Neraca Dagang Tekor, Rupiah 'Betah' Melemah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 February 2019 12:45
Mata Uang Asia Juga Terluka
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Itu dari dalam negeri. Ternyata faktor eksternal pun ikut membebani rupiah. 

Keperkasaan dolar AS secara global masih berlanjut, ditandai dengan kenaikan Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) sebesar 0,08% pada pukul 12:16 WIB. Dalam sebulan terakhir, indeks ini melesat 1,04%. 

Dolar AS menjadi pilihan utama pelaku pasar yang sepertinya sedang enggan masuk ke pasar keuangan Asia. Salah satu alasannya adalah data ekonomi China yang kurang oke. 

Inflasi China pada Januari 2019 tercatat 1,7 YoY, lebih lambat dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 1,9%. Sementara inflasi di tingkat produsen adalah 0,1% YoY, juga di bawah konsensus yang memperkirakan 0,2%. 

Data ini menunjukkan perekonomian China yang sedang dalam masa konsolidasi. Permintaan dari konsumen melambat, sehingga dunia usaha juga ragu menaikkan harga. Hawa kelesuan dan perlambatan ekonomi di Negeri Tirai Bambu semakin terasa. 

Masalahnya, China adalah perekonomian terbesar di Asia. Ketika ekonomi China melambat, maka permintaan barang-barang dari negara lain bakal berkurang. Perlambatan ekonomi berpotensi merambat ke penjuru Asia, termasuk Indonesia. 

Selain itu, investor juga masih menantikan hasil dialog dagang AS-China yang berlangsung sejak awal pekan dan berakhir hari ini. Sudah ada beberapa bocoran, tetapi masih samar-samar. 

Misalnya, seperti diberitakan Reuters, 3 orang sumber yang ikut dalam perundingan mengungkapkan pemerintah China bersedia untuk mengakhiri subsidi kepada industri dalam negeri untuk menciptakan persaingan sehat. Jika ini benar, maka sudah sesuai dengan permintaan AS yang ingin agar China lebih membuka perekonomiannya. 

Pemerintah China, sebut sang sumber, akan mematuhi program subsidi seperti yang sudah diatur oleh Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Namun Washington agak skeptis, karena selama ini Beijing sudah lekat dengan pemberian subsidi dan perlakuan tidak adil terhadap investasi asing seperti pemaksaan transfer teknologi. 

"Apalagi China tidak pernah membuka data seluruh subsidinya, yang semua orang tahu jumlahnya masif dan melibatkan sistem perbankan terbesar di planet ini. Subsidi sudah begitu terkonstruksi dalam perekonomian China," keluh salah seorang sumber. 

Kabar yang kurang enak ini, apalagi masih agak buram, membuat pelaku pasar tambah ogah masuk ke pasar keuangan Asia. Akibatnya, mayoritas mata uang utama Benua Kuning melemah terhadap dolar AS karena kekurangan arus modal. 

Dengan depresiasi 0,25%, rupiah menjadi mata uang terlemah ketiga di Asia. Rupiah masih lebih baik dari rupee India dan peso Filipina. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 12:32 WIB:  



TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular