Dibayangi Risiko Perang Dagang, IHSG Tetap Berhasil Menghijau

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
25 January 2019 09:37
IHSG menguat 0,3% ke level 6.486,19 pada pukul 9:25 WIB.
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka menguat 0,12% ke level 6.474,16, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah memperlebar penguatannya menjadi 0,3% ke level 6.486,19 pada pukul 9:25 WIB.

Kinerja IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan Asia yang juga diperdagangkan di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,92%, indeks Shanghai naik 0,57%, indeks Hang Seng naik 0,95%, indeks Straits Times naik 0,52%, dan indeks Kospi naik 0,72%.

Sejatinya, risiko perang dagang membayangi pergerakan IHSG dan bursa saham regional pada hari ini. Kemarin (24/1/2019), Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross menegaskan bahwa AS dan China masih sangat jauh untuk sampai ke damai dagang.

"Banyak pekerjaan yang sudah diselesaikan, tetapi kami masih bermil-mil jauhnya dari sebuah kesepakatan. Itu tidak terlalu mengejutkan, karena perdagangan adalah isu yang sangat rumit. Namun ada peluang kami bisa mencapai kesepakatan," kata Ross dalam wawancara dengan CNBC International.

Lebih lanjut, dalam wawancara dengan Fox News, Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan bahwa negosiasi dagang dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He pada 30-31 Januari mendatang akan sangat menentukan terkait apakah AS dan China akan mampu mencapai kesepakatan dagang.

"Saya rasa dialog dengan Liu He akan menentukan," ujar Kudlow.

Sekedar mengingatkan, Presiden AS Donald Trump sudah pernah menebar ancaman bahwa dirinya akan menaikkan bea masuk bagi seluruh produk impor asal China jika kesepakatan dagang tak bisa dicapai.

Di sisi lain, kabar gembira yang datang dari Jepang berhasil mengangkat kinerja bursa saham regional. Tingkat inflasi Tokyo diumumkan sebesar 0,4% YoY pada bulan Januari, naik dari capaian bulan sebelumnya yang sebesar 0,3% YoY. Sementara itu, inflasi inti diumumkan sebesar 1,1% YoY, naik dari capaian bulan sebelumnya yang sebesar 0,9% YoY. Capaian ini juga mengalahkan konsensus yang juga sebesar 0,9% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics.

Tingkat inflasi Tokyo yang relatif kuat mengindikasikan bahwa tekanan terhadap perekonomian Jepang tak separah yang diekspektasikan pelaku pasar.

Kemarin, pembacaan awal untuk Manufacturing PMI periode Januari 2019 versi Nikkei diumumkan di level 50, turun dari capaian periode sebelumnya yang sebesar 52,6, seperti dilansir dari Trading Economics.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Perang Dagang Curi Perhatian Investor, IHSG Jatuh 0,42%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular