Dibanding Negara Sebelah, Cadangan Devisa RI Mantap Kok!

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
08 February 2019 11:50
Dibanding Negara Sebelah, Cadangan Devisa RI Mantap Kok!
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Kemarin (7/2/2019), Bank Indonesia (BI) merilis angka cadangan devisa untuk periode Januari 2019. Berdasarkan siaran pers BI, cadangan devisa di bulan Januari turun US$ 600 juta ke level US$ 120,1 miliar, dari yang sebelumnya US$ 120,7 miliar. Penurunan cadangan devisa pada bulan lalu merupakan yang pertama kalinya dalam 4 bulan.

Ketika kita berbicara mengenai utang, ukuran yang sering digunakan adalah rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Nah jika berbicara mengenai cadangan devisa, ukuran yang sering digunakan adalah berapa bulan impor yang mampu dibiayai oleh cadangan devisa.

Menurut standar internasional, posisi cadangan devisa dikatakan baik apabila bisa membiayai sekitar 3 bulan impor (barang dan jasa).

Berdasarkan siaran pers BI, posisi cadangan devisa pada bulan Januari setara dengan pembiayaan impor selama 6,7 bulan. Jika dibandingkan dengan standar internasional, tentu posisi cadangan devisa Indonesia terbilang kuat.

Tapi, bagaimana jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya di ASEAN?

Ternyata, cadangan devisa Indonesia juga terbilang oke. Dari 6 negara yang kami kumpulkan datanya, Indonesia menempati urutan 3, di bawah Thailand (8,6 bulan) dan Filipina (7,3 bulan).

Walaupun terkoreksi pada awal tahun, kedepannya cadangan devisa Indonesia berpotensi membukukan kenaikan, disokong oleh aliran modal investor asing. Sepanjang tahun ini (hingga kemarin), investor asing telah membukukan beli bersih senilai Rp 14,5 triliun di pasar saham tanah air. Di pasar obligasi, investor asing telah membukukan beli bersih senilai Rp 30,5 triliun (hingga 6 Februari).

Wajar jika investor asing masuk ke pasar modal tanah air, utamanya pasar saham. Pasalnya sepanjang tahun lalu, investor asing telah membukukan jual bersih senilai Rp 50,75 triliun di pasar saham Indonesia. Nilai jual bersih investor asing pada tahun 2018 merupakan yang terbesar dalam setidaknya 15 tahun.

Di sisa tahun ini, aliran modal investor asing ke pasar saham berpotensi terus membludak. Pasalnya, pasar saham dan pemilihan presiden merupakan 2 sejoli yang begitu mesra ketika disandingkan bersama. Dalam 3 pemilihan presiden terakhir (2004, 2009, dan 2014), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membukukan imbal hasil yang sangat-sangat impresif. Pada tahun 2004, IHSG melejit hingga 44,6%. Kala itu, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Muhammad Jusuf Kalla memenangkan pertarungan melawan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi.

Pada tahun 2009, IHSG meroket hingga 87%. Pada pertarungan tahun 2009, SBY berhasil mempertahankan posisi RI-1, namun dengan wakil yang berbeda. Ia didampingi oleh Boediono yang sebelumnya menjabat Gubernur Bank Indonesia (BI). SBY-Boediono berhasil mengalahkan 2 pasangan calon yakni Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan Jusuf Kalla-Wiranto.

Beralih ke tahun 2014, mantan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo berhasil menempati tahta kepemimpinan tertinggi di Indonesia dengan menggandeng Jusuf Kalla sebagai wakilnya. Pada saat itu, IHSG melejit 22,3%.

Dengan cadangan devisa yang kian kokoh, bank sentral akan memiliki amunisi yang lebih banyak dalam menetralisir tekanan yang sewaktu-waktu bisa menerpa rupiah.



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular