
Harga Emas di Level Terendah Dalam Sepekan, Salahkan Dolar!
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
07 February 2019 17:08

Jakarta, CNBC Indonesia - Sore hari ini (7/2) pergerakan harga emas dunia masih berkutat di zona merah.
Hingga pukul 16:45 WIB emas kontrak April di bursa COMEX terkoreksi sebesar 0,36% ke level US$ 1.309,6/troy ounce, setelah ditutup melemah 0,46% kemarin (6/2).
Selama sepekan harga emas turun sebesar 1,07% secara point-to-point, sedangkan sejak awal tahun harga logam mulia ini sudah terdongkrak sebesar 2,32%.
Menguatnya dolar AS hari ini menjadi salah satu dalang yang mempengaruhi pergerakan harga emas. Nilai Dollar Indeks (DXY) yang mencerminkan posisi greenback relatif terhadap 6 mata uang utama dunia naik 0,13% hari ini.
Salah satu yang mempengaruhi penguatan dolar adalah semakin pernyataan dari Bank Sentral Australia (RBA) yang semakin kalem (dovish). Bahkan setelah mengumumkan suku bunga acuannya yang bertahan di level 1,5% kemarin, RBA masih membuka kemungkinan untuk menurunkannya.
Saat dolar menguat, harga emas memang akan mendapat tekanan. Sebab emas akan menjadi relatif lebih mahal bagi pemegang mata uang selain dolar.
Namun, harga emas juga masih mendapat sokongan dari kekhawatiran investor akan terjadinya kembali goverment shutdown pasca 15 Februari mendatang.
Pasalnya, anggaran pemerintah AS yang beberapa waktu lalu telah diloloskan hanya cukup untuk membiayai pemerintahan selama 3 minggu.
Artinya pemerintah AS harus kembali mengajukan anggaran bila ingin melanjutkan layanannya.
Masalahnya, dalam pidatonya kemarin Presiden AS Donald Trump terkesan masih bersikeras untuk tetap membangun tembok perbatasan AS-Meksiko.
Bila menjelang pengajuan anggaran nanti perseteruan antara Trump dan Demokrat perihal tembok batas kembali memanas, bisa jadi pemerintahan akan kembali libur.
Tutupnya sebagian layanan pemerintahan akan membuat pegawai negeri kembali tidak digaji dan kontrak swasta dengan pemerintah terhenti. Akibatnya, konsumsi akan turun dan perekonomian menjadi lambat.
Ditengah kondisi yang tak menentu, emas memang seringkali dilirik sebagai pelindung nilai. Mengingat nilainya yang relatif stabil.
Namun, likuiditas pasar emas dunia diprediksi masih akan tetap rendah akibat China yang libur selama seminggu karena adanya perayaan Imlek, mengutip Reuters.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(taa/gus) Next Article Akhirnya, Emas Mulai Menunjukkan Kilaunya!
Hingga pukul 16:45 WIB emas kontrak April di bursa COMEX terkoreksi sebesar 0,36% ke level US$ 1.309,6/troy ounce, setelah ditutup melemah 0,46% kemarin (6/2).
Selama sepekan harga emas turun sebesar 1,07% secara point-to-point, sedangkan sejak awal tahun harga logam mulia ini sudah terdongkrak sebesar 2,32%.
Menguatnya dolar AS hari ini menjadi salah satu dalang yang mempengaruhi pergerakan harga emas. Nilai Dollar Indeks (DXY) yang mencerminkan posisi greenback relatif terhadap 6 mata uang utama dunia naik 0,13% hari ini.
Salah satu yang mempengaruhi penguatan dolar adalah semakin pernyataan dari Bank Sentral Australia (RBA) yang semakin kalem (dovish). Bahkan setelah mengumumkan suku bunga acuannya yang bertahan di level 1,5% kemarin, RBA masih membuka kemungkinan untuk menurunkannya.
Saat dolar menguat, harga emas memang akan mendapat tekanan. Sebab emas akan menjadi relatif lebih mahal bagi pemegang mata uang selain dolar.
Namun, harga emas juga masih mendapat sokongan dari kekhawatiran investor akan terjadinya kembali goverment shutdown pasca 15 Februari mendatang.
Pasalnya, anggaran pemerintah AS yang beberapa waktu lalu telah diloloskan hanya cukup untuk membiayai pemerintahan selama 3 minggu.
Artinya pemerintah AS harus kembali mengajukan anggaran bila ingin melanjutkan layanannya.
Masalahnya, dalam pidatonya kemarin Presiden AS Donald Trump terkesan masih bersikeras untuk tetap membangun tembok perbatasan AS-Meksiko.
Bila menjelang pengajuan anggaran nanti perseteruan antara Trump dan Demokrat perihal tembok batas kembali memanas, bisa jadi pemerintahan akan kembali libur.
Tutupnya sebagian layanan pemerintahan akan membuat pegawai negeri kembali tidak digaji dan kontrak swasta dengan pemerintah terhenti. Akibatnya, konsumsi akan turun dan perekonomian menjadi lambat.
Ditengah kondisi yang tak menentu, emas memang seringkali dilirik sebagai pelindung nilai. Mengingat nilainya yang relatif stabil.
Namun, likuiditas pasar emas dunia diprediksi masih akan tetap rendah akibat China yang libur selama seminggu karena adanya perayaan Imlek, mengutip Reuters.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(taa/gus) Next Article Akhirnya, Emas Mulai Menunjukkan Kilaunya!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular