Data Inflasi Moncer, Bursa Jepang Dibuka di Teritori Positif
Muhammad Iqbal, CNBC Indonesia
25 January 2019 08:15
Tokyo, CNBC Indonesia - Ketidakpastian damai dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China tak memengaruhi kinerja bursa saham Jepang. Laporan data terkait inflasi yang positif menjadi penggerak utama bursa Negeri Sakura.
Pada pembukaan perdagangan Jumat (25/1/2019), Nikkei dibuka di teritori positif. Sampai berita ini ditulis, Nikkei menguat 0,64% ke level 20.705,34.
Sedangkan indeks Topix menguat hampir 0,7%. Begitu pun saham Softbank Gorup yang meroket hampir 1%.
Dilansir CNBC International, Jumat (25/1/2019), data resmi dari Otoritas Statistik Jepang menunjukkan inflasi inti sepanjang Januari 2019 naik 1,1% (year on year/YoY). Nilai itu mengalahkan konsensus Reuters yang memproyeksikan 0,9%.
Hal itu membuat kabar negatif seputar damai dagang AS-China jadi tak berpengaruh.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross dalam program "Squawk Box" di CNBC International mengatakan negosiasi dagang AS dan China masih jauh dari titik temu.
"Banyak hal yang sudah terselesaikan. Akan tetapi kami (AS-China) masih bermil-mil dari sebuah kesepakatan. Hal itu tidak terlalu mengejutkan karena perdagangan adalah isu yang rumit," kata Ross.
Akan tetapi, Ross menyebut peluang kedua pihak mencapai kata sepakat sebelum tenggat 1 Maret 2019 masih terbuka lebar.
(miq/miq) Next Article Meski Ramai Sentimen Positif, Bursa Tokyo Malah Melemah
Pada pembukaan perdagangan Jumat (25/1/2019), Nikkei dibuka di teritori positif. Sampai berita ini ditulis, Nikkei menguat 0,64% ke level 20.705,34.
Sedangkan indeks Topix menguat hampir 0,7%. Begitu pun saham Softbank Gorup yang meroket hampir 1%.
 Foto: REUTERS/Toru Hanai |
Hal itu membuat kabar negatif seputar damai dagang AS-China jadi tak berpengaruh.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross dalam program "Squawk Box" di CNBC International mengatakan negosiasi dagang AS dan China masih jauh dari titik temu.
"Banyak hal yang sudah terselesaikan. Akan tetapi kami (AS-China) masih bermil-mil dari sebuah kesepakatan. Hal itu tidak terlalu mengejutkan karena perdagangan adalah isu yang rumit," kata Ross.
Akan tetapi, Ross menyebut peluang kedua pihak mencapai kata sepakat sebelum tenggat 1 Maret 2019 masih terbuka lebar.
(miq/miq) Next Article Meski Ramai Sentimen Positif, Bursa Tokyo Malah Melemah
Most Popular