Rupiah Kena Batunya, Sekarang Dikeroyok Mata Uang Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 January 2019 11:30
Rupiah Kena Batunya, Sekarang Dikeroyok Mata Uang Asia
Ilustrasi Demonstrasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah masih melemah di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot hari ini. Tidak cuma di hadapan dolar AS, rupiah juga tidak berkutik kala berhadapan satu lawan satu dengan mata uang Asia. 

Pada Selasa (29/1/2019) pukul 11:11 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.085. Rupiah melemah 0,14% dibandingkan posisi penutupan pasar sehari sebelumnya. 

Meski pelemahan rupiah relatif terbatas, tetapi depresiasi 0,14% sudah cukup membawa rupiah ke posisi kedua terbawah klasemen mata uang Asia. Rupiah hanya lebih baik ketimbang baht Thailand. 

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 11:13 WIB: 



Tidak cuma teraniaya di hadapan greenback, melawan mata uang Asia pun rupiah tidak berdaya. Mulai dari yen Jepang sampai peso Filipina kompak menguat di hadapan mata uang Tanah Air. 

Berikut perkembangan nilai tukar mata uang utama Asia terhadap rupiah pada pukul 11:17 WIB: 




(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Well, rupiah sepertinya kena batunya. Sepanjang pekan lalu, rupiah begitu perkasa dan mem-bully mata uang Asia. 


Rupiah yang sudah menguat tajam rentan terserang ambil untung (profit taking). Koreksi teknikal pun melanda sehingga rupiah sulit berbicara banyak. 

Faktor kedua yang menjadi penekan rupiah adalah harga minyak. Setelah terkoreksi cukup lama, harga si emas hitam mulai terdongkrak. 


Pada pukul 11:21 WIB, harga minyak jenis brent naik 0,15% dan light sweet bertambah 0,27%. Kenaikan ini cukup wajar karena harga minyak sudah melemah lumayan dalam.  

Dalam seminggu terakhir, harga minyak brent anjlok 2,32% dan light sweet terpangkas 1,02%. Harga minyak yang sudah murah kemudian menarik minat investor. Kemungkinan ada terjadi aksi borong yang mengatrol harga komoditas ini. 

Kenaikan harga minyak bukan berita baik bagi rupiah. Saat harga minyak naik, biaya impornya jadi semakin mahal sehingga mengancam neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account). Rupiah akan kekurangan pasokan devisa sehingga berpotensi melemah.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular