Transaksi Berlangsung Semarak, IHSG Kembali Tembus 6.500

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
20 February 2019 09:47
Transaksi Berlangsung Semarak, IHSG Kembali Tembus 6.500
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 0,42% untuk mengawali hari ke level 6.521,81. IHSG lantas kembali menembus level 6.500 setelah terakhir kali ditutup di atas level psikologis tersebut pada tanggal 8 Februari.

Pada pukul 9:30 WIB, IHSG telah memperlebar penguatannya menjadi 0,67% ke level 6.538,25.

Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,83%, indeks Hang Seng naik 1,11%, indeks Straits Times naik 0,62%, dan indeks Kospi naik 1,12%.

Hawa positif yang menyelimuti jalannya negosiasi dagang lanjutan antara AS dengan China membuat instrumen berisiko seperti saham menjadi incaran investor.

Sebagai informasi, sebagai tindak lanjut dari pertemuan di China pada pekan kemarin, negosiasi dagang lanjutan digelar di Washington mulai kemarin (19/2/2019) di tingkat wakil menteri. Pada hari Kamis dan Jumat, negosiasi tingkat menteri akan digelar, di mana Wakil Perdana Menteri China Liu He akan bertemu dengan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin.

Presiden AS Donald Trump kembali menebar optimisme dengan menegaskan bahwa 1 Maret yang merupakan tenggat waktu 'gencatan senjata' bukan sesuatu yang kaku, tetap bisa dinegosiasikan.

"Ada pembicaraan yang kompleks, tetapi semua berjalan sangat baik. Saya tidak bisa mengatakan, tetapi tanggal itu (1 Maret) bukan sesuatu yang magis. Banyak hal yang bisa terjadi," kata Trump kepada wartawan di Oval Office, mengutip Reuters.

Pelaku pasar memang berharap banyak bahwa negosiasi dagang pada pekan ini setidaknya bisa meluluhkan hati Trump untuk memperpanjang periode gencatan senjata dengan China. Pasalnya jika tak diperpanjang, bea masuk bagi produk impor asal China senilai US$ 200 miliar akan dinaikkan menjadi 25% (dari yang saat ini 10%) mulai tanggal 2 Maret.

Lebih lanjut, sentimen positif bagi bursa saham Asia juga datang dari pernyataan bernada dovish yang dilontarkan oleh pejabat The Federal Reserve selaku bank sentral AS. Presiden The Fed New York John Williams mengatakan bahwa dirinya sudah puas dengan suku bunga acuan yang sekarang. Belum ada kebutuhan untuk menaikkannya, kecuali jika ada perubahan signifikan dalam proyeksi pertumbuhan ekonomi atau inflasi Negeri Paman Sam.

"Saya tidak merasa perlu adanya perubahan (suku bunga acuan). Namun akan berbeda ceritanya kalau ada proyeksi pertumbuhan ekonomi atau inflasi yang berubah," kata Williams kepada Reuters.

Dengan perlambatan ekonomi global yang kian terasa, tentu kebijakan moneter longgar menjadi opsi yang paling bijak.
Transaksi pada hari ini berlangsung semarak. Baru 30 menit perdagangan berjalan, nilai transaksi sudah mencapai Rp 1,55 triliun atau setara dengan 15,3% dari rata-rata nilai transaksi harian yang senilai Rp 10,16 triliun.

Wajar jika pelaku pasar begitu gencar memburu saham-saham di tanah air. Pasalnya, rupiah juga merespons positif aura damai dagang AS-China dan pernyataan bernada dovish yang dilontarkan oleh Presiden The Fed New York John Williams.

Pada pembukaan perdagangan di pasar spot, rupiah langsung tancap gas dengan membukukan penguatan sebesar 0,16% ke level Rp 14.075/dolar AS. Kini, penguatan rupiah bertambah besar menjadi 0,33% ke level Rp 14.050/dolar AS.

Seiring dengan penguatan rupiah, investor asing berani melakukan aksi beli di pasar saham tanah air. Hingga berita ini diturunkan, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 54 miliar.

5 besar saham yang dikoleksi investor asing adalah: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 43,3 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 18,3 miliar), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (Rp 13,3 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 6,5 miliar), dan PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (Rp 3,6 miliar).

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular