Pertama Kalinya Tahun Ini, IHSG Melemah 2 Hari Berturut-Turut

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
29 January 2019 16:49
Pertama Kalinya Tahun Ini, IHSG Melemah 2 Hari Berturut-Turut
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka melemah tipis 0,07% ke level 6.454,47, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memperlebar kekalahannya menjadi 0,34% per akhir sesi 2 ke level 6.436,48.

Lantas, untuk pertama kalinya di tahun 2019 IHSG membukukan pelemahan selama dua hari berturut-turut.

Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona merah: indeks Shanghai turun 0,1%, indeks Hang Seng turun 0,16%, dan indeks Straits Times turun 0,16%.

Negosiasi dagang AS-China yang penuh risiko membuat bursa saham Benua Kuning ditinggalkan investor. Pada 30 dan 31 Januari, Wakil Perdana Menteri China Liu He dijadwakan untuk menggelar negosiasi dagang dengan Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer di Washington.

Sebelumnya, Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan bahwa negosiasi dagang dengan Liu He pada 30-31 Januari mendatang akan sangat menentukan terkait apakah AS dan China akan mampu mencapai kesepakatan dagang.

"Saya rasa dialog dengan Liu He akan menentukan," ujar Kudlow dalam wawancara dengan Fox News.

Celakanya, jelang negosiasi tersebut, tensi antar kedua negara memanas. Kemarin (28/1/2019), pemerintah AS resmi menjatuhkan tuntutan pidana kepada perusahaan teknologi asal China, Huawei, chief financial officer-nya, dan dua afiliasi atas dugaan penipuan bank untuk melanggar sanksi terhadap Iran.

Dalam dakwaan yang diajukan di New York, AS, Departemen Kehakiman mengatakan Huawei telah menyesatkan sebuah bank global dan otoritas AS mengenai hubungannya dengan anak usaha, Skycom dan Huawei Device USA, demi menjalankan bisnis di Iran.

Kemudian, AS juga mendakwa Huawei lantaran diyakini mencuri kekayaan intelektual milik T-Mobile.

China pun tak terima terhadap tuntutan ini. Reuters melaporkan, seorang juru bicara dari Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi China mengatakan bahwa tuntutan AS terhadap Huawei adalah "tidak adil" dan "tidak bermoral", seperti dikutip dari CNBC International.

Jika kedua negara gagal mencapai kesepakatan dagang hingga tanggal 1 Maret, Presiden AS Donald Trump sudah mengancam akan menaikkan bea masuk bagi produk impor asal China senilai US$ 200 miliar menjadi 25%, dari yang sebelumnya 10%. Ditengah prospek negosiasi dagang AS-China yang suram, korporasi asal Negeri Paman Sam jelas terlihat sudah tersakiti oleh perlambatan ekonomi di Negeri Panda.

Kemarin, Caterpillar mengumumkan laba per saham periode kuartal-IV 2018 sebesar US$ 2,55, di bawah konsensus yang dihimpun oleh Refinitiv sebesar US$ 2,99.

Perusahaan mengungkapkan adanya penurunan penjualan di kawasan Asia-Pasifik, seiring dengan lemahnya permintaan dari China. Sebagai informasi, kinerja Caterpillar dijadikan acuan oleh investor untuk mengukur kuat-lemahnya arus perdagangan internasional seiring dengan besarnya eksposur perusahaan kepada pasar luar negeri.

Selain Caterpillar, perlambatan ekonomi China juga memakan korban lainnya yakni raksasa pembuat kartu grafis Nvidia. Nvidia menurukkan proyeksi pendapatan untuk periode kuartal-IV 2018 menjadi US$ 2,2 miliar, dari yang sebelumnya US$ 2,7 miliar.

Sebelumnya, Apple juga sudah menurunkan proyeksi pendapatan seiring dengan lemahnya penjualan di China. Sektor jasa keuangan (-0,48%) menjadi sektor dengan kontribusi terbesar bagi pelemahan IHSG. Pelemahan sektor jasa keuangan terjadi seiring dengan aksi jual atas saham-saham bank BUKU 4: PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) turun 4,42%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun 2,38%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) turun 0,82%, dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 0,7%.

Rilis kinerja keuangan BMRI yang kurang oke memantik aksi jual atas saham-saham bank BUKU 4 lainnya. Kemarin sore, BMRI mengumumkan laba bersih senilai Rp 25 triliun untuk tahun 2018, mengalahkan konsensus yang dihimpun oleh Refinitiv senilai Rp 24,3 triliun.

Namun, pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) hanya tercatat senilai Rp 54,6 triliun, cukup jauh di bawah konsensus yang senilai Rp 56,9 triliun. NII yang tak mampu memenuhi ekspektasi tentu menimbulkan kekhawatiran bagi investor. Pasalnya, NII menyumbang sebesar 63,7% dari total pendapatan operasional perusahaan yang senilai Rp 85,8 triliun.

NII yang tak mampu memenuhi ekspektasi salah satunya disebabkan oleh marjin bunga bersih (net interest margin/NIM) yang turun sebesar 9 bps sepanjang tahun lalu menjadi 5,74%.

Selain itu, aksi jual atas saham-saham bank BUKU 4 juga dipicu oleh pelemahan nilai tukar rupiah. Hingga akhir perdagangan, rupiah melemah 0,18% di pasar spot ke level Rp 14.090/dolar AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article IHSG Jatuh Lagi ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular