Gara-gara China Libur, Rupiah Jadi Terlemah di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 February 2019 12:30
Gara-gara China Libur, Rupiah Jadi Terlemah di Asia
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Bahkan rupiah bisa dibilang jadi mata uang terlemah di Asia. 

Pada Senin (4/2/2019) pukul 12:27 WIB, US$ 1 dihargai Rp 13.985. Rupiah melemah 0,36% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.  

Kala pembukaan pasar spot, rupiah sudah melemah 0,07%. Seiring perjalanan pasar, depresiasi rupiah semakin dalam. Dolar AS pun semakin dekat ke kisaran Rp 14.00. 


Sepertinya koreksi teknikal sedang menyerang rupiah. Maklum, rupiah sudah menguat tajam yaitu 1,03% sepanjang pekan lalu. Bahkan dalam 2 hari perdagangan sebelumnya, rupiah menguat sendirian di tengah-tengah pelemahan mata uang Asia.  

Mengingat cuan yang sudah cukup besar, investor kemudian tergoda. Aksi ambil untung menyelimuti rupiah dan aset-aset berbasis mata uang ini. Depresiasi pun tidak terhindarkan. 


Sebenarnya mayoritas mata uang Asia melemah di hadapan dolar AS. Namun faktor domestik di atas membuat pelemahan rupiah menjadi lebih dalam dari kompatriotnya di Asia. 

Ya, depresiasi 0,39% membuat rupiah praktis menjadi mata uang terlemah di Benua Kuning. Betul yuan China melemah lebih dalam, tetapi patut diingat pasar keuangan Negeri Tirai Bambu hari ini tutup menyambut Tahun Baru Imlek. Jadi di antara mata uang yang diperdagangkan, rupiah jadi yang paling lemah. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 12:28 WIB: 




(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Tidak cuma di Asia, dolar AS juga semakin mantap menguat secara global. Pada pukul 12:15 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) menguat 0,14%. 

Pijakan bagi penguatan dolar AS adalah rilis data ketenagakerjaan. Pada Januari 2019, penciptaan lapangan kerja di Negeri Paman Sam mencapai 304.000. Ini menjadi angka tertinggi sejak Februari tahun lalu dan jauh di atas konsensus pasar yang dihimpun Reuters yang memperkirakan tambahan 165.000. 

Perekonomian AS selalu berhasil menciptakan lapangan kerja tambahan dalam 100 bulan terakhir. Ini menggambarkan perekonomian AS tetap menggeliat, masih bisa tumbuh kuat meski memang ada perlambatan. 

Perkembangan ini membuat pelaku pasar kembali meyakini bahwa The Federal Reserves/The Fed masih akan menaikkan suku bunga acuan pada 2019, meski tidak seagresif tahun sebelumnya. Masih ada peluang Jerome 'Jay' Powell menaikkan suku bunga acuan setidaknya dua kali menuju target median 2,8% pada akhir tahun. 

Dilandasi potensi kenaikan Federal Funds Rate, dolar AS menemukan kembali keperkasaannya. Kenaikan suku bunga akan membuat berinvestasi di dolar AS menguntungkan, karena ekspektasi inflasi akan terjangkar sehingga nilai mata uang tidak tergerus. 

Tekanan eksternal (ditambah faktor domestik) ini menyebabkan rupiah begitu terpukul dan menjadi mata uang terlemah di Asia. Mengawali hari sebagai juara Asia, rupiah kini harus rela berada di zona degradasi.


TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular