Rupiah Lesu di Kurs Tengah BI, No 3 Terbawah di Pasar Spot

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 February 2019 10:28
Rupiah Lesu di Kurs Tengah BI, No 3 Terbawah di Pasar Spot
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI) hari ini. Nasib rupiah di pasar spot pun setali tiga uang. 

Pada Selasa (19/2/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor menunjukkan angka Rp 14.119. Ini merupakan posisi terlemah rupiah sejak 25 Januari lalu. 



Sementara di pasar spot, rupiah juga mengalami depresiasi. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 ditransaksikan Rp 14.115 di mana rupiah melemah 0,07%. 

Padahal rupiah mengawali perdagangan pasar spot dengan penguatan 0,04%. Namun seiring perjalanan pasar, apresiasi yang tipis itu habis dan rupiah terperosok ke zona merah. 


Rupiah tidak sendirian, karena mayoritas mata uang utama Asia juga melemah di hadapan dolar AS. Hanya yen Jepang dan peso Filipina yang masih bisa bertahan di jalur hijau. 

Won Korea Selatan masih menjadi mata uang terlemah di Asia. Disusul oleh yuan China dan rupiah berada di posisi ketiga terbawah. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Benua Kuning pada pukul 10:09 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Dolar AS memang sedag menuju kebangkitan. Pada pukul 10:11 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) memang masih melemah, tetapi tinggal 0,04%. Koreksi Dollar Index semakin menipis. 


Mata uang Negeri Paman Sam mendapatkan kembali kekuatannya setelah terdengar kabar tidak enak dari Eropa. Fitch Ratings, lembaga pemeringkat (rating agency) internasional, memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Eropa dari semula 1,8% menjadi hanya 1%. 

Fitch menilai aktivitas ekonomi di Benua Biru melambat lebih parah dari perkiraan. Berbagai data teranyar menjadi konfirmasi atas keyakinan tersebut. Pada kuartal IV-2018, ekonomi Zona Euro tumbuh 0,2% year-on-year (YoY) atau sama seperti kuartal sebelumnya. Laju pertumbuhan ini menjadi yang paling lambat sejak kuartal II-2014. 

Kemudian neraca perdagangan Zona Euro pada Desember 2018 terctata EUR 17 miliar, turun drastis dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai EUR 24,5 miliar. Ada lagi, yaitu produksi industrial Zona Euro pada Desember 2018 terkontraksi atau minus 4,2% YoY. Ini menjadi koreksi terdalam sejak November 2009. 

Oleh karena itu, tidak heran Fitch agak pesimistis dengan prospek pertumbuhan ekonomi Benua Biru. Bahkan saking pesimistisnya, Fitch sampai memperkirakan Bank Sentral Uni Eropa (ECB) akan kembali menggelontorkan stimulus berupa pembelian surat-surat berharga atau quantitative easing. Program ini sejatinya sudah berakhir pada Desember 2018 dan ECB akan memulai proses pengetatan moneter pada musim panas (tengah tahun) 2019. 

"Kami sudah memperkirakan ECB akan akan menunda normalisasi kebijakan moneternya, baik itu di sisi suku bunga maupun neraca. Sekarang kami malah meyakini bahwa ECB akan mempertimbangkan dengan serius untuk memulai lagi program quantitative easing," kata Robert Sierra, Director of Economics Team di Fitch, mengutip siaran tertulis. 

Merespons perkembangan ini, investor ramai-ramai melepas euro. Pada pukul 10:13 WIB, euro melemah 0,1% terhadap dolar AS. 

Selain itu, investor juga tengah menantikan dialog dagang AS-China yang digelar di Washington, Selasa waktu setempat. Lalu akhir pekan, dialog akan memasuki tingkat menteri. 

"Perundingan ini bertujuan untuk mencapai perubahan struktural di China yang mempengaruhi perdagangan kedua negara. AS dan China juga akan membahas mengenai komitmen China untuk membeli lebih banyak barang dan jasa dari AS," sebut pernyataan tertulis Gedung Putih. 

Sembari menanti kabar dari Washington, yang masih libur memperingati President Day, pelaku pasar memilih untuk tidak terlalu agresif. Bermain kalem, tetapi tetap mencari aman. Lagi-lagi dolar AS yang jadi tujuan sehingga mata uang Asia, termasuk rupiah, bergerak melemah.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular