Rupiah Berjalan di Atas Tali

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
25 January 2019 12:28
Rupiah Berjalan di Atas Tali
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih menguat. Namun penguatan rupiah masih berada di rentang tipis. 

Pada Jumat (25/1/2019) pukul 12:04 WIB, US$ 1 sama dengan Rp 14.145 di perdagangan pasar spot. Rupiah menguat 0,11% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Gerak rupiah masih rentan hingga tengah hari ini. Mengawali perdagangan pasar spot, rupiah menguat 0,07% yang kemudian terus menipis, habis, dan malah berbalik melemah. 


Namun pelemahan itu tidak berlangsung lama. Rupiah kembali menguat, meski dalam kisaran sempit. Rupiah bak berjalan di atas seutas tali. Mata uang ini bergerak labil dan bisa jatuh kapan saja. Semoga tidak terjadi. 


Berikut pergerakan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah hingga tengah hari ini: 

 

Meski hanya menguat tipis, setidaknya rupiah tidak ketinggalan kereta. Sebab mayoritas mata uang utama Asia juga menguat terhadap dolar AS. Tinggal dolar Hong Kong, rupee India, dan yen Jepang yang melemah. 

Namun karena penguatannya sangat terbatas, rupiah tidak masuk jajaran elit di klasemen mata uang Benua Kuning. Won Korea Selatan menjadi mata uang terbaik, disusul oleh peso Filipina dan ringgit Malaysia. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 12:14 WIB: 



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Rupiah cs di Asia berhasil memanfaatkan situasi dolar AS yang sedang tertekan secara global. Pada pukul 12:17 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) melemah 0,2%. 

Dolar AS terpeleset setelah poundsterling Inggris kembali ke jalur pendakian. Pada pukul 12:17 WIB, sterling menguat 0,52% di hadapan greenback

Kebangkitan sterling disebabkan oleh perkembangan positif terkait Brexit. Pada 29 Januari, parlemen Negeri Ratu Elizabeth akan menggelar voting untuk memutuskan alternatif rencana Brexit berikutnya setelah proposal yang diusung Perdana Menteri Theresa May ditolak pekan lalu. 

Mengutip Reuters, kubu pendukung May dalam voting pekan depan bertambah setelah Partai Persatuan Demokrat dari Irlandia Utara menyatakan dukungannya. Ini memberi sedikit kepastian mengenai proses perceraian Inggris dengan Uni Eropa. 

Namun, penguatan mata uang Asia relatif terbatas karena sentimen negatif dari hubungan AS-China. Meski hubungan kedua negara terus membaik, Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross menegaskan masih sangat jauh untuk sampai ke damai dagang. 

"Banyak pekerjaan yang sudah diselesaikan, tetapi kami masih bermil-mil jauhnya dari sebuah kesepakatan. Itu tidak terlalu mengejutkan, karena perdagangan adalah isu yang sangat rumit. Namun ada peluang kami bisa mencapai kesepakatan," kata Ross dalam wawancara dengan CNBC International. 

Optimisme pelaku pasar yang sudah membumbung tinggi dipaksa harus turun ke bumi. Pernyataan Ross membuat investor menyadari bahwa sampai saat ini memang belum ada kesepakatan formal untuk mengakhiri perang dagang AS vs China, dan untuk ke arah sana masih membutuhkan dialog panjang. 

Tarik-menarik dua sentimen itu membuat mata uang Asia bergerak terbatas. Termasuk rupiah, yang posisinya masih rawan melemah.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular