Selamat, Rupiah Kini Terbaik di Asia!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 February 2019 11:23
Selamat, Rupiah Kini Terbaik di Asia!
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Kebangkitan rupiah benar-benar sempurna hari ini. Setelah 2 hari melemah, rupiah kini mampu menguat. Tidak sekadar menguat, rupiah bahkan menjadi mata uang terkuat di Asia. 

Pada Rabu (13/2/2019) pukul 11:08 WIB, US$ 1 ditransaksikan Rp 14.008 di perdagangan pasar spot. Rupiah menguat 0,41% dibandingkan posisi penutupan pasar sehari sebelumnya. Sedikit lagi dolar AS bisa didorong ke bawah Rp 14.000. 

Mengawali perdagangan, rupiah menguat 0,28%. Rupiah menjadi mata uang terbaik kedua di ketiga di Asia.


Kemudian penguatan rupiah menebal sehingga naik ke posisi runner-up Asia, hanya kalah dari ringgit Malaysia.
 Namun penguatan rupiah sempat berkurang sehingga tersalip oleh peso Filipina.


Kini, rupiah mampu mampu naik dua setrip dari peringkat tiga menjadi nomor satu. Ya, rupiah sah menjadi mata uang terkuat di Benua Kuning.
 

Pencapaian ini terasa manis karena rupiah teraniaya dalam 2 hari perdagangan sebelumnya. Bahkan kemarin rupiah menjadi mata uang terlemah di Asia. 

Tidak hanya di pasar spot, rupiah juga mencetak apresiasi di kurs acuan setelah 4 hari beruntun tertekan. 
Bagai Squidward Tentacles yang dari bahan cemoohan berubah menyajikan performa sempurna di Bubble Bowl, ini adalah sebuah Sweet Victory bagi rupiah.

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 11:08 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Sepertinya pelaku pasar sudah bisa move on dari rilis Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang kurang oke. Data tersebut sangat membebani rupiah sejak awal pekan. 


Hari ini, investor fokus kepada perkembangan dialog dagang As-China. Sejauh ini, belum ada kabar negatif dari pertemuan di Beijing tersebut. 

Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin sudah tiba di Beijing untuk meneruskan dialog dagang yang sudah dimulai sejak awal pekan. "Saya berharap pertemuan ini produktif," ujar Mnuchin, mengutip Reuters. 

Sementara Lighthizer juga optimistis perundingan dengan China akan membuahkan hasil yang positif. Hal ini diungkapkan oleh Rob Portman, Senator Ohio dari Partai Republik, yang berbincang dengan Lighthizer baru-baru ini. 

"Saya rasa mereka sudah membuat perkembangan yang bagus sehingga pada 1 Maret nanti sudah ada kesepakatan yang memadai. Dengan begitu, tidak akan ada kenaikan tarif bea masuk," tutur Portman, mengutip Reuters. 

Dalam pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di Argentina awal Desember 2018, disepakati bahwa kedua negara akan melakukan 'gencatan senjata' selama 90 hari, berakhir pada 1 Maret 2019. Jika sampai 1 Maret tidak ada kesepakatan damai dagang, maka AS akan menaikkan tarif bea masuk untuk impor produk China senilai US$ 200 milar dari 10% menjadi 25%. 

Namun dengan perkembangan terkini, ada harapan bahwa kesepakatan damai dagang bisa tercapai sebelum 1 Maret. Bahkan dunia usaha yang awalnya ragu kini berbalik menjadi optimistis. 

"Saya merasa bahwa kedua pihak punya keinginan yang kuat untuk mencapai kesepakatan," ujar Erin Ennis, Senior Vice Presiden US-China Business Council, dikutip dari Reuters. 

Untuk menambah optimisme, South China Morning Post memberitakan Presiden China Xi Jinping dijadwalkan untuk berkunjung ke arena dialog dagang. Menurut seorang sumber, Presiden Xi akan datang pada Jumat ini. 

Kehadiran Xi menjadi morale booster yang ampuh untuk mempercepat laju perundingan. Diharapkan damai dagang menjadi lebih cepat tercipta dan perekonomian global kembali bergeliat. 

Hawa damai dagang yang semakin terasa membuat pelaku pasar ogah bermain aman. Aset-aset berisiko di negara berkembang Asia kembali menjadi buruan, termasuk di Indonesia. Akibatnya, rupiah pun menguat dan berhasil menjadi yang terbaik di Asia. 


TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular