kanada, poundsterling Inggris, sampai yen jepang? Mungkin faktor utamanya adalah rupiah yang cenderung melemah akhir-akhir ini.

Di hadapan dolar AS, misalnya, rupiah memang masih menguat hampir 2% sejak awal tahun. Akan tetapi sejak awal Februari sampai kemarin, rupiah melemah 0,91%.  

Oleh karena itu, ruang penguatan rupiah menjadi terbuka karena depresiasi yang sudah lumayan dalam sejak awal Februari. Rupiah yang sudah murah mungkin menjadi menarik di mata investor. 

Selain itu, sejak akhir tahun lalu sejumlah institusi keuangan internasional memang sudah merekomendasikan pelaku pasar untuk mengoleksi aset-aset di pasar keuangan Indonesia. Pasalnya, pasar keuangan Tanah Air sudah terkoreksi tajam sepanjang 2018 sehingga menyimpan energi yang besar untuk rebound


Berdasarkan rekomendasi tersebut, Indonesia pun menjadi salah satu darling-nya investor setidaknya pada awal-awal 2019 seperti sekarang. Jadi tidak heran aliran modal mengalir begitu derasnya. 

Di pasar saham, nilai beli bersih investor asing sejak awal tahun sampai kemarin mencapai Rp 10,19 triliun. Sementara di pasar obligasi negara, investor asing menambah kepemilikan sebesar Rp 38,35 triliun.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular