Rupiah Menguat Sih, Tapi Tak Lagi Nomor 1 di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 February 2019 16:37
Rupiah Menguat <i>Sih</i>, Tapi Tak Lagi Nomor 1 di Asia
Ilustrasi Rupiah (REUTERS / Beawiharta)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Namun rupiah kehilangan gelar sebagai mata uang terbaik Asia. 

Pada Rabu (6/2/2019), US$ 1 setara dengan Rp 13.917 kala penutupan pasar spot. Rupiah menguat 0,24% dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelum libur Tahun Baru Imlek. 

Kala pembukaan pasar, rupiah menguat tipis 0,04%. Penguatan rupiah mencapai puncaknya usai rilis pertumbuhan ekonomi oleh Badan Pusat Statistik. Bahkan dolar AS sempat terdorong ke bawah Rp 13.900. 


Namun selepas tengah hari, rupiah malah melepas pedal gas. Penguatan rupiah tergerus dan tersisa 0,24% kala penutupan pasar. 

Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini: 



Penguatan rupiah yang sempat begitu kencang membawa mata uang ini ke puncak klasemen mata uang Asia. Namun karena mengendur, posisi rupiah turun satu setrip menjadi runner-up. Kini yen Jepang menjadi mata uang terbaik di Asia.  


Meski begitu, rupiah masih harus bersyukur karena tidak banyak mata uang lain yang menguat di hadapan dolar AS. Selain rupiah dan yen, hanya ringgit Malaysia dan baht Thailand yang terapresiasi. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 16:18 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Rilis data pertumbuhan ekonomi benar-benar menjadi obat yang cespleng buat rupiah. Pertumbuhan ekonomi 2018 tercatat 5,17%. sedikit di atas konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yaitu 5,15%. 


Memang pencapaian itu di bawah asumsi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 yaitu 5,4%. Apalagi dibandingkan dengan janji Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam kampanye yaitu membuat pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 7%. 

Namun pertumbuhan ekonomi 2018 lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 5,07%. Ini juga menjadi pertumbuhan ekonomi terbaik pada masa kepemimpinan Jokowi. 

Berbekal data ini, investor semakin yakin untuk masuk ke pasar keuangan Indonesia. Di pasar saham, investor asing mencatatkan beli bersih Rp 138,59 miliar yang mendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat tajam 1.02%. 

Sedangkan di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang pemerintah seri acuan tenor 10 tahun turun 5,3 basis poin. Penurunan yield mencerminkan harga instrumen ini sedang naik karena tingginya permintaan. 

Investor tambah yakin untuk memburu rupiah karena koreksi harga minyak. Pada pukul 16:25 WIB, harga minyak jenis brent turun 0,74% dan light sweet berkurang 0,8%. Dalam sepekan terakhir, harga brent turun 0,31% dan light sweet anjlok 1,85%. 

Penurunan harga minyak adalah berkah buat rupiah. Sebab, Indonesia bisa menghemat devisa yang dipakai untuk mengimpor komoditas ini karena harganya kini lebih murah. 

Artinya, neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account) akan terbantu. Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit transaksi berjalan pada kuartal IV-2018 masih di kisaran 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Pada kuartal I-2019, defisitnya diperkirakan mengecil menjadi di bawah 3% PDB. 

Fundamental penyokong rupiah menjadi lebih kuat sehingga ruang apresiasi menjadi terbuka. Investor pun akan lebih senang mengoleksi rupiah, karena ada harapan nilainya bakal menguat. Investor mana yang tidak bahagia kalau nilai asetnya naik?


TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular