Sulit Geser Ringgit, Rupiah Setia di Posisi Dua

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 January 2019 12:40
Sulit Geser Ringgit, Rupiah Setia di Posisi Dua
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih bertahan menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Dolar AS mampu dijaga di bawah Rp 14.100, bahkan mendekat ke bawah Rp 14.000. 

Pada Senin (28/1/2019) pukul 12:02 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.040. Rupiah menguat 0,28% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu. 

Memulai hari, rupiah mencatat penguatan 0,14%. Selepas itu apresiasi rupiah semakin tajam, bahkan sempat membuatnya menjadi mata uang terbaik Asia. 



Namun kemudian laju rupiah melambat. Meski masih di jalur hijau, tetapi rupiah tidak mampu mempertahankan posisi puncak klasemen. Ringgit Malaysia kini menduduki peringkat pertama, dan rupiah harus puas di peringkat kedua. 


Bukannya tidak bersyukur rupiah masih menguat, tetapi mata uang Tanah Air perlu waspada karena posisinya di klasemen mulai didekati oleh won Korea Selatan dan yuan China. Jika laju rupiah terus melambat, maka bisa tersalip oleh kompatriotnya dari Asia Timur tersebut. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang Asia pada pukul 12:07 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Terlihat bahwa dolar AS melemah di hadapan hampir seluruh mata uang utama Asia. Tidak hanya di Benua Kuning, dolar AS juga tertekan di tingkat global. 

Pada pukul 12:13 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) masih terkoreksi 0,08%. Dalam sebulan terakhir, indeks ini melemah 0,61% dan 3 ke belakang pelemahannya mencapai 1,34%. 



Hari ini, gerak dolar AS terbeban oleh penantian investor terhadap rapat komite pengambil kebijakan The Federal Reserves/The Fed atau Federal Open Market Committee (FOMC) pada 29-30 Januari waktu setempat. Pelaku pasar memperkirakan Jerome 'Jay' Powell dan kolega masih mempertahankan suku bunga acuan di 2,25-2,5% atau median 2,375%. 

Mengutip CME Fedwatch, probabilitas Federal Funds Rate dipertahankan mencapai 98,9%. Amat sangat hampir pasti kemungkinan besar tidak ada kenaikan. 

Selain itu, pelaku pasar juga berekspektasi The Fed akan kembali mengutarakan sinyal-sinyal bernada hati-hati. Akhir-akhir ini, Powell dan sejawat memang agak sering mengeluarkan pernyataan berirama dovish

"Kami bisa sabar pada 2019, ada momentum untuk itu. Bank sentral akan menentukan suku bunga acuan di setiap rapat dengan mengacu kepada data. Kami akan melihat perkembangan ekonomi global, dan beberapa data menunjukkan ada perlambatan," papar Clarida dalam wawancara di Fox Business, mengutip Reuters, belum lama ini. 

Tanpa dukungan kenaikan suku bunga acuan, berinvestasi di dolar AS menjadi kurang menarik. Greenback pun perlahan semakin jelas menjauh dari gelar raja mata uang dunia yang direngkuh tahun lalu, kala The Fed menaikkan suku bunga sampai empat kali. 

Faktor lain yang mendukung keperkasaan rupiah adalah harga minyak. Pada pukul 12:22 WIB, harga minyak jenis brent turun 0,47% sementara light sweet terkoreksi 0,63%. Dalam sepekan terakhir, harga brent amblas 2,04% dan light sweet jatuh 1,31%. 

 

Penurunan harga minyak menjadi berkah buat rupiah. Sebab, ketika harga minyak turun maka biaya impornya menjadi lebih murah.  

Akibatnya, tekanan di neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account) akan sedikit mereda. Rupiah pun punya ruang untuk menguat karena pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa yang lebih baik.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular