Investor Asing Masuk Rp 1,48 Triliun, IHSG Melesat 1,06%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
31 January 2019 17:07
Investor Asing Masuk Rp 1,48 Triliun, IHSG Melesat 1,06%
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka menguat 0,42% ke level 6.491,39, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memperlebar penguatannya menjadi 1,06% ke level 6.532,97 per akhir sesi 2. Lantas, IHSG ditutup di atas level psikologis 6.500 untuk pertama kalinya sejak 12 Maret 2018.

Kinerja IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 1,06%, indeks Shanghai naik 0,35%, Hang Seng naik 1,08%, dan indeks Straits Times naik 0,54%.

Hasil pertemuan The Federal Reserve selaku Bank Sentral AS membuat investor begitu bersemangat dalam melakukan aksi beli di bursa saham regional. Mempertahankan suku bunga acuan di level 2,25-2,5%, The Fed lagi-lagi mengeluarkan pernyataan bernada kalem alias dovish. The Fed bakal lebih bersabar dalam mengeksekusi kenaikan suku bunga acuan.

"Dalam situasi ekonomi global dan pasar keuangan saat ini, serta tekanan inflasi yang minim, Komite akan bersabar dalam menentukan kenaikan suku bunga acuan berikutnya," tulis pernyataan The Fed.

Tak hanya lebih kalem dalam masalah normalisasi suku bunga acuan, The Fed juga secara tegas menyatakan bahwa pihaknya siap untuk mengubah skema perampingan neracanya. Sebagai informasi, pasca krisis keuangan global tahun 2008 silam, The Fed rajin membeli surat utang pemerintah dan mortgage-backed securities untuk menstimulasi perekonomian Negeri Paman Sam.

Pada puncaknya, neraca dari bank sentral sempat menyentuh angka US$ 4,5 triliun. Terhitung mulai Oktober 2017, The Fed mulai mengurangi besaran neracanya dengan tak lagi menginvestasikan porsi tertentu dari pendapatan yang diterima atas surat berharga tersebut.

"Komite siap untuk menyesuaikan setiap detil untuk menyelesaikan normalisasi neraca berdasarkan perkembangan ekonomi dan pasar keuangan," papar The Fed dalam pernyataan resminya.

Dengan berbagai risiko yang kini mengintai perekonomian AS dan dunia, memang kenaikan suku bunga acuan yang tak kelewat agresif menjadi opsi yang terbaik. Rilis data ekonomi di kawasan regional yang bisa dibilang menggembirakan ikut memotori aksi beli di bursa saham. Manufacturing PMI versi resmi pemerintah China untuk periode Januari 2019 diumumkan di level 49,5. Walau angka di bawah 50 menandakan adanya kontraksi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, capaian bulan Januari berhasil mengalahkan konsensus Trading Economics yang sebesar 49,3. Kemudian, Non-Manufacturing PMI periode yang sama diumumkan di level 54,7, mengalahkan ekspektasi yang sebesar 53,9.

Beralih ke Jepang, pembacaan awal untuk data pertumbuhan produksi industri periode Desember 2018 diumumkan sebesar -0,1% MoM. Walaupun terdapat kontraksi, namun kontraksinya tak separah yang diharapkan. Melansir Trading Economics, konsensus untuk data tersebut berada di level -0,4% MoM.

Selain itu, aksi beli di bursa saham regional juga dipicu oleh adanya optimisme yang mewarnai jalannya negosiasi dagang AS-China. Kemarin dan hari ini, AS dan China menggelar negosiasi dagang tingkat tinggi yang melibatkan tokoh-tokoh penting seperti Wakil Perdana Menteri China Liu He dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer.

Ditengah negosiasi dagang yang krusial tersebut, China bergerak cepat guna meloloskan rancangan undang-undang (RUU) yang akan melarang transfer teknologi secara paksa dan intervensi pemerintah secara ilegal terhadap perusahaan-perusahaan asing yang beroperasi di Negeri Panda.

Xinhua News melaporkan bahwa pemungutan suara terhadap RUU tersebut akan dilakukan pada bulan Maret, seperti dikutip dari Reuters. RUU tersebut pada awalnya diperkenalkan pada 23 Desember 2018 dan biasanya memakan waktu satu tahun atau lebih untuk bisa diloloskan.

Pemungutan suara atas RUU tersebut dipercepat pasca National People’s Congress (NPC) Standing Committee menggelar rapat khusus selama 2 hari pada pekan ini untuk melakukan tinjauan yang kedua terhadap RUU tersebut.

Sebagai informasi, transfer teknologi secara paksa memang menjadi salah satu permasalahan inti dalam perang dagang kedua negara, disamping juga pencurian hak kekayaan intelektual.

Dengan etikat baik yang ditunjukkan China, ada kemungkinan negosiasi dagang kali ini akan membuahkan hasil yang signifikan. Sektor jasa keuangan ( 1,73%) menjadi sektor dengan kontribusi terbesar bagi penguatan IHSG. Apresiasi sektor jasa keuangan terjadi seiring dengan aksi beli atas saham-saham bank BUKU 4:  PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) naik 2,79%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 2,76%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 2,67%, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 2,08%, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 0,83%.

Penguatan rupiah yang begitu signifikan membuat investor tertarik untuk memburu saham-saham bank BUKU 4. Hingga sore hari, rupiah menguat 1,1% di pasar spot ke level Rp 13.970/dolar AS. Rupiah berhasil memanfaatkan momentum yang datang dari hasil pertemuan The Fed.

Lebih lanjut, pelaku pasar mengapresiasi rilis kinerja keuangan BBRI. Kemarin sore, perusahaan melaporkan laba bersih tahun 2018 senilai Rp 32,4 triliun, naik 11,6% dibandingkan capaian tahun 2017. Kinerja keuangan perusahaan didukung oleh fee-based income yang tumbuh 22,7% menjadi Rp 23,4 triliun.

Sepanjang tahun 2018, penyaluran kredit BBRI tercatat mencapai Rp 843,6 triliun atau tumbuh 14,1% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Selain ampuh dalam mendorong aksi beli atas saham-saham bank BUKU 4, penguatan rupiah juga terbukti ampuh dalam menarik aliran dana investor asing. Hingga akhir perdagangan, investor asing tercatat membukukan beli bersih senilai Rp 1,48 triliun di pasar reguler.

5 besar saham yang diburu investor asing adalah: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 548,9 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 418,2 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 188 miliar), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (Rp 176,2 miliar), dan PT Astra International Tbk/ASII (Rp 174,8 miliar).

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Profit Taking Investor Asing Sulitkan IHSG Balik ke 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular