
Sweet Revenge! Dibuka Lemas, Rupiah Langsung Injak Gas
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
31 January 2019 08:27

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) memberi sedikit kejutan di perdagangan pasar spot hari ini. Dibuka melemah, rupiah kemudian langsung tancap gas dengan membukukan apresiasi yang lumayan.
Pada Kamis (31/1/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.130 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah tipis 0,04% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Namun dalam sekejap, rupiah langsung putar balik ke zona hijau. Pada pukul 08:07 WIB, US$ 1 sudah berada di Rp 14.050 di mana rupiah menguat 0,53%. Dolar AS sudah kembali ke bawah Rp 14.100.
Rupiah sudah melemah dalam 2 hari perdagangan terakhir di pasar spot. Bahkan kemarin rupiah menjadi satu-satunya mata uang utama Asia yang melemah di hadapan dolar AS. Semoga hari ini menjadi momentum kebangkitan rupiah.
Hari ini, rupiah sudah bergerak searah dengan mata uang Asia yang mayoritas menguat di hadapan dolar AS. Posisi rupiah pun terhormat dengan berada di puncak klasemen mata uang Benua Kuning.
Ya, dalam hal menguat terhadap dolar AS, rupiah adalah jawara Asia. Kemarin boleh saja rupiah terlemah, tetapi hari ini mata uang Tanah Air berhasil balas dendam dengan manis. Sweet revenge.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 08:11 WIB:
Dolar AS masih menanggung beban dari hasil rapat The Federal Reserves/The Fed. Sesuai perkiraan, Jerome 'Jay' Powell dan rekan mempertahankan suku bunga acuan di 2,25-2,5% atau median 2,375%.
Tidak selesai sampai di situ, The Fed lagi-lagi menelurkan pernyataan bernada kalem alias dovish. The Fed bakal lebih bersabar dalam mengeksekusi kenaikan suku bunga acuan.
"Dalam situasi ekonomi global dan pasar keuangan saat ini, serta tekanan inflasi yang minim, Komite akan bersabar dalam menentukan kenaikan suku bunga acuan berikutnya," tulis pernyataan The Fed.
Situasi ini tidak menguntungkan bagi dolar AS. Tanpa kenaikan suku bunga, berinvestasi di dolar AS menjadi kurang pemanis. Selain itu, ekspektasi inflasi juga bisa terangkat sehingga menggerus nilai mata uang ini.
Depresiasi rupiah dalam 2 hari terakhir juga bisa dibilang membawa berkah. Dalam 2 hari tersebut, rupiah melemah 0,43%.
Setelah rentetan pelemahan, ruang untuk rebound menjadi terbuka. Ditambah dorongan dari kebijakan The Fed, rupiah pun melaju kencang meninggalkan mata uang Asia lainnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Pada Kamis (31/1/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.130 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah tipis 0,04% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Namun dalam sekejap, rupiah langsung putar balik ke zona hijau. Pada pukul 08:07 WIB, US$ 1 sudah berada di Rp 14.050 di mana rupiah menguat 0,53%. Dolar AS sudah kembali ke bawah Rp 14.100.
Hari ini, rupiah sudah bergerak searah dengan mata uang Asia yang mayoritas menguat di hadapan dolar AS. Posisi rupiah pun terhormat dengan berada di puncak klasemen mata uang Benua Kuning.
Ya, dalam hal menguat terhadap dolar AS, rupiah adalah jawara Asia. Kemarin boleh saja rupiah terlemah, tetapi hari ini mata uang Tanah Air berhasil balas dendam dengan manis. Sweet revenge.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 08:11 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Rupiah berhasil memanfaatkan situasi dolar AS yang sedang tertekan. Pada pukul 08:12 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback secara relatif di hadapan enam mata uang utama dunia) masih terkoreksi 0,03%. Dolar AS masih menanggung beban dari hasil rapat The Federal Reserves/The Fed. Sesuai perkiraan, Jerome 'Jay' Powell dan rekan mempertahankan suku bunga acuan di 2,25-2,5% atau median 2,375%.
Tidak selesai sampai di situ, The Fed lagi-lagi menelurkan pernyataan bernada kalem alias dovish. The Fed bakal lebih bersabar dalam mengeksekusi kenaikan suku bunga acuan.
"Dalam situasi ekonomi global dan pasar keuangan saat ini, serta tekanan inflasi yang minim, Komite akan bersabar dalam menentukan kenaikan suku bunga acuan berikutnya," tulis pernyataan The Fed.
Situasi ini tidak menguntungkan bagi dolar AS. Tanpa kenaikan suku bunga, berinvestasi di dolar AS menjadi kurang pemanis. Selain itu, ekspektasi inflasi juga bisa terangkat sehingga menggerus nilai mata uang ini.
Depresiasi rupiah dalam 2 hari terakhir juga bisa dibilang membawa berkah. Dalam 2 hari tersebut, rupiah melemah 0,43%.
Setelah rentetan pelemahan, ruang untuk rebound menjadi terbuka. Ditambah dorongan dari kebijakan The Fed, rupiah pun melaju kencang meninggalkan mata uang Asia lainnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular