Rupiah Boleh Membaik, Tapi Masih Terlemah di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 February 2019 12:34
Rupiah Boleh Membaik, Tapi Masih Terlemah di Asia
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Kinerja rupiah memang membaik, tetapi masih menjadi mata uang terlemah di Asia. 

Pada Kamis (14/2/2019) pukul 12:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.085. Rupiah melemah 0,21% dibandingkan posisi penutupan pasar sehari sebelumnya. 

Walau masih melemah, tetapi performa rupiah membaik. Beberapa saat lalu, depresiasi rupiah sempat nyaris menyentuh level 0,3%. 

Perbaikan nasib rupiah seiring hadirnya kabar positif dari hubungan AS-China. Bloomberg memberitakan, seperti dikutip dari Reuters, Presiden AS Donald Trump mempertimbangkan untuk memperpanjang masa 'gencatan senjata' dengan China. 

Kabar tersebut langsung menjadi suntikan adrenalin bagi pasar keuangan Asia. Mata uang Asia mayoritas menguat, dan penguatannya semakin tajam. Sementara mata uang yang masih melemah, seperti rupiah, berhasil menipiskan jarak. 


Akan tetapi, rupiah masih menjadi mata uang terlemah di Benua Kuning. Pasalnya, mayoritas mata uang utama justru semakin nyaman di zona hijau. 

Berikut perkembangan dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 12:25 WIB: 




(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Langkah rupiah masih berat karena terbeban kenaikan harga minyak. Pada pukul 12:27 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet naik masing-masing 0,61% dan 0,52%. Dalam sebulan terakhir, harga brent melesat 5,61% dan light sweet melompat 3,85%. 

Kenaikan harga minyak akan menimbulkan kecemasan terhadap nasib transaksi berjalan Indonesia. Harga minyak yang semakin mahal akan membuat defisit transaksi berjalan semakin dalam, sehingga rupiah kehilangan keseimbangan karena fondasinya yang begitu rapuh. 

Defisit transaksi berjalan sudah menjadi penyakit menahun yang tidak kunjung sembuh. Sebelum masalah ini selesai, rupiah memang akan selalu dihantui oleh risiko depresiasi karena fundamentalnya memang tidak mendukung penguatan. 

Kemudian, rupiah juga rentan terkena ambil untung (profit taking) karena penguatannya sudah begitu tajam. Sejak awal tahun hingga kemarin, rupiah menguat 2,23% terhadap dolar AS di pasar spot. 

Apresiasi yang begitu tajam ini membuat rupiah rawan terserang koreksi teknikal. Investor yang merasa sudah mendapat cuan lumayan dari rupiah tentu tergoda untuk mencairkannya. Akibatnya, rupiah berisiko mengalami aksi jual.  


TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular