
Analisis Teknikal
Masuk Teritori Negatif, IHSG Sesi II Berpotensi Ditutup Merah
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
14 February 2019 13:55

Jakarta, CNBC Indonesia - Tekanan yang di alami Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih belum reda. Hingga berakhirnya sesi I IHSG masih mengalami koreksi 0,11% ke level 6.412 karena profit taking masih berlanjut.
Perdagangan berlangsung lumayan ramai dengan membukukan Rp 4,55 triliun transaksi. Investor asing tercatat masih membukukan jual bersih dengan nilai Rp 307 miliar di pasar reguler. Dalam satu minggu terakhir aksi jual asing telah mencapai Rp 2,09 triliun.
Sektor pertambangan menjadi sektor yang cukup menekan IHSG karena manuvernya yang sangat berfluktuasi. Sempat menguat hingga 0,78%, saat ini sektor perminyakan tersebut berbalik melemah 0,02%. Faktor harga minyak mentah yang belakangan bergerak naik menjadi salah satu katalis positif bagi beberapa emiten tambang.
Namun, kenaikan harga minyak mentah berjenis Brent hingga 3,9% dalam sepekan menjadi faktor penekan bagi rupiah. Hingga pukul 12:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.085. Rupiah melemah 0,21% dibandingkan posisi penutupan pasar hari sebelumnya. Akibatnya, sektor keuangan belum bisa move on dan masih tertekan 0,22% hingga sesi I.
Secara teknikal, IHSG berpotensi kembali tutup di teritori negatif. pola short black candle yang terbentuk mengkonfirmasi tren lanjutan pada koreksi minor yang sedang menghinggapi IHSG.
Selain itu, IHSG masih bergerak di bawah level rata-ratanya selama lima hari (moving average five/MA5) dan dua puluh hari (MA20), artinya IHSG sedang dalam keadaan tertekan dalam jangka pendek maupun menengah.
Potensi pelemahan IHSG pada sesi II tidak akan terlalu dalam, pasalnya IHSG telah memasuki level jenuh jualnya (oversold) jika mengacu pada indikator teknikal stochastic slow.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500
Perdagangan berlangsung lumayan ramai dengan membukukan Rp 4,55 triliun transaksi. Investor asing tercatat masih membukukan jual bersih dengan nilai Rp 307 miliar di pasar reguler. Dalam satu minggu terakhir aksi jual asing telah mencapai Rp 2,09 triliun.
Sektor pertambangan menjadi sektor yang cukup menekan IHSG karena manuvernya yang sangat berfluktuasi. Sempat menguat hingga 0,78%, saat ini sektor perminyakan tersebut berbalik melemah 0,02%. Faktor harga minyak mentah yang belakangan bergerak naik menjadi salah satu katalis positif bagi beberapa emiten tambang.
Secara teknikal, IHSG berpotensi kembali tutup di teritori negatif. pola short black candle yang terbentuk mengkonfirmasi tren lanjutan pada koreksi minor yang sedang menghinggapi IHSG.
![]() |
Selain itu, IHSG masih bergerak di bawah level rata-ratanya selama lima hari (moving average five/MA5) dan dua puluh hari (MA20), artinya IHSG sedang dalam keadaan tertekan dalam jangka pendek maupun menengah.
Potensi pelemahan IHSG pada sesi II tidak akan terlalu dalam, pasalnya IHSG telah memasuki level jenuh jualnya (oversold) jika mengacu pada indikator teknikal stochastic slow.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500
Most Popular