
Dirut FREN: Konsolidasi Smartfren, Indosat & XL Bisa Terjadi
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
20 February 2019 11:34

Jakarta, CNBC Indonesia - Rencana konsolidasi emiten-emiten telekomunikasi di luar PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) terus menjadi wacana aktif yang diperbincangkan. Konsolidasi itu membuka peluang terjadinya merger dan akuisisi antara tiga perusahaan telekomunikasi di Indonesia.
Ketiganya yakni PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) milik Sinar Mas Group, PT XL Axiata Tbk (EXCL) milik Grup Axiata Berhad Malaysia, dan PT Indosat Tbk (ISAT) yang dikendalikan Ooredoo dari Qatar.
"Bahwa minggu pertama ada FREN dengan ISAT. Lalu berikutnya FREN dengan EXCL. Itu kemungkinan semua bisa terjadi. Konsolidasi merger atau akuisisi menjadi wacana yang masih aktif dperbincangkan," kata Direktur Utama Smartfren Telecom, Merza Fachys, dalam Public Expose Insidentil di Gedung Bursa Efek Indonesia, Rabu (20/2/2019).
Merza mengatakan kendati belum ada kepastian merger yang dilakukan antaremiten telekomunikasi tersebut, konsolidasi memang diperlukan di tengah persaingan di sektor telco yang begitu ketat dan transformasi digital teknologi yang kian kencang.
Apalagi, katanya, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) juga mendorong efisiensi di industri telekomunikasi dan adanya konsolidasi sesama perusahaan untuk menyehatkan industri.
"Terjadi pembicaraan-pembicaraan oleh seluruh pemain [perusahaan telco]. Memang makin kencang dan berjalan. Ini [merger dan akuisisi] adalah jalan untuk efisiensi dan untuk industri telco Indonesia," katanya.
"Masalahnya cukup pelik. Kominfo juga menyatakan industri ini akan sehat kalau pemainnya menjadi hanya tiga [operator]. Ini yang kita banyak pertanyakan, pemain [pelaku] hanya wait and see. Sekarang masih enam [operator]."
Saat ini praktis ada lima operator yang beroperasi setelah sebelumnya PT Internux (Bolt) menghentikan layanannya dan dialihkan ke Smartfren. Kini operator di Indonesia yakni Telkomsel milik Telkom, Indosat Ooredoo, XL Axiata, Smartfren, dan Hutchison Tri.
Sebelumnya juga ada PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) tapi sejak 2016 perusahaan Grup Bakrie itu mengumumkan melakukan perombakan besar-besaran dengan menganti layanan bisnis dari operator seluler berbasis code division multiple access (CDMA) menjadi bisnis lebih ke korporasi (Business-to-Business/B2B).
Direktur Utama XL Dian Siswarini, dalam kesempatan terpisah, mengatakan pembicaraan terus dilakukan antaroperator dan menjadi wewenang pemegang saham.
"Pada dasarnya saya sudah sering bicara di media bahwa semua operator, kecuali Telkom Group, sudah bicara satu sama lain tentang kemungkinan terjadinya konsolidasi," kata Dian Siswarini kepada CNBC Indonesia, Selasa (19/2/2019).
Dia mengatakan konsolidasi antar-operator telekomunikasi diperlukan untuk membuat industri lebih sehat. "Tapi saya tidak bisa memberikan komentar lebih lanjut tentang hasil pembicaran tersebut [konsolidasi] karena ini adalah domain dari shareholder [pemegang saham]. Silakan tanyakan langsung ke shareholder," tegasnya.
(tas) Next Article Mau Tambah Modal, Saham FREN Malah Terkoreksi
Ketiganya yakni PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) milik Sinar Mas Group, PT XL Axiata Tbk (EXCL) milik Grup Axiata Berhad Malaysia, dan PT Indosat Tbk (ISAT) yang dikendalikan Ooredoo dari Qatar.
"Bahwa minggu pertama ada FREN dengan ISAT. Lalu berikutnya FREN dengan EXCL. Itu kemungkinan semua bisa terjadi. Konsolidasi merger atau akuisisi menjadi wacana yang masih aktif dperbincangkan," kata Direktur Utama Smartfren Telecom, Merza Fachys, dalam Public Expose Insidentil di Gedung Bursa Efek Indonesia, Rabu (20/2/2019).
Apalagi, katanya, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) juga mendorong efisiensi di industri telekomunikasi dan adanya konsolidasi sesama perusahaan untuk menyehatkan industri.
"Terjadi pembicaraan-pembicaraan oleh seluruh pemain [perusahaan telco]. Memang makin kencang dan berjalan. Ini [merger dan akuisisi] adalah jalan untuk efisiensi dan untuk industri telco Indonesia," katanya.
"Masalahnya cukup pelik. Kominfo juga menyatakan industri ini akan sehat kalau pemainnya menjadi hanya tiga [operator]. Ini yang kita banyak pertanyakan, pemain [pelaku] hanya wait and see. Sekarang masih enam [operator]."
Saat ini praktis ada lima operator yang beroperasi setelah sebelumnya PT Internux (Bolt) menghentikan layanannya dan dialihkan ke Smartfren. Kini operator di Indonesia yakni Telkomsel milik Telkom, Indosat Ooredoo, XL Axiata, Smartfren, dan Hutchison Tri.
Sebelumnya juga ada PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) tapi sejak 2016 perusahaan Grup Bakrie itu mengumumkan melakukan perombakan besar-besaran dengan menganti layanan bisnis dari operator seluler berbasis code division multiple access (CDMA) menjadi bisnis lebih ke korporasi (Business-to-Business/B2B).
Direktur Utama XL Dian Siswarini, dalam kesempatan terpisah, mengatakan pembicaraan terus dilakukan antaroperator dan menjadi wewenang pemegang saham.
"Pada dasarnya saya sudah sering bicara di media bahwa semua operator, kecuali Telkom Group, sudah bicara satu sama lain tentang kemungkinan terjadinya konsolidasi," kata Dian Siswarini kepada CNBC Indonesia, Selasa (19/2/2019).
Dia mengatakan konsolidasi antar-operator telekomunikasi diperlukan untuk membuat industri lebih sehat. "Tapi saya tidak bisa memberikan komentar lebih lanjut tentang hasil pembicaran tersebut [konsolidasi] karena ini adalah domain dari shareholder [pemegang saham]. Silakan tanyakan langsung ke shareholder," tegasnya.
(tas) Next Article Mau Tambah Modal, Saham FREN Malah Terkoreksi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular