
Analisis Teknikal
Anjlok 2,03% Sepekan Kemarin, IHSG Berpotensi Bangkit
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
18 February 2019 08:13

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang pekan lalu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 2,03% secara point-to-point. IHSG yang mengawali pekan di kisaran 6.500 harus puas terpangkas hingga ke level 6.300. Tim Riset CNBC Indonesia memprediksi IHSG akan kembali menguat pada hari ini, Senin (18/2/2019).
Dari Sentimen global, Bursa AS, Wall Street akhir pekan lalu rata-rata di tutup menguat. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) meroket 3,09%, S&P 500 melesat 2,5%, dan Nasdaq Composite terdongkrak 1,98%.
Performa bursa saham New York yang ciamik tidak lepas dari optimisme investor terhadap dialog dagang AS-China. Sepanjang pekan lalu, kedua negara mengisi waktu dengan melakukan negosiasi dagang di Beijing.
Hasil dari dialog selama sepekan ini sejatinya belum jelas, karena keduanya sepakat untuk melanjutkan pembicaraan di Washington pekan ini. Namun, pelaku pasar mengendus aroma kemajuan yang berarti.
Sementara dari dalam negeri, rupiah pun melemah. Di hadapan dolar merika Serikat (AS), mata uang Tanah Air terdepresiasi 1,29%. Rupiah pun kembali menembus kisaran Rp 14.100, terlemah sejak 24 Januari.
Sedangkan imbal hasil (yield) obligasi negara seri acuan tenor 10 tahun melonjak 16,1 basis poin (bps) dan kembali berada di level 8%. Kenaikan yield menandakan harga instrumen ini terkoreksi karena sepinya permintaan atau terjadi tekanan jual.
Secara teknikal, IHSG masih dalam fase koreksi minor trend. Hal ini tercermin dari pergerakannya yang masih di bawah rata-rata nilainya selama dua puluh hari (moving average five/MA20).
Pada indikator teknikal rerata pergerakan konvergen dan divergen (moving average convergence divergence/ MACD) juga masih menunjukan pelemahan, di mana terjadi inverted cenderung melemah yang disebut dead cross.
Namun koreksi minor berpotensi terhenti seiring dengan sentimen bursa global terutama dari AS. Adapun rentang pergerakan IHSG berpotensi bergerak antara 6.325 hingga 6.450.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/roy) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!
Dari Sentimen global, Bursa AS, Wall Street akhir pekan lalu rata-rata di tutup menguat. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) meroket 3,09%, S&P 500 melesat 2,5%, dan Nasdaq Composite terdongkrak 1,98%.
Performa bursa saham New York yang ciamik tidak lepas dari optimisme investor terhadap dialog dagang AS-China. Sepanjang pekan lalu, kedua negara mengisi waktu dengan melakukan negosiasi dagang di Beijing.
Sementara dari dalam negeri, rupiah pun melemah. Di hadapan dolar merika Serikat (AS), mata uang Tanah Air terdepresiasi 1,29%. Rupiah pun kembali menembus kisaran Rp 14.100, terlemah sejak 24 Januari.
Sedangkan imbal hasil (yield) obligasi negara seri acuan tenor 10 tahun melonjak 16,1 basis poin (bps) dan kembali berada di level 8%. Kenaikan yield menandakan harga instrumen ini terkoreksi karena sepinya permintaan atau terjadi tekanan jual.
Secara teknikal, IHSG masih dalam fase koreksi minor trend. Hal ini tercermin dari pergerakannya yang masih di bawah rata-rata nilainya selama dua puluh hari (moving average five/MA20).
![]() |
Pada indikator teknikal rerata pergerakan konvergen dan divergen (moving average convergence divergence/ MACD) juga masih menunjukan pelemahan, di mana terjadi inverted cenderung melemah yang disebut dead cross.
Namun koreksi minor berpotensi terhenti seiring dengan sentimen bursa global terutama dari AS. Adapun rentang pergerakan IHSG berpotensi bergerak antara 6.325 hingga 6.450.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/roy) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!
Most Popular