
Harga Minyak Jadi 'Bensin' Bagi Laju Rupiah
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
24 January 2019 12:33

Kinerja rupiah terbantu oleh harga minyak yang masih terkoreksi. Pada pukul 12:18 WIB, harga minyak jenis brent turun 0,41% dan light sweet berkurang 0,42%.
Meski melemah dalam 2 hari terakhir, tetapi harga komoditas ini masih positif secara bulanan. Dalam sebulan terakhir, harga brent masih naik 11,98% dan light sweet melesat 13,21%.
Oleh karena itu, peluang harga si emas hitam untuk melemah lebih lanjut masih terbuka. Apabila harga minyak sudah memasuki siklus koreksi, maka ini akan menjadi kabar baik bagi rupiah.
Sebagai negara net importir minyak, Indonesia tentu diuntungkan jika harga minyak turun karena biaya impor akan lebih murah. Defisit transaksi berjalan (current account deficit) bisa dikurangi sehingga rupiah pun akan punya ruang untuk menguat karena ada lebih banyak pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa.
Jika harga minyak tidak turun, maka mungkin saja nasib rupiah tidak seberuntung sekarang. Pasalnya, sentimen negatif yang menggelayuti mata uang Asia dan membuat investor bermain aman.
Angka pembacaan awal Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Jepang versi Nikkei pada Januari 2018 berada di 50. Masih optimistis karena angkanya pas di 50, tetapi optimisme dunia usaha di Negeri Matahari Terbit menurun dibandingkan bulan sebelumnya di mana PMI tercatat 52,6. Penurunan PMI di Jepang juga menjadi yang pertama sejak Agustus 2016.
Data ini sejalan dengan rilis kemarin, yaitu perlambatan ekspor Jepang. Pada Desember 2018, ekspor Jepang terkontraksi alias minus 3,8% year-on-year (YoY). Ini menjadi kontraksi terdalam sejak Oktober 2016.
Melihat perkembangan di Jepang, wajar jika pelaku pasar menjadi ketar-ketir. Apalagi sebelumnya sudah ada perkiraan bahwa Jepang terancam resesi.
Data lain yang membuat pelaku pasar enggan mengambil risiko adalah suku bunga acuan di Korea Selatan. Bank Sentral Negeri Ginseng (BoK) mempertahankan suku bunga acuan di 1,75%.
BoK juga memberi sinyal-sinyal negatif. BoK memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Korea Selatan untuk 2019 dari 2,7% menjadi 2,6%. Laju inflasi yang sedianya diperkirakan 1,7% juga melambat menjadi 1,4%.
"Pertumbuhan ekonomi akan bergerak di bawah proyeksi, tetapi tidak signifikan. Pasar tenaga kerja masih menunjukkan adanya perlambatan," sebut Lee Ju Yeol, Gubernur BoK, mengutip Reuters.
Harga minyak berhasil menjadi 'bensin' bagi laju rupiah. Dengan harapan perbaikan transaksi berjalan, rupiah menjadi bertenaga untuk bertahan di zona hijau.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Meski melemah dalam 2 hari terakhir, tetapi harga komoditas ini masih positif secara bulanan. Dalam sebulan terakhir, harga brent masih naik 11,98% dan light sweet melesat 13,21%.
Oleh karena itu, peluang harga si emas hitam untuk melemah lebih lanjut masih terbuka. Apabila harga minyak sudah memasuki siklus koreksi, maka ini akan menjadi kabar baik bagi rupiah.
Jika harga minyak tidak turun, maka mungkin saja nasib rupiah tidak seberuntung sekarang. Pasalnya, sentimen negatif yang menggelayuti mata uang Asia dan membuat investor bermain aman.
Angka pembacaan awal Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Jepang versi Nikkei pada Januari 2018 berada di 50. Masih optimistis karena angkanya pas di 50, tetapi optimisme dunia usaha di Negeri Matahari Terbit menurun dibandingkan bulan sebelumnya di mana PMI tercatat 52,6. Penurunan PMI di Jepang juga menjadi yang pertama sejak Agustus 2016.
Data ini sejalan dengan rilis kemarin, yaitu perlambatan ekspor Jepang. Pada Desember 2018, ekspor Jepang terkontraksi alias minus 3,8% year-on-year (YoY). Ini menjadi kontraksi terdalam sejak Oktober 2016.
Melihat perkembangan di Jepang, wajar jika pelaku pasar menjadi ketar-ketir. Apalagi sebelumnya sudah ada perkiraan bahwa Jepang terancam resesi.
Data lain yang membuat pelaku pasar enggan mengambil risiko adalah suku bunga acuan di Korea Selatan. Bank Sentral Negeri Ginseng (BoK) mempertahankan suku bunga acuan di 1,75%.
BoK juga memberi sinyal-sinyal negatif. BoK memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Korea Selatan untuk 2019 dari 2,7% menjadi 2,6%. Laju inflasi yang sedianya diperkirakan 1,7% juga melambat menjadi 1,4%.
"Pertumbuhan ekonomi akan bergerak di bawah proyeksi, tetapi tidak signifikan. Pasar tenaga kerja masih menunjukkan adanya perlambatan," sebut Lee Ju Yeol, Gubernur BoK, mengutip Reuters.
Harga minyak berhasil menjadi 'bensin' bagi laju rupiah. Dengan harapan perbaikan transaksi berjalan, rupiah menjadi bertenaga untuk bertahan di zona hijau.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular