
Stok Timah Dunia Anjlok, Harga Meroket
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
25 January 2019 13:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada penutupan perdagangan kemarin (24/1/2019) harga timah di pasar berjangka London Metal Exchange (LME) ditutup menguat sebesar 1,42% di posisi US$ 21.100/metrik ton.
Tercatat sejak pekan lalu, harga timah sudah naik 2,01% secara point-to-point. Sedangkan sejak awal tahun 2019 harga timah sudah naik 8,04%.
Harga timah memah terus mengalami tren peningkatan sejak awal Desember 2018, yang mana sejak saat itu hingga sekarang, harga timah tercatat menguat 11,73%.
Naiknya harga timah dikarenakan persediaan timah di gudang yang tercatat di LME terus berkurang sejak awal Desember 2018, yang hingga saat ini sudah berkurang sebanyak 2.070 ton. Persediaan timah di gudang LME per 24 Januari berada di posisi 975 ton, yang merupakan level terendah sejak 1989 (29 tahun lalu).
Pada tahun 2018, persediaan timah mencapai puncaknya pada 11 Juli 2018, yaitu sebesar 3.320 ton. Sedangkan rata-rata tahunan stok timah sepanjang 2018 berada di level 2.561,6 ton.
Diperkirakan menurunnya cadangan timah akibat dari kualitas bijih timah yang terus memburuk. Selain itu, peraturan pertambangan yang semakin ketat di China juga mempengaruhi produksi timah.
Sebagai informasi, China merupakan produsen bijih timah terbesar di dunia dengan produksi lebih dari 250.000 ton/tahun.
Kondisi perekonomian global juga turut memberi dampak pada produksi timah global. Beberapa waktu lalu, China mengumumkan pertumbuhan ekonomi tahun 2018 yang hanya sebesar 6,6% dan merupakan yang terlambat sejak 1990.
Aktifitas ekonomi China yang melambat nampaknya juga memberikan dampak pada aktifitas pertambangan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh World Bank yang ditulis dalam Commodity Markets Outlook edisi Oktober 2018, permintaan timah diperkirakan akan melebihi produksi, karena pertumbuhan produksi yang sudah maksimal.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(taa/hps) Next Article Genjot Produksi, Timah Alokasikan Belanja Modal Rp 2,58 T
Tercatat sejak pekan lalu, harga timah sudah naik 2,01% secara point-to-point. Sedangkan sejak awal tahun 2019 harga timah sudah naik 8,04%.
Harga timah memah terus mengalami tren peningkatan sejak awal Desember 2018, yang mana sejak saat itu hingga sekarang, harga timah tercatat menguat 11,73%.
Naiknya harga timah dikarenakan persediaan timah di gudang yang tercatat di LME terus berkurang sejak awal Desember 2018, yang hingga saat ini sudah berkurang sebanyak 2.070 ton. Persediaan timah di gudang LME per 24 Januari berada di posisi 975 ton, yang merupakan level terendah sejak 1989 (29 tahun lalu).
Pada tahun 2018, persediaan timah mencapai puncaknya pada 11 Juli 2018, yaitu sebesar 3.320 ton. Sedangkan rata-rata tahunan stok timah sepanjang 2018 berada di level 2.561,6 ton.
Diperkirakan menurunnya cadangan timah akibat dari kualitas bijih timah yang terus memburuk. Selain itu, peraturan pertambangan yang semakin ketat di China juga mempengaruhi produksi timah.
Sebagai informasi, China merupakan produsen bijih timah terbesar di dunia dengan produksi lebih dari 250.000 ton/tahun.
Kondisi perekonomian global juga turut memberi dampak pada produksi timah global. Beberapa waktu lalu, China mengumumkan pertumbuhan ekonomi tahun 2018 yang hanya sebesar 6,6% dan merupakan yang terlambat sejak 1990.
Aktifitas ekonomi China yang melambat nampaknya juga memberikan dampak pada aktifitas pertambangan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh World Bank yang ditulis dalam Commodity Markets Outlook edisi Oktober 2018, permintaan timah diperkirakan akan melebihi produksi, karena pertumbuhan produksi yang sudah maksimal.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(taa/hps) Next Article Genjot Produksi, Timah Alokasikan Belanja Modal Rp 2,58 T
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular