
Ini Sederet Alasan kenapa Investasi 2018 Loyo
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
30 January 2019 16:20

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonom Chatib Basri merespons perihal realisasi investasi Indonesia di 2018 sebesar Rp 721.3 triliun atau hanya tumbuh 4% dibanding tahun lalu. Angka ini meleset dari target yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 765 triliun dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
Mantan Menteri Keuangan itu menyebut, ada beberapa faktor yang menyebabkan invetasi ke Indonesia landai, salah satunya karena efek pengetatatn kebijakan moneter di Amerika Serikat, sehingga arus dana keluar dari negara-negara emerging ke negara maju. Efek ini juga berimbas pada pelemahan nilai tukar mata uang negara-negara berkembang .
"Ini efek tightening kemarin dari global itu pasti berpengaruh. Ketika Fed kemudian Bank Sentral Eropa melakukan tightening, itu modal kembali lagi ke advance country," kata Chatib saat jumpa pers di acara Mandiri Investment Forum, Rabu (30/1/2019).
Selain itu, Chatib berendapat, gejolak harga komoditas mengalami juga menjadi salah satu penyebab investor yang semula mau menanamkan modal di Indonesia cenderung menunggu. Akibatnya, penanaman modal di dalam negeri melambat.
"Mudahan kalau Fed menunda kenaikan bunga acuanya dan modal kembali ke emerging markets, itu mereka bisa investasi lagi," jelas Chatib.
Berdasarkan data BKPM, secara keseluruhan total investasi pada kuartal IV-2018 adalah sebesar Rp 185,6 triliun, yang mana naik 3,34% dibandingkan dengan kuartal IV-2017. Dari jumlah tersebut, porsi penanaman modal asing tercatat sebesar Rp 99 triliun, atau turun 11,6% dibandingkan periode yang sama tahun 2017 yang berada di posisi Rp 112 triliun.
"Dalam beberapa bulan terakhir harga komoditas mengalami penurunan jadi orang yang mau investasi juga akan menunggu itu yang kemudian menjelaskan kenapa di PMDN juga mengalami perlambatan," tutur dia.
Kepala BKPM Thomas Lembong menjelaskan, secara global memang terjadi penurunan investasi asing sepanjang tahun lalu yang disebabkan sentimen perang dagang. "Data UNCTAD menunjukkan FDI internasional secara global tahun lalu turun 20%. Jadi 2018 memang tahun yang sangat sulit untuk penanaman modal asing secara global," ujar Lembong di kantornya, Rabu (30/1/2019).
Lembong mengatakan di 2019 ditargetkan realisasi investasi untuk PMA dan PMDN mencapai Rp 702,3 triliun. "Saya yakin 2019 membaik terutama siklus politik, siklus ekonomi, sebelum pemilu pasti investasi melambat dan saat selesai pemilu akan naik. Investasi akan recover," tutur Lembong.
(dru) Next Article Ini 5 Saham Paling Banyak Diborong Asing Pekan Ini
Mantan Menteri Keuangan itu menyebut, ada beberapa faktor yang menyebabkan invetasi ke Indonesia landai, salah satunya karena efek pengetatatn kebijakan moneter di Amerika Serikat, sehingga arus dana keluar dari negara-negara emerging ke negara maju. Efek ini juga berimbas pada pelemahan nilai tukar mata uang negara-negara berkembang .
"Ini efek tightening kemarin dari global itu pasti berpengaruh. Ketika Fed kemudian Bank Sentral Eropa melakukan tightening, itu modal kembali lagi ke advance country," kata Chatib saat jumpa pers di acara Mandiri Investment Forum, Rabu (30/1/2019).
"Mudahan kalau Fed menunda kenaikan bunga acuanya dan modal kembali ke emerging markets, itu mereka bisa investasi lagi," jelas Chatib.
Berdasarkan data BKPM, secara keseluruhan total investasi pada kuartal IV-2018 adalah sebesar Rp 185,6 triliun, yang mana naik 3,34% dibandingkan dengan kuartal IV-2017. Dari jumlah tersebut, porsi penanaman modal asing tercatat sebesar Rp 99 triliun, atau turun 11,6% dibandingkan periode yang sama tahun 2017 yang berada di posisi Rp 112 triliun.
"Dalam beberapa bulan terakhir harga komoditas mengalami penurunan jadi orang yang mau investasi juga akan menunggu itu yang kemudian menjelaskan kenapa di PMDN juga mengalami perlambatan," tutur dia.
Kepala BKPM Thomas Lembong menjelaskan, secara global memang terjadi penurunan investasi asing sepanjang tahun lalu yang disebabkan sentimen perang dagang. "Data UNCTAD menunjukkan FDI internasional secara global tahun lalu turun 20%. Jadi 2018 memang tahun yang sangat sulit untuk penanaman modal asing secara global," ujar Lembong di kantornya, Rabu (30/1/2019).
Lembong mengatakan di 2019 ditargetkan realisasi investasi untuk PMA dan PMDN mencapai Rp 702,3 triliun. "Saya yakin 2019 membaik terutama siklus politik, siklus ekonomi, sebelum pemilu pasti investasi melambat dan saat selesai pemilu akan naik. Investasi akan recover," tutur Lembong.
(dru) Next Article Ini 5 Saham Paling Banyak Diborong Asing Pekan Ini
Most Popular